Minggu, 22 Juli 2018

Glorious Angel 13


Bab 21

Tiga minggu setelah Jacob terkena serangan jantung, Hannah bertemu Angela di ruang depan kamar Jacob. “Apa Master sedang tidur, Nak?” Hannah berbisik saat Angela menutup pintu kamar Jacob.

“Ya, tapi kurasa sebaiknya kita menelepon Dr. Scarron lagi,” Angela berkata dengan nada prihatin.

“Ada apa memangnya?” tanya Hannah, matanya melebar. “Apa kondisinya memburuk?”


“Aku tidak tahu,” jawab Angela, mata violetnya penuh rasa cemas. “Dia makan dengan baik semalam, kemudian tertidur. Tapi setelah beberapa menit berlalu, dia mulai mengigau.”

“Oh, Missy.” Hannah tertawa, dengan segera merasa lega. “Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Master Jacob memang suka bicara saat sedang tidur. Dia selalu begitu.”

“Kau yakin?”

“Tentu, Missy. Kau tidak ingat bagaimana Luke-ku bisa tahu mengenai Master Bradford yang membela Utara? Aku juga pernah mendengarnya sendiri, saat ia sedang tidur di sofa di ruang kerjanya.”

Dalam perjalanannya ke dapur, Angela memikirkan apa yang dikatakan Jacob dalam tidurnya. Jacob memanggil nama ibunya tiga kali; tak ada kata-kata lain, hanya Charissa. Ia mengira Jacob telah salah mengira ia adalah ibunya. Tapi setelah mendengar penjelasan Hannah, ia tak begitu yakin lagi. Jacob memimpikan Charissa Sherrington. Tapi kenapa?

Sesudahnya, Crystal muncul di dapur, membuat Angela terkejut. “Jadi di sini kau rupanya, Angela. Aku sudah mencarimu ke mana-mana.”

Keingintahuan Angela dengan cepat muncul, karena Crystal sesalu berusaha menghindarinya. “Mungkinkah kau membutuhkan aku untuk menemanimu?” tanyanya.

Crystal memasang senyum palsunya. “Yah, memang demikian. Aku memang ingin bicara denganmu.” Crystal mengambil tempat duduk di depan Angela, lalu berkata tanpa basa-basi. “Menurutku kau tidak seharusnya menghabiskan banyak waktu dengan kakakku. Orang-orang mulai membicarakannya.”

“Apa lagi gosipnya kali ini? Atau apakah seharusnya aku takut bertanya?”

“Yah... sudahlah,” sahut Crystal kesal, senyum palsunya menghilang. “Yang jelas Robert takkan bisa menemukan istri yang cocok jika dia selalu menghabiskan waktu bersamamu.”

“Bukankah seharusnya kau bicara pada Robert soal ini?” cetus Angela, kesabarannya mulai menipis.

Crystal bangkit dan menuangkan coklat panas untuk dirinya sendiri., kemudian duduk lagi. “Percayalah, aku sudah bicara padanya. Tapi Robert tidak mau mendengar kata-kataku. Sudah saatnya dia menata hidupnya dan membangun keluarga.”

“Itu bukan urusanku, Crystal.”

“Tentu saja itu urusanmu!” Crystal meledak. “Dia ingin menikahimu! Tapi tentu saja itu mustahil.”

“Robert ingin menikahiku?”

“Dia bilang dia mencintaimu. Dia sudah pernah membicarakannya dengan Jacob.”

“Sudah berapa lama kau tahu perasaan robert padaku?” tanya Angela.

Angela bingung. Robert sudah sering menunjukkan gelagat itu. Tapi ia tidak pernah menyangka kalau Robert serius.

“Yah, sekurang-kurangnya tiga tahun. Dia menunggumu menyelesaikan sekolahmu selama empat tahun ini,” jawab Crystal. “Maksudmu kau sungguh-sungguh tidak tahu perasaannya?”

“Tidak, aku tidak tahu. Aku berharap kau mengatakannya lebih awal, agar aku dapat menolaknya perlahan-lahan. Sial!” gerutu Angela, lupa diri.

Mata biru Crystal membulat lagi. “Kau tidak ingin menikahinya?”

“Aku tidak mencintainya, Crystal, jadi aku takkan mungkin menikahinya.” Namun ia menyukai Robert, dan sangat menyesali fakta ia mungkin akan menyakiti pria itu.

“Itu bagus sekali, maksudku... yah, tidak apa-apa. Robert akan bisa mengatasinya. Sebuah pesta dansa, itulah yang kita butuhkan. Untuk menolong Robert melupakan aksi bodohnya. Sudah terlalu lama keluarga Maitland tidak mengadakan pesta dansa.”

“Kau sudah mengadakannya dua tahun yang lalu.” Angela mengingatkan.

“Ya, namun waktu itu tidak semeriah yang seharusnya. Orang-orang baru selesai berperang dan masih merasakan kesedihan perang. Dan tentu saja, Jacob tidak ingin membuatnya terlalu mewah, karena akan membuat orang-orang sadar bahwa perang sama sekali tidak memengaruhi kekayaannya. Namun, keadaan sudah jauh membaik sekarang. Bagaimana menurutmu?”

“Mengenai pesta dansa atau keadaan sekarang?” Angela menggoda.

“Kau tahu maksudku. Mengatur persiapan pesta dansa akan membuat kita sibuk,” jawab Crystal, gembira dengan pikiran akan memamerkan dirinya saat mengenakan gaun pesta yang mewah.

“Kurasa demikian.”

“Ini akan menjadi kesempatan yang baik bagi Robert untuk bertemu gadis lain. Dan, tentu saja, begitu juga dirimu. Kau tidak cukup sering bertemu kaum pria, karena Robert dan Jacob selalu memonopoli waktumu. Jangan khawatirkan Robert. Pesta dansa adalah jalan keluarnya. Tak ada obat patah hati yang lebih baik selain menemukan cinta yang baru.”

Angela tersenyum. Sayangnya ia tahu lebih baik daripada itu. Saat kau mencintai dengan perasaan terdalam, kau takkan semudah itu jatuh cinta pada orang lain. Oh ya, Angela sangat mengerti akan hal itu.

Keesokan harinya, Robert melamar Angela dan Angela menolaknya sehalus mungkin. Tampaknya Robert menanggapi penolakan Angela dengan rasa humornya seperti biasa, namun matanya memancarkan kepedihan. Angela berharap Robert akan segera menemukan cintanya.

Ironisnya, Angela memahami rasa sakit yang dialami Robert, namun tak bisa mengatakan sebabnya pada pria itu.


Bab 22

Bradford Maitland membayar tagihannya dan meninggalkan Hotel Mobile. Dalam waktu singkat sejak kedatangannya kemarin, ia telah menerima pandangan terkejut lebih daripada yang diharapkannya. Ada apa dengan orang-orang ini? Apakah mereka mengira ia akan menghilang selamanya?

Yah, mungkin dengan kembalinya dirinya, topik gosip akan berpindah dari apa yang didengarnya semalam. Apakah ia bisa memercayai apa yang dikatakan orang-orang mengenai ayahnya dan gadis muda yang katanya wanita simpanan ayahnya? Tak heran ayahnya terkena serangan jantung!

Jalanan tidak begitu ramai karena hari mulai siang, dan Bradford dengan mudah menyewa kereta yang akan membawanya ke Golden Oaks. Ia bersandar pada kursi kereta dan merilekskan badannya, membiarkan sinar matahari memanggang tubuhnya. Bradford tiba-tiba tersadar betapa ia membenci New York dan kehidupan yang selama ini dijalaninya. Bekerja hanya saat sore, bermabuk-mabukan dan berjudi pada malam hari, dan berganti-ganti wanita. Ia merindukan sinar matahari pada wajahnya, matahari Selatan yang hangat membakar, bukan udara dingin Utara. Ia rindu berkendara di ladang terbuka, Namun terutama, ia merindukan ayahnya.

Sudah tujuh tahun berlalu saat Bradford terakhir masuk ke rumahnya, pada tengah malam tahun 1862, setelah meninggalkan Crystal. Tujuh tahun yang panjang. Pada umur tiga puluh tahun, ia sudah membuktikan kemampuannya untuk mengelola kerajaan bisnis Maitland, walau itu sama sekali bukan tujuan utamanya sebelum perang. Saat itu, ia hanya ingin menikahi Crystal dan mengajak Crystal ke Texas. Tapi perang dan adiknya telah membunuh impian tersebut, setidaknya sebagian besarnya.

Ia masih tetap akan pergi ke tanah Maitland di Texas. Namun ia harus menjumpai ayahnya dulu, dan berharap Zachary dan Crystal tidak ikut campur.

Setelah tiba kemarin, ia langsung menemui Dr. Scarron untuk mendapatkan laporan lengkap. Ia meninggalkan rumah dokter yang baik itu dengan beban yang sudah terangkat. Ayahnya akan baik-baik saja.

Bradford terdiam. Apakah ia sekarang membenci Crystal? Atau apakah ia masih mencintai wanita itu? Ia ragu apakah masih ada cinta, namun rasa pahit itu jelas tersisa. Gadis Selatan yang manis itu sangat ingin membuktikan cintanya hingga bersedia memberikan dirinya bahkan sebelum menikah. Mengapa ia bersikap sok jantan? Seharusnya ia melakukannya. Mungkin akan lebih mudah melupakan Crystal jika ia telah menghabiskan satu malam saja bersama wanita itu.

Bradford kembali lagi ke masa sekarang saat keretanya terganjal pohon ek raksasa sepanjang jalan. Ia tersenyum. Mansion megah berwarna putih tersebut masih sama, masih menjadi bagian dunia yang lama, tidak berubah, tidak terpengaruh oleh perang. Namun di dalamnya akan berbeda. Waktu tidak membuat penghuni Golden Oaks tetap sama. Berapa banyak pelayan lama yang masih ada? Apakah Robert Lonsdale masih menjadi tamu yang terus ada? Apakah Zachary dan Crystal punya anak? Berapa banyak? Bradford sekarang berharap ia tidak melarang ayahnya untuk menceritakan perkembangan keadaan rumah dalam surat terakhirnya.

Bradford membayar si kusir dan meninggalkan kopernya di depan serambi. Ia masuk rumah tanpa mengetuk lebih dulu, lalu berdiri mematung di ruang depan yang sangat luas. Satu-satunya suara yang didengarnya adalah suara wajan berdentang dari dapur.

Bradford mulai naik, menuju kamar ayahnya. Ia berharap ayahnya belum terlalu banyak berubah. Serangan jantung mungkin akan membuat ayahnya lemah.

“Master Sachary, mengapa Anda kembali dari kota secepat ini? Apa ada masalah?”

Bradford membalikkan badannya di tangga dan melihat Hannah berdiri di depan pintu yang menuju ruang makan sembil memegang lap basah. Ekspresi wajah Hannah membuatnya terluka.

“Jangan seterkejutn itu, Hannah. Kurasa tak ada orang yang menyangka aku akan menginjak rumah ini ini, termasuk dirimu.”

“Ya, Sir, maksudku, tidak, Sir.” Tubuhn Hannah bergetar, mata coklatnya seperti tatakan besar.

“Ya, jangan bilang siapa-siapa kalau aku ada di sini, Hannah, karena aku hanya ingin menemui ayahku. Apa dia ada di kamarnya?”

Hannah mengangguk perlahan dan Bradford melanjutkan naik tangga, meninggalkan Hannah yang menatapnya. Bradford mengetuk pintu kamar ayahnya dan menunggu jawaban, kemudian masuk.

Mereka lama saling pandang tanpa berkata apa-apa. Bradford senang melihat ayahnya terlihat sehat. Gadis muda itu pasti berdampak baik pada ayahnya, pikir Bradford dengan takjub.

“Sudah lama sekali, Nak. Sudah terlalu lama sekali!” Jacob berkata keras. Matanya menunjukkan kegembiraannya. “Bagus sekali, satu-satunya yang bisa membuatmu pulang adalah sakitnya aku. Aku tahu waktuku sudah tidak banyak lagi, dan aku ingin anak-anakku berdamai sebelum aku mati. Itu tidak bisa dilakukan jika kau tak ada di sini.”

“Itu sama sekali tidak bisa dilakukan, Ayah. Lagi pula, aku hanya datang ke sini satu malam,” ujar Bradford enggan, menyaksikan sebagian pancaran sinar mata Jacob mati. “Ini saja membuatku takut kalau-kalau amarahku muncul. Apa Zachary tinggal di sini?”

“Ya.”

“Jika begitu, tak ada gunanya kita membicarakan hal ini. Aku datang hanya ingin melihatmu, bukan adikku dan istrinya. Nah, sekarang, apa penyebab serangan jantungmu? Dr. Scarron tidak bilang.”

“Aku hanya bisa menyalahkan diriku sendiri,” Jacob menjawab, terganggu dengan pertanyaan Bradford. “Zachary dan aku sedang bertengkar soal Angela lagi, dan aku kehilangan kesabaran. Seharusnya aku lebih menahan diri. Dokter sudah mengingatkanku bahwa aku tidak boleh marah.”

“Namanya Angela, ya? Mengejutkan sekali banyak gadis yang mempunyai nama Angela,” Bradford berkata pada dirinya sendiri dengan pahit. “Ada masalah apa dengan Zachary? Apa dia terlalu alim untuk menerima wanitamu tinggal di rumah ini?”

“Demi Tuhan, Bradford! Jadi kau juga sudah mendengar gosip murahan itu? Dan kau langsung memercayainya!”

“Tidak ada salahnya membawa simpanan, selama tidak ada yang terluka karenanya,” cetus Bradford. “Itu biasa.”

“Kurang ajar kau, Bradford, aku berharap lebih darimu!” Nada suara Jacob meninggi.

“Ayah, tenanglah!” Bradford menenangkan, sekarang mulai waspada. “Aku hanya ingin kau tahu bahwa aku tidak menghakimi caramu menjalani hidup. Kau ini duda dan tidak ada orang yang berharap kau melakukan selibat. Tapi jika bukan demikian yang terjadi antara dirimu dengan gadis ini, lalu bagaimana yang sebenarnya?”

“Maaf, aku kehilangan kendali, tapi...”

“Jangan banyak alasan!” Bradford menggerutu. Bukankah kau tadi baru bilang kalau kau tidak boleh merah lagi?”

“Aku tahu, aku tahu. Tapi aku sudah empat tahun diterpa gosip itu, dan walaupun aku sama sekali tidak peduli dengan pendapat orang tentangku, ini tidak adil bagi Angela. Zachary memercayainya, dan dia adalah orang yang memulai gosip itu!”

“Aku tidak mengerti.”

“Bagaimana kau bisa mengerti, jika kau melarangku menulis segala sesuatu yang terjadi di sini?”

Bradford menghela napas. “Maafkan aku, aku memang salah.”

“Yah, pertama-tama akan kujelaskan mengenai Angela. Saat William Sherrington meninggal empat tahun yang lalu, Angela ditinggal sendirian. Aku harus...”

“Tunggu sebentar!” Bradford menyela dengan terkejut. “Kau bicara tentang gadis kecil yang ayahnya mengerjakan ladangmu?”

“Benar. Aku telah mengenal Angela sejak dia lahir. Aku dan ibunya, Charissa, adalah teman masa kecil. Orang tua Charissa, keluarga Stewart, adalah teman dari keluargaku saat kami tinggal di Springfield. Karena hubungan pertemanan keluarga ini, aku merasa bertanggung jawab atas Angela. Dan juga karena aku suka gadis itu. Bisakah kau mengerti?”

“Oh, tentu saja.” Bradford berbohong.

Ia tahu banyak mengenai Charissa. Dengan pedih ia mengingat kembali malam-malam saat ibunya menangis di bahunya saat menceritakan soal wanita lain dalam hidup Jacob Maitland. Mereka mengira telah begitu pintar dan yakin tak ada orang yang tahu mengenai hubungan gelap mereka. Namun Samantha Maitland tahu, bahkan sejak awal. Ia tidak mengatakannya kepada siapa pun kecuali Bradford. Samantha mencurahkan segala rasa malu dan sesalnya pada Bradford.

Bradford membenci ayahnya cukup lama sesudahnya, dan terutama ia membenci wanita yang telah menyebabkan hati ibunya terkoyak, dan menyebabkan Jacob Maitland memindahkan seluruh keluarganya ke Alabama, agar ia bisa dekat dengan selingkuhannya. Namun akhirnya, Charissa Stewart menikah dengan William Sherrington, kemudian menghilang. Ibunya bahagia lagi. Dan saat tahun berganti tahun, Bradford memaafkan ayahnya.

Bradford sekarang tidak peduli jika ayahnya punya lusinan wanita, karena Samantha Maitland sudah meninggal. Tapi Bradford tidak percaya jika ayahnya bisa mengambil putri wanita yang dicintainya sebagai kekasihnya. Itu sangat aneh.

Jacob berkata, “Aku membawa Angela ke rumah ini empat tahun yang lalu, bukan karena kasihan, tapi untuk menjadikannya anggota keluarga yang setara. Aku telah menyekolahkannya. Tadinya dia bahkan tidak bisa menulis namanya sendiri. Dia wanita yang cerdas, dan lulus dengan nilai yang sangat baik tahun ini. Aku akan memberikan apa pun yang Angela mau, walaupun dia tidak meminta apa-apa dariku. Dia menolong ayahnya menggarap ladang seumur hidupnya. Dia wanita yang baik dan lembut, walau terkadang suka meledak-ledak. Sekarang dia berumur dua puluh satu tahun, dan cukup cantik.” Jacob tersenyum hangat. “Bahkan, aku hanya kenal satu wanita yang menyamai kecantikannya, dan itu adalah ibunya.”

“Apa lagi yang ingin kau ceritakan?” Bradford mengubah topik pembicaraan.

“Tentang Zachary dan Crystal. Mereka berdua tidak menyukai Angela mulai dari awal, dan mereka tidak membuat hidupnya menyenangkan. Mereka membencinya karena aku telah membawanya kemari dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Aku selalu ingin punya anak perempuan.” Jacob melamun sebelum akhirnya melanjutkan. “Teman lamamu, Robert, sekarang jatuh cinta pada Angela dan ingin menikahinya.”

“Yah, itu bagus buat Robert.”

“Aku tidak yakin itu ide yang bagus,” sanggah Jacob dengan cepat. “Aku sudah mencoba untuk meredam keinginan robert itu. Yah, anak itu menurutku masih kurang rasa tanggung jawabnya. Tidak, menurutku tidak begitu bagus jika mereka berdua menikah. Zachary benar-benar tidak suka dengan ide itu dan aku yakin dia akan berusaha sekuat tenaga untuk mencegahnya. Seperti kukatakan sebelumnya, gosip tentang aku sampai muncul kurang lebih karena Zachary. Setiap kali Angela pulang liburan sekolah, bahkan pada saat liburan Natal, Zachary membawa istrinya menginap di kota, memberikan kesan bahwa dia melindungi Crystal dari perbuatan tak bermoral ayahnya. Dia bilang dia hanya melakukan apa yang diinginkan istrinya, karena Crystal tak mau tinggal satu atap dengan Angela. Tapi sekarang aku tak yakin lagi, setelah aku tahu bahwa dia benar-benar yakin  kalau Angela itu wanita simpananku.”

“Ini situasi yang sungguh rumit,” komentar Bradford sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Apa kau tidak bisa membuat semacam pengumuman untuk meluruskan hal ini?”

“Tidak peduli apa pun yang kukatakan, tetap ada orang yang bicara macam-macam. Kau tahu itu.”

“Yah,” Bradford berkata dengan sinar murung pada matanya. “Aku bisa membawa Angela ke kota bersamaku besok saat aku pergi. Satu ciuman yang bergairah di depan publik agar semua orang bisa melihatnya, dan itu akan mengenyahkan semua gosip itu. Tapi itu tidak akan bagus bagi reputasiku, Ayah, karena aku sudah bertunangan. Dan Candise Taylor akan menjadi istri yang sangat hebat.”

“Tapi, apakah kau mencintainya?”

“Tidak. Aku telah lama mencari cinta dan tidak beruntung. Dan jika aku nantinya menemukan cinta, kurasa aku bisa saja menjadikan wanita itu sebagai simpananku.” Bradford menahan dirinya agar tidak berkata, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.”

“Aku tidak setuju Bradford.”

Bradford menaikkan alisnya. “Tentang apa? Tentang aku akan punya wanita simpanan atau tentang aku akan menikahi Candise Taylor?”

“Aku sungguh berharap kau menikah karena cinta,” Jacob menjawab dengan sedih. “Aku tidak demikian, dan aku selalu menyesalinya.”

Bradford merasakan kembali amarahnya yang berasal dari masa lalu. “Lalu, kenapa kau menikahi Ibu?” tanyanya pahit.

“Karena dipaksa ayahku,” jawab Jacob, suaranya berat karena mengingat masa lalu. “Dia adalah pria yang suka memanipulasi hidup orang lain, terutama hidupku. Saat itu, aku tidak punya kekasih, jadi aku menyerah. Kau harus tahu bahwa pernikahan aku dan ibumu bukanlah pernikahan yang ideal. Karena alasan itulah aku tidak pernah memaksamu untuk menikah.”

“Dan sekarang saat aku telah memutuskan untuk menikah, kukira keputusanku itu akan membuatmu senang, namun kau ternyata tidak terlalu senang, bukan?”

“Jika kau bahagia, aku juga akan bahagia. Tapi kau sudah mengakui bahwa kau tidak mencintai Candise Taylor.”

Bradford menghela napas. “Selain Crystal, ada seorang gadis lagi yang bisa membahagiakanku, namun dia menghilang dari hidupku tanpa jejak. Aku ragu akan bisa menemukannya, walau masih terus mencoba.” Bradford bangkit dan mulai melangkah. “Tapi aku tidak bisa menunggu selamanya.”

“Demi Tuhan, Bradford, umurmu baru tiga puluh tahun!”

“Ya, tapi apakah aku harus terus menunggu gadis yang tepat padahal mungkin saja dia takkan pernah muncul? Dan Candise seorang wanita yang sangat baik. Dia pendiam dan pemalu. Kami akan cocok. Dan siapa tahu, lama kelamaan aku akan bisa mencintainya.”

Saat itu terdengr ketukan di pintu, dan setelah dipersilahkan oleh Jacob, Robert Lonsdale masuk ruangan dengan ragu-ragu. Robert tidak memperhatikan Bradford, yang dengan cepat mengangkat tangannya sehingga menutupi wajahnya. Robert langsung mengeluarkan isi hatinya pada Jacob.

“Kurasa kau ingin tahu, Sir, bahwa dia telah menolakku.” Robert berjalan pelan-pelan di dalam ruangan sambil bicara.

“Apa maksudmu, Nak?” Jacob bertanya walau jawabannya sudah jelas.

“Angela! Dia menolakku. Dia bilang dia tidak mencintaiku dan dia mencintai pria lain. Aku tidak bermaksud kurang ajar, Sir, tapi pria itu engkau, bukan? Dia jatuh cinta padamu, karena telah begitu baik padanya.”

“Jangan aneh-aneh, Robert,” sanggah Jacob dengan nada suara sabar. “Angela sudah seperti anak bagiku.”

“Siapa lagi kalau bukan engkau?”

“Yah, mungkin seseorang yang dia kenal saat bersekolah.”

Well, tidak peduli siapa yang dia cintai, aku tidak akan menyerah!”

“Akan lebih baik bagimu jika kau merelakannya, bila Angela memang tidak membuka pintu hatin ya bagimu.”

“Maaf, tapi aku tidak bisa menyerah secepat itu,” tegas Robert. “Aku tidak ingin wanita lain selain Angela.”

“Apa dia tahu betapa sedihnya kau saat ini?” tanya Jacob penuh perhatian.

“Tentu saja tidak! Aku tidak bisa menunjukkan kesedihanku padanya.”

“Di mana Angela sekarang?”

“Aku meninggalkannya di rumah Susie Fletcher. Susie mengundang kami untuk menginap di sana. Aku terlalu sedih untuk tetap berada di sana, namun Angela sudah setuju untuk menginap. Dia akan kembali besok sore, kurasa. Tapi kukatakan sekarang, Sir, aku akan menikahi Angela. Dan aku tidak ingin mendengar argumen darimu lagi, Zachary. Kita mungkin bersahabat, tapi...”

Robert berhenti sesaat saat Bradford akhirnya menghadapkan wajahnya. Awalnya, wajah Robert terlihat senang, namun dengan perlahan ia membeku dan keluar dari ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bradford tersenyum, karena tampaknya teman lamanya itu berurusan dengan harga diri, bukan karena benar-benar tidak menyukainya.

“Kurasa dia tidak membencimu, Bradford, dulu juga tidak. Robert, seperti teman-teman lamamu yang lain, hanya tidak mengerti mengapa kau bergabung dengan pasukan Union untuk melawan mereka. Perang telah memutus banyak sekali ikatan. Ikatan pribadi dan juga negara. Ikatan pribadi mungkin takkan bisa dipersatukan kembali, tapi negara lebih mudah untuk dipersatukan. Kurasa Robert tadi hanya merasa sangat malu.”

“Kuharap kau benar, Ayah,” Bradford berkata dengan senyum dipaksakan. “Tapi kelihatannya rencana kecil kita menjadi batal. Aku akan pergi besok pagi, jadi aku takkan bisa bertemu Angela, atau membawanya bersamaku ke kota.”

“Bisakah kau tinggal lebih lama lagi di sini?” tanya Jacob penuh harap.

“Sudah terlalu banyak permusuhan di rumah ini. Aku tidak akan menambahnya. Aku akan ke Texas, dan aku sangat bersemangat soal itu. Kau tahu tanahmu di sana telah terbengkalai selama perang, tapi tidak butuh waktu lama untuk memperbaikinya. Lahan itu akan siap tepat pada waktunya bagi calon pengantinku. Aku sudah mendelegasikan bisnis Maitland yang di Selatan kepada Jim McLaughlin, namun pembuat keputusannya tetap aku jika kau berhalangan.”

“Yah, jika itu maumu, aku bisa bilang apa? Dan ya, aku ingin kau terus mengurus bisnis ini. Aku ingin kau mengurus bisnis ini karena tidak lama lagi semua akan menjadi milikmu. Aku tetap berharap kau mau tinggal di sini lebih lama... beberapa hari saja mungkin.”

Bradford perlahan-lahan berdiri dan menggenggam tangan ayahnya. “Aku ingin tetap di sini bersamamu, jujur saja, tapi akan lebih baik jika aku tidak bertemu Zachary sama sekali. Dan yang jelas, aku tidak mau bertemu Crystal. Omong-omong, di mana mereka?”

“Zachary membawa Crystal ke kota untuk berbelanja. Wanita itu sangat suka membelanjakan uangku. Mereka mungkin tidak akan kembali sampai malam.”

“Kurasa aku beruntung tidak bertemu mereka pagi ini. Aku akan makan malam bersamamu malam ini, Ayah, dan kita bisa berbincang lebih banyak sore ini. Tapi di luar itu, aku hanya akan berada di dalam kamarku. Aku minta maaf jika harus seperti ini.”


Bab 23

Bradford mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya, yang sekali lagi mencoba membujuknya untuk tetap tinggal. Namuntidak ada yang bisa membuatnya tinggal di Golden Oaks lebih lama lagi, karena perkelahian pasti akan timbul antara dirinya dan Zachary. Sejujurnya, Bradford tidak begitu yakin bagaimana reaksinya sekarang jika mereka sampai berhadapan. Lebih baik tidak mencari tahu.

Pagi musim panas sangat indah, langit berwarna biru. Bradford segera menuju kandang.

“Kudanya sudah siap, Master Brad,” kata Zeke, sambil berdiri di samping kereta.

“Aku memutuskan untuk menunggang kuda jantan ke kota, Zeke,” Bradford menjawab dengan tegas. “Kau bisa mengikutiku dengan kereta.”

“Baik, Master.”

Rasanya luar biasa menunggangi kuda lagi. Itu, dan kesehatan ayahnya yang membaik, membuat Bradford merasa bersemangat. Saat ia mulai menyusuri jalan yang panjang dengan perlahan, Zeke pelan-pelan mengikutinya. Bradford menyimpan Golden Oaks dan para penghuninya jauh di belakangnya dan ia mulai memikirkan Texas.

Setelah melaju beberapa kilometer. Bradford memperlambat kudanya saat ia melihat seorang penunggang kuda lain mendekatinya dengan kencang. Orang itu masih jauh sehingga Bradford tidak bisa menebak apakah ia wanita atau pria. Kudanya berwarna abu-abu, sedangkan penunggangnya mengenakan celana panjang dan kemeja berumbai putih dengan lengan yang digulung. Saat orang itu mendekat, Bradford bisa melihat rambut wanita –rambut panjang ikal yang tertiup angin. Sinar matahari mambuat rambut coklat itu tampak merah.

Dengan rambut seperti itu, Bradford memutuskan, wanita itu pasti seorang gadis muda. Tapi mengapa gadis itu berpakaian seperti laki-laki?

Gadis itu dengan cepat melewati Bradford dan tiba-tiba wajah Bradford terlihat gembira dan takjub. Saat melewati Bradford, gadis itu melihat ke arahnya kemudian dengan keras menyentak tali kekang kuda dan hampir terjatuh karenanya. Gadis itu membalik badan untuk memandang ke arah Bradford dari balik bahunya, dan Bradford bisa melihat bahwa gadis itu sama terkejutnya dengan dirinya. Tapi tiba-tiba, gadis itu mengentakkan kakinya ke kudanya dan berlalu.

Bradford mengejarnya, lalu menjajarinya. Bradford menarik kuda gadis itu dan membuat mereka berdua tersentak.

“Ternyata memang benar kau!” seru Bradford. “Kenapa kau tidak berhenti?”

Tanpa menunggu jawaban, Bradford melompat turun dari kudanya dan menarik kuda abu-abu gadis itu. Bradford mencengkram, tanpa bicara mendekatkan tubuh Angela ke tubuhnya, sambil mengingat bagaimana rasanya, mengingat malam-malam panjang saat ia memimpikan Angela. Ia mulai yakin bahwa Angela tidak pernah ada. Tapi Angela memang ada, dan sekarang gadis itu di sini.

Setelah beberapa lama, Bradford bertanya perlahan, “Apakah Jim McLaughling yang membawamu ke sini?”

“Siapa?” Suara Angela bergetar.

Bradford tidak menyadari betapa takutnya Angela. “Pengacaraku. Kukatakan padanya jika dia menemukanmu, dia harus segera membawamu kepadaku, tak peduli di mana pun aku berada. Aku menghabiskan waktuku cukup lama untuk menemukanmu, Angel.”

Angela dengan cepat menyadari bahwa Bradford tidak tahu mengapa ia berada di sini atau siapa dirinya. Rasa lega membuat kepalanya hampir pusing. Tapi kenapa Bradford begitu senang bertemu dengannya? Mengingat Bradford tidak muncul pada malam musim panas lalu untuk menemuinya.

“Kenapa kau repot-repot mencariku? Jelas kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan dan tidak ingin berhubungan lagi denganku,” cetus Angela dengan pahit.

“Apa maksudmu?” Bradford terkejut. “Kau yang menghilang.”

“Aku tidak menghilang. Aku menunggumu seminggu sesudah sekolah mengumumkan liburan musim panas, tapi kau tak pernah muncul.”

Bradford merengkuh tubuh Angela lagi, memeluknya erat-erat.

“Oh Tuhan, Angela, kita benar-benar telah membuat segalanya menjadi kacau. Kukira kau menyembunyikan diri. Saat bunga-bunga yang kukirimkan dikembalikan, aku kembali ke Hadley Selatan untuk mencari tahu apa yang salah. Aku mendatangi sekolahmu, namun tidak ada siswi bernama Angela Smith.”

“Aku...”

Oh tuhan, apa yang harus dikatakannya? Tentu saja tidak ada siswi bernama Angela Smith. Angela Smith tidak pernah ada.

“Ada apa, Angel? Katakan apa yang telah terjadi sehingga kita terpisah begitu lama.”

Zeke mendekat dan menghentikan keretanya di samping mereka sebelum Angela bisa memikirkan apa yang akan dikatakannya.

“Missy Angela, mengapa kau berpakaian seperti itu? Apa yang terjadi dengan gaun merah cantik yang kau kenakan kemarin?”

Angela mundur dengan khawatir saat Bradford memandangi dirinya dan Zeke. Ekspresi mengerti terpancar dari wajah Bradford dan matanya menjadi meredup dan lebih redup lagi sampai akhirnya memandang Angela dengan tatapan membara.

Angela panik. Dengan cepat ia memandang ke arah Zeke mencoba memikirkan sesuatu untuk menghentikan amarah Bradford yang memuncak.

“Seseorang menggunting gaunku semalam saat aku sedang tidur, Zeke. Mungkin pelakunya salah seorang pelayan Fletcher, tapi aku tidak ingin tinggal lebih lama lagi di sana untuk mencari tahu. Gaun Susie juga lebih kecil, jadi adiknya Joel, meminjamkan pakaiannya. Tapi jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini Zeke, Jacob akan marah dan...”

“Cukup Angela Sherrington!” Suara Bradford memotong kalimatnya. “Kau tunggu di sini Zeke. Dan kau!” Bradford membenamkan jari-jarinya ke lengan Angela. “Kau, ikut denganku!”

Bradford menyeretnya ke pepohonan di samping jalan, membuat Zeke menatap mereka dengan rasa heran yang terpancar dari wajahnya. Saat mereka sudah sampai di tempat di mana tidak ada orang yang bisa melihat dan mendengarkan, Bradford berhenti dan menuntut jawaban dari Angela.”

“Kenapa?” Bradford berteriak. Matanya membara. “Kenapa kau mengikutiku sampai ke tempat Maudie hari itu namun tidak memberitahuku siapa dirimu?”

“Kau... kau tidak mengenaliku. Kau mengira aku...”

“Tak peduli apa yang kupikirkan!” Bradford menyela dengan liar. “Memangnya aku harus menyangka apa? Kau tahu bahwa itu aku sejak awal, bukan?”

“Ya.”

“Lalu mengapa kau membiarkanku membayarmu, bercinta denganmu, lalu mengambil keperawananmu? Mengapa?”

“Bradford, kau menyakitiku.” Angela mencoba untuk menjauh, namun Bradford malah memeluknya lebih erat lagi, membuatnya menangis kesakitan.

“Aku menghabiskan ribuan dolar untuk mencarimu, padahal selama itu kau dengan aman berada di sekolahmu, bukan? Pantas saja tidak ada siswi yang bernama Angela Smith. Kenapa kau bohong padaku? Kenapa kau tidak bilang siapa dirimu?”

“Bradford, hentikan! Kau takkan bisa mengerti!” Angela menangis, air mata mengalir sampai ke pipinya.

“Kalau begitu, coba jelaskan!” Bradford menuntut dengan tidak sabar. “kau tahu aku menginginkanmu. Aku akan memberikan segala yang kau inginkan, namun sekarang aku sadar ayahku telah mengalahkanku.” Ia mendorong Angela menjauh darinya dengan jijik. “Memang seperti itu, bukan? Kau bersenang-senang dengan ayah dan anaknya, betul begitu?”

“Sama sekali tidak seperti itu!” Angela menjawab dengan lemah.

“Sial, aku ingin yang sejujurnya! Kau membiarkanku bercinta denganmu dan aku harus tahu mengpa!”

“Aku... aku tidak bisa mengatakannya padamu.”

“Kau akan mengatakan padaku! Apa kau ini pelacur? Berapa pria lagi yang telah kau tiduri setelah aku?”

“Tidak seorang pun. Oh Tuhan, tidak ada pria yang lain!” Sekarang Angela tersedu-sedu.

“Lalu, mengapa aku?”

“Kau... kau sekarang membenciku, Bradford, jadi aku tidak bisa mengatakannya padamu. Aku tidak bisa!”

Angela berkelit untuk membebaskan diri dan lari, kemudian tersandung di pepohonan sampai mencapai jalanan. Dengan menangis tersedu-sedu, ia mengentak kudanya dan melaju ke arah golden Oaks. Oh Tuhan, sekarang Bradford membencinya, seperti yang selama ini selalu ditakutinya.


Bab 24

Angela menghabiskan sisa hari itu di kamarnya, sebagian besar dengan menangis habis-habisan. Tak ada gunanya memikirkan apa yang telah terjadi. Bradford membencinya. Ia hanya membuat Bradford semakin marah dengan menolak untuk menjelaskan. Namun, bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia mencintai Bradford, saat pria itu punya pandangan yang sangat buruk tentang dirinya? Bagaimana ia bisa mengatakan bahwa itulah sebabnya ia membiarkan Bradford bercinta dengannya? Bradford akan tertawa jika ia mengungkapkan kenyataan.

Jacob mendatangi kamarnya pada sore harinya, karena ia telah mengatakan pada Hannah bahwa ia sakit. Jacob menceritakan kunjungan Bradford pada Angela, bahwa ia tak bisa membujuk putranya itu untuk tinggal lebih lama.

Apakah memang lebih baik seperti ini? Angela bertanya-tanya dalam hati. Ia takut untuk menghadapi Bradford lagi. Dan sekarang pria itu tengah dalam perjalanan menuju Texas.

Menjelang malam, Eulalia mendatangi kamarnya, penuh dengan gosip. “Oh Tuhan, rumah ini benar-benar gempar dengan kunjungan Master Brad semalam. Semua orang marah karena mereka tidak tahu saat Mater Brad datang. Datang dan pergi begitu saja.” Eulalia terkikik saat menghamparkan gaun tafeta hijau, dengan sulaman emas dekat garis lehernya yang tinggi dan juga di kerahnya.

“Aku tidak akan memerlukan gaun itu. Aku tidak akan turun untuk makan malam.”

“Kau akan turun. Ini malam pertama Master Jacob duduk kembali di ujung meja, dan kau tentu tahu bahwa sebaiknya kau ada di sana.”

“Ya, tentu saja. Aku tidak terpikirkan.” Angela menghela napas. Ia membiarkan Eulalia mengambil alih.

Angela dan Eulalia saling cocok, walau mereka sering beradu argumentasi. Eulalia yakin apa yang terbaik bagi Angela. Eulalia hampir selalu benar, namun Angela tak mungkin memberitahunya. Itu akan merusak pertempuran kecil mereka, padahal mereka menikmatinya.

Tak lama, Angela turun dan berjalan menuju ruang makan untuk bergabung bersama Crystal dan Zachary, yang sudah lebih dulu berada di sana. Robert masuk tak lama kemudian, namun Jacob tidak muncul.

“Kau lama sekali, Angela,” ujar Crystal tak sabar.

“Sudah cukup, Crystal,” Zachary mengingatkan. “Ayah belum sampai di sini, jadi bukan Angela penyebab kita terlambat makan. Dan tolong ingat apa yang telah kukatakan padamu, ya?”

“Apa kau sudah lupa pada apa yang kukatakan padamu, Zachary Maitland?” Crystal bertanya dengan pedas. “Aku tidak akan menjadi orang munafik hanya karena ancaman ayahmu.”

“Ayah tidak main-main dengan ancamannya, Crystal,” sergah Zachary. “Jadi sebaiknya kau turuti nasihatku dan tahan lidahmu, jika kau tahu apa yang baik bagimu.”

“Jangan mengancamku!” Crystal meledak, mata birunya membeku. “Aku akan mengatakan apa pun yang kuinginkan, kapan pun aku menginginkannya, walau itu mengenai dirinya!”

Robert menghantamkan tangannya ke atas meja. “Mengapa kalian berdua tidak diam saja! Dan berhenti bicara tentang Angela seolah-olah dia tidak berada di sini!” ia berteriak.

“Tolong pelankan suaramu, Robert,” sergah Zachary. “Ini sama sekali bukan urusanmu.”

“Aku tidak ingin jadi penyebab ketidaknyamanan malam ini.” Angela menghela napas. Dengan memandang langsung kepada Crystal, ia berkata dengan tegas, “Kita semua tahu posisi kita masing-masing, tapi ini hari pertama Jacob turun dari tempat tidurnya, dan sebaiknya kita berusaha bersikap menyenangkan.”

“Apa ada yang menyebut namaku?” Jacob menyeringai saat masuk ke ruang makan.

“Kami sedang membicarakan kesehatanmu, Jacob,” jawab Angela cepat. “Kau tahu, seharusnya kau tetap beristirahat di tempat tidur satu hari lagi, seperti yang disarankan dokter.”

“Omong kosong, aku merasa baik-baik saja,” sahut Jacob. “Bahkan aku tidak bisa lebih bahagia lagi.”

“Apa hubungannya kebahagiannmu dengan kesehatanmu?” tanya Crystal, kebosanan.

“Semuanya berhubungan.” Jacob tergelak.

“Kau senang karena kunjungan Bradford?” Zachary bertanya sinis.

“Ya, bisa dikatakan begitu.”

“Apa... apa dia bertanya tentang aku?” tanya Zachary pelan. “Apa dia mengatakan bagaimana perasaannya sekarang?”

“Kenapa kau tidak tanya sendiri saja padanya?”

Lebih dari satu napas yang tertahan terdengar di dalam ruangan itu saat Bradford muncul di depan pintu dengan senyum tenang dan malasnya. Saat tenang, matanya berwarna coklat emas yang jernih. Ia memandang semua orang yang berada di ruangan tersebut.

Keheningan itu sungguh menyiksa. Zachary sudah sepucat mayat. Crystal tetap merasa marah. Robert hanya memandang meja, menghindari mata Bradford. Hanya Jacob yang senang bertemu dengan putra tertuanya.

Gadis pelayan mulai membawakan makanan, dan Bradford duduk di ujung meja yang lain, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan tersebut berakhir saat Crystal secara gugup mengungkapkan rencananya untuk mengadakan pesta dansa. Jacob memberika persetujuannya, dan menyerahkan semua perencanaannya kepada para wanita. Crystal mengisi makan malam tersebut dengan topik mengenai persiapan pesta dansa. Tampaknya ia sangat tegang dan mengulangi kalimatnya beberapa kali. Namun saat hidangan penutup disajikan, ia kehabisan bahan pembicaraan.

Bradford tidak mengucapkan sepatah kata pun selama makan malam. Angela mencuri pandang sesekali ke arah pria itu. Ia memandang Bradford memandang dingin ke arah Zachary dan Crystal. Mereka menghindari tatapan Bradford dan tak mengucapkan sepatah kata pun padanya. Robert juga diam saja, tidak seperti biasanya, namun ia memperhatikan dengan seringai takjub.

Well, Robert,” Bradford akhirnya angkat bicara, mengarahkan seluruh perhatiannya pada teman lamanya, “apa tidak ada yang ingin kau katakan? ‘Pergilah ke neraka,’ misalnya?”

“Bradford!” tegur Jacob.

“Aku hanya berusaha mencairkan ketegangan, Ayah, dan aku harus memulai dari suatu tempat,” Bradford menjelaskan. “Aku yakin para wanita akan memaafkan bahasaku.”

“Aku senang kau telah kembali Bradford,” Robert memulai, sekarang dengan seringai penuh. “Aku merasa bersalah untuk waktu yang lama karena telah salah paham padamu. Jika kau mengizinkan, aku ingin minta maaf atas semua ucapanku padamu saat kau tak ada di sini untuk membela diri.”

Bradford terkikik. “Aku bisa membayangkan segala sumpah serapah yang kau ucapkan. Tapi apakah ‘pengkhianat’ setidaknya telah dihapus dari daftarmu?”

“Ya.” Robert menyeringai. “Kau hanya mengikuti apa yang kau yakini. Apa lagi yang bisa dilakukan seorang pria?”

“Benar. Hanya saja, beberapa pria tidak seberani itu,” kata Bradford dalam sambil memandang ke meja. Lalu ia menaikkan tatapan matanya lagi dan tersenyum. “Kau sama sekali belum berubah, Robert. Ternyata rumah tua ini masih lebih menarik bagimu daripada rumah sendiri. Walaupun demikian, kau memang anggota keluarga ini sekarang, bukan begitu?”

Robert membersihkan tenggorokannya. “Kurasa begitu.”

Bradford tertawa mendengar jawaban temannya yang ragu-ragu. Kemudian ia mengarahkan perhatiannya kepada Zachary, dan tawanya dengan cepat menghilang.

“Tidak adakah yang ingin kau katakan, Adikku?”

“Aku mencintaimu, Bradford,” Zachary menjawab dengan suara serak. “Apa lagi yang bisa kukatakan?”

“Tentu saja. Semuanya adil dalam perang dan cinta, kan?” Bradford bertanya dengan suara dingin, bibirnya merapat. “Dan bagaimana denganmu, Crystal? Tidak adakah sapaan pada pria yang seharusnya kau nikahi?”

“Yah, tentu saja, Bradford. Halo,” sahut Crystal dengan cepat sambil diiringi senyum mewanan yang segera menghilang dalam sekejap.

“Segitu saja sambutannya,” komentar Bradford. Ia melihat ke arah angela, dan matanya kembali berwarna kecoklatan emas. “Yah, kau jelas sudah berubah dari gadis kecil yang pernah kutemui tujuh tahun yang lalu, Angel.”

“Namanya Angela,” Crystal mengoreksi.

“Ya... aku tahu,” timpal Bradford dengan lembut tanpa menatap Crystal.

Angela ingin lari dari ruangan sekarang, namun Jacob tidak akan mengerti. Ia begitu gugup hingga ia merasa udara semakin panas. Ia menekan koin emasnya dibalik gaunnya dan menggenggamnya erat-erat di telapak tangan, berdoa agar diberikan kekuatan. Mengapa Bradford melakukan ini? Mengapa pria itu berada di sini, dan bukannya kembali ke Texas? Dan mengapa ia merasa begitu ketakutan?

“Itu liontin yang sangat unik,” Bradford melanjutkan, sambil melihat reaksi Angela lebih dekat. “Aku pernah bertemu seorang wanita muda yang punya kalung persis seperti itu. Dari mana kau mendapatkan kelung itu, Angel?”

Aulalia, yang tanpa seuara membersihkan perlengkapan makan, terkikik ke arah Bradford yang dengan sengaja memanggil nonanya Angel, namun yang lainnya merasa terganggu, termasuk Jacob.

“Seorang pria yang mengendarai kuda hitam memberiku koin ini saat umurku sebelas tahun,” Angela menjawab dengan jelas. “Dia... dia tidak sengaja mencipratkan lumpur ke gaunku dan memberiku koin itu untuk membeli gaun baru.”

“Itu pasti sangat menyenangkan,” sindir Crystal.

Bradford mengabaikan komentar Crystal dan melanjutkan, “Jadi, kau menyimpan koin itu dan tidak membeli gaun baru. Kenapa?”

“Apakah penting alasannya?” tanya Angela, “Waktu seumur itu, aku sama sekali tidak peduli pada pakaian.”

“Tapi kau juga tidak pernah membelanjakan koin itu untuk hal lainnya,” Bradford terus menekan. “Kenapa?”

Angela merasa terdesak. Ia berdiri, tak sanggup lagi.

“Bolehkah aku selasai makan duluan, Jacob? Aku sungguh merasa tidak enak badan malam ini.”

“Tentu saja, Sayang. Apa kau ingin diperiksa Dr. Scarron?” tanya Jacob dengan khawatir.

“Tidak, aku pasti akan baik-baik saja besok pagi.”

Angela cepat-cepat meninggalkan ruangan, mengucapkan selamat malam pada yang lain, lalu berlari ke atas. Ia melemparkan dirinya ke kasur dan menumpahkan air mata yang sudah ditahannya sepanjang malam ini.

Mengapa Bradford kembali? Pria itu membuat segalanya menjadi lebih buruk.


Next
Back



2 komentar:

  1. Haiii,, aku suka banget ceritanya..
    Tambah penasaran sama Angela & Bradford..

    BalasHapus
    Balasan
    1. makasih udah mengikuti ceritanya,, nantikan terus lanjutannya ya..

      Hapus