Bab 21
Tiga
minggu setelah Jacob terkena serangan jantung, Hannah bertemu Angela di ruang
depan kamar Jacob. “Apa Master sedang tidur, Nak?” Hannah berbisik saat Angela
menutup pintu kamar Jacob.
“Ya, tapi
kurasa sebaiknya kita menelepon Dr. Scarron lagi,” Angela berkata dengan nada
prihatin.
“Ada apa
memangnya?” tanya Hannah, matanya melebar. “Apa kondisinya memburuk?”
“Aku
tidak tahu,” jawab Angela, mata violetnya penuh rasa cemas. “Dia makan dengan
baik semalam, kemudian tertidur. Tapi setelah beberapa menit berlalu, dia mulai
mengigau.”
“Oh,
Missy.” Hannah tertawa, dengan segera merasa lega. “Tidak ada yang perlu
dikhawatirkan. Master Jacob memang suka bicara saat sedang tidur. Dia selalu
begitu.”
“Kau
yakin?”
“Tentu,
Missy. Kau tidak ingat bagaimana Luke-ku bisa tahu mengenai Master Bradford
yang membela Utara? Aku juga pernah mendengarnya sendiri, saat ia sedang tidur
di sofa di ruang kerjanya.”
Dalam perjalanannya
ke dapur, Angela memikirkan apa yang dikatakan Jacob dalam tidurnya. Jacob
memanggil nama ibunya tiga kali; tak ada kata-kata lain, hanya Charissa. Ia
mengira Jacob telah salah mengira ia adalah ibunya. Tapi setelah mendengar
penjelasan Hannah, ia tak begitu yakin lagi. Jacob memimpikan Charissa
Sherrington. Tapi kenapa?
Sesudahnya,
Crystal muncul di dapur, membuat Angela terkejut. “Jadi di sini kau rupanya,
Angela. Aku sudah mencarimu ke mana-mana.”
Keingintahuan
Angela dengan cepat muncul, karena Crystal sesalu berusaha menghindarinya. “Mungkinkah
kau membutuhkan aku untuk menemanimu?” tanyanya.
Crystal
memasang senyum palsunya. “Yah, memang demikian. Aku memang ingin bicara
denganmu.” Crystal mengambil tempat duduk di depan Angela, lalu berkata tanpa
basa-basi. “Menurutku kau tidak seharusnya menghabiskan banyak waktu dengan
kakakku. Orang-orang mulai membicarakannya.”
“Apa lagi
gosipnya kali ini? Atau apakah seharusnya aku takut bertanya?”
“Yah...
sudahlah,” sahut Crystal kesal, senyum palsunya menghilang. “Yang jelas Robert
takkan bisa menemukan istri yang cocok jika dia selalu menghabiskan waktu
bersamamu.”
“Bukankah
seharusnya kau bicara pada Robert soal ini?” cetus Angela, kesabarannya mulai
menipis.
Crystal
bangkit dan menuangkan coklat panas untuk dirinya sendiri., kemudian duduk
lagi. “Percayalah, aku sudah bicara padanya. Tapi Robert tidak mau mendengar
kata-kataku. Sudah saatnya dia menata hidupnya dan membangun keluarga.”
“Itu
bukan urusanku, Crystal.”
“Tentu
saja itu urusanmu!” Crystal meledak. “Dia ingin menikahimu! Tapi tentu saja itu
mustahil.”
“Robert
ingin menikahiku?”
“Dia
bilang dia mencintaimu. Dia sudah pernah membicarakannya dengan Jacob.”
“Sudah
berapa lama kau tahu perasaan robert padaku?” tanya Angela.
Angela
bingung. Robert sudah sering menunjukkan gelagat itu. Tapi ia tidak pernah
menyangka kalau Robert serius.
“Yah,
sekurang-kurangnya tiga tahun. Dia menunggumu menyelesaikan sekolahmu selama
empat tahun ini,” jawab Crystal. “Maksudmu kau sungguh-sungguh tidak tahu
perasaannya?”
“Tidak,
aku tidak tahu. Aku berharap kau mengatakannya lebih awal, agar aku dapat
menolaknya perlahan-lahan. Sial!” gerutu Angela, lupa diri.
Mata biru
Crystal membulat lagi. “Kau tidak ingin menikahinya?”
“Aku tidak
mencintainya, Crystal, jadi aku takkan mungkin menikahinya.” Namun ia menyukai
Robert, dan sangat menyesali fakta ia mungkin akan menyakiti pria itu.
“Itu
bagus sekali, maksudku... yah, tidak apa-apa. Robert akan bisa mengatasinya.
Sebuah pesta dansa, itulah yang kita butuhkan. Untuk menolong Robert melupakan
aksi bodohnya. Sudah terlalu lama keluarga Maitland tidak mengadakan pesta
dansa.”
“Kau
sudah mengadakannya dua tahun yang lalu.” Angela mengingatkan.
“Ya, namun
waktu itu tidak semeriah yang seharusnya. Orang-orang baru selesai berperang
dan masih merasakan kesedihan perang. Dan tentu saja, Jacob tidak ingin
membuatnya terlalu mewah, karena akan membuat orang-orang sadar bahwa perang
sama sekali tidak memengaruhi kekayaannya. Namun, keadaan sudah jauh membaik
sekarang. Bagaimana menurutmu?”
“Mengenai
pesta dansa atau keadaan sekarang?” Angela menggoda.
“Kau tahu
maksudku. Mengatur persiapan pesta dansa akan membuat kita sibuk,” jawab
Crystal, gembira dengan pikiran akan memamerkan dirinya saat mengenakan gaun
pesta yang mewah.
“Kurasa
demikian.”
“Ini akan
menjadi kesempatan yang baik bagi Robert untuk bertemu gadis lain. Dan, tentu
saja, begitu juga dirimu. Kau tidak cukup sering bertemu kaum pria, karena
Robert dan Jacob selalu memonopoli waktumu. Jangan khawatirkan Robert. Pesta
dansa adalah jalan keluarnya. Tak ada obat patah hati yang lebih baik selain
menemukan cinta yang baru.”
Angela
tersenyum. Sayangnya ia tahu lebih baik daripada itu. Saat kau mencintai dengan
perasaan terdalam, kau takkan semudah itu jatuh cinta pada orang lain. Oh ya,
Angela sangat mengerti akan hal itu.
Keesokan
harinya, Robert melamar Angela dan Angela menolaknya sehalus mungkin. Tampaknya
Robert menanggapi penolakan Angela dengan rasa humornya seperti biasa, namun
matanya memancarkan kepedihan. Angela berharap Robert akan segera menemukan
cintanya.
Ironisnya,
Angela memahami rasa sakit yang dialami Robert, namun tak bisa mengatakan
sebabnya pada pria itu.
Bab 22
Bradford
Maitland membayar tagihannya dan meninggalkan Hotel Mobile. Dalam waktu singkat
sejak kedatangannya kemarin, ia telah menerima pandangan terkejut lebih
daripada yang diharapkannya. Ada apa dengan orang-orang ini? Apakah mereka
mengira ia akan menghilang selamanya?
Yah,
mungkin dengan kembalinya dirinya, topik gosip akan berpindah dari apa yang
didengarnya semalam. Apakah ia bisa memercayai apa yang dikatakan orang-orang
mengenai ayahnya dan gadis muda yang katanya wanita simpanan ayahnya? Tak heran
ayahnya terkena serangan jantung!
Jalanan
tidak begitu ramai karena hari mulai siang, dan Bradford dengan mudah menyewa
kereta yang akan membawanya ke Golden Oaks. Ia bersandar pada kursi kereta dan
merilekskan badannya, membiarkan sinar matahari memanggang tubuhnya. Bradford
tiba-tiba tersadar betapa ia membenci New York dan kehidupan yang selama ini
dijalaninya. Bekerja hanya saat sore, bermabuk-mabukan dan berjudi pada malam
hari, dan berganti-ganti wanita. Ia merindukan sinar matahari pada wajahnya,
matahari Selatan yang hangat membakar, bukan udara dingin Utara. Ia rindu
berkendara di ladang terbuka, Namun terutama, ia merindukan ayahnya.
Sudah
tujuh tahun berlalu saat Bradford terakhir masuk ke rumahnya, pada tengah malam
tahun 1862, setelah meninggalkan Crystal. Tujuh tahun yang panjang. Pada umur
tiga puluh tahun, ia sudah membuktikan kemampuannya untuk mengelola kerajaan
bisnis Maitland, walau itu sama sekali bukan tujuan utamanya sebelum perang.
Saat itu, ia hanya ingin menikahi Crystal dan mengajak Crystal ke Texas. Tapi
perang dan adiknya telah membunuh impian tersebut, setidaknya sebagian
besarnya.
Ia masih
tetap akan pergi ke tanah Maitland di Texas. Namun ia harus menjumpai ayahnya
dulu, dan berharap Zachary dan Crystal tidak ikut campur.
Setelah
tiba kemarin, ia langsung menemui Dr. Scarron untuk mendapatkan laporan
lengkap. Ia meninggalkan rumah dokter yang baik itu dengan beban yang sudah
terangkat. Ayahnya akan baik-baik saja.
Bradford
terdiam. Apakah ia sekarang membenci Crystal? Atau apakah ia masih mencintai
wanita itu? Ia ragu apakah masih ada cinta, namun rasa pahit itu jelas tersisa.
Gadis Selatan yang manis itu sangat ingin membuktikan cintanya hingga bersedia
memberikan dirinya bahkan sebelum menikah. Mengapa ia bersikap sok jantan?
Seharusnya ia melakukannya. Mungkin akan lebih mudah melupakan Crystal jika ia
telah menghabiskan satu malam saja bersama wanita itu.
Bradford
kembali lagi ke masa sekarang saat keretanya terganjal pohon ek raksasa
sepanjang jalan. Ia tersenyum. Mansion
megah berwarna putih tersebut masih sama, masih menjadi bagian dunia yang lama,
tidak berubah, tidak terpengaruh oleh perang. Namun di dalamnya akan berbeda.
Waktu tidak membuat penghuni Golden Oaks tetap sama. Berapa banyak pelayan lama
yang masih ada? Apakah Robert Lonsdale masih menjadi tamu yang terus ada? Apakah
Zachary dan Crystal punya anak? Berapa banyak? Bradford sekarang berharap ia
tidak melarang ayahnya untuk menceritakan perkembangan keadaan rumah dalam
surat terakhirnya.
Bradford
membayar si kusir dan meninggalkan kopernya di depan serambi. Ia masuk rumah
tanpa mengetuk lebih dulu, lalu berdiri mematung di ruang depan yang sangat
luas. Satu-satunya suara yang didengarnya adalah suara wajan berdentang dari
dapur.
Bradford
mulai naik, menuju kamar ayahnya. Ia berharap ayahnya belum terlalu banyak
berubah. Serangan jantung mungkin akan membuat ayahnya lemah.
“Master
Sachary, mengapa Anda kembali dari kota secepat ini? Apa ada masalah?”
Bradford
membalikkan badannya di tangga dan melihat Hannah berdiri di depan pintu yang
menuju ruang makan sembil memegang lap basah. Ekspresi wajah Hannah membuatnya
terluka.
“Jangan
seterkejutn itu, Hannah. Kurasa tak ada orang yang menyangka aku akan menginjak
rumah ini ini, termasuk dirimu.”
“Ya, Sir,
maksudku, tidak, Sir.” Tubuhn Hannah bergetar, mata coklatnya seperti tatakan
besar.
“Ya,
jangan bilang siapa-siapa kalau aku ada di sini, Hannah, karena aku hanya ingin
menemui ayahku. Apa dia ada di kamarnya?”
Hannah
mengangguk perlahan dan Bradford melanjutkan naik tangga, meninggalkan Hannah
yang menatapnya. Bradford mengetuk pintu kamar ayahnya dan menunggu jawaban,
kemudian masuk.
Mereka
lama saling pandang tanpa berkata apa-apa. Bradford senang melihat ayahnya
terlihat sehat. Gadis muda itu pasti berdampak baik pada ayahnya, pikir
Bradford dengan takjub.
“Sudah
lama sekali, Nak. Sudah terlalu lama sekali!” Jacob berkata keras. Matanya
menunjukkan kegembiraannya. “Bagus sekali, satu-satunya yang bisa membuatmu
pulang adalah sakitnya aku. Aku tahu waktuku sudah tidak banyak lagi, dan aku
ingin anak-anakku berdamai sebelum aku mati. Itu tidak bisa dilakukan jika kau
tak ada di sini.”
“Itu sama
sekali tidak bisa dilakukan, Ayah. Lagi pula, aku hanya datang ke sini satu
malam,” ujar Bradford enggan, menyaksikan sebagian pancaran sinar mata Jacob
mati. “Ini saja membuatku takut kalau-kalau amarahku muncul. Apa Zachary
tinggal di sini?”
“Ya.”
“Jika
begitu, tak ada gunanya kita membicarakan hal ini. Aku datang hanya ingin
melihatmu, bukan adikku dan istrinya. Nah, sekarang, apa penyebab serangan
jantungmu? Dr. Scarron tidak bilang.”
“Aku
hanya bisa menyalahkan diriku sendiri,” Jacob menjawab, terganggu dengan
pertanyaan Bradford. “Zachary dan aku sedang bertengkar soal Angela lagi, dan
aku kehilangan kesabaran. Seharusnya aku lebih menahan diri. Dokter sudah
mengingatkanku bahwa aku tidak boleh marah.”
“Namanya
Angela, ya? Mengejutkan sekali banyak gadis yang mempunyai nama Angela,”
Bradford berkata pada dirinya sendiri dengan pahit. “Ada masalah apa dengan
Zachary? Apa dia terlalu alim untuk menerima wanitamu tinggal di rumah ini?”
“Demi
Tuhan, Bradford! Jadi kau juga sudah mendengar gosip murahan itu? Dan kau
langsung memercayainya!”
“Tidak
ada salahnya membawa simpanan, selama tidak ada yang terluka karenanya,” cetus
Bradford. “Itu biasa.”
“Kurang
ajar kau, Bradford, aku berharap lebih darimu!” Nada suara Jacob meninggi.
“Ayah,
tenanglah!” Bradford menenangkan, sekarang mulai waspada. “Aku hanya ingin kau
tahu bahwa aku tidak menghakimi caramu menjalani hidup. Kau ini duda dan tidak
ada orang yang berharap kau melakukan selibat. Tapi jika bukan demikian yang
terjadi antara dirimu dengan gadis ini, lalu bagaimana yang sebenarnya?”
“Maaf,
aku kehilangan kendali, tapi...”
“Jangan
banyak alasan!” Bradford menggerutu. Bukankah kau tadi baru bilang kalau kau
tidak boleh merah lagi?”
“Aku
tahu, aku tahu. Tapi aku sudah empat tahun diterpa gosip itu, dan walaupun aku
sama sekali tidak peduli dengan pendapat orang tentangku, ini tidak adil bagi
Angela. Zachary memercayainya, dan dia adalah orang yang memulai gosip itu!”
“Aku
tidak mengerti.”
“Bagaimana
kau bisa mengerti, jika kau melarangku menulis segala sesuatu yang terjadi di
sini?”
Bradford
menghela napas. “Maafkan aku, aku memang salah.”
“Yah,
pertama-tama akan kujelaskan mengenai Angela. Saat William Sherrington
meninggal empat tahun yang lalu, Angela ditinggal sendirian. Aku harus...”
“Tunggu
sebentar!” Bradford menyela dengan terkejut. “Kau bicara tentang gadis kecil
yang ayahnya mengerjakan ladangmu?”
“Benar.
Aku telah mengenal Angela sejak dia lahir. Aku dan ibunya, Charissa, adalah
teman masa kecil. Orang tua Charissa, keluarga Stewart, adalah teman dari
keluargaku saat kami tinggal di Springfield. Karena hubungan pertemanan keluarga
ini, aku merasa bertanggung jawab atas Angela. Dan juga karena aku suka gadis
itu. Bisakah kau mengerti?”
“Oh,
tentu saja.” Bradford berbohong.
Ia tahu
banyak mengenai Charissa. Dengan pedih ia mengingat kembali malam-malam saat
ibunya menangis di bahunya saat menceritakan soal wanita lain dalam hidup Jacob
Maitland. Mereka mengira telah begitu pintar dan yakin tak ada orang yang tahu
mengenai hubungan gelap mereka. Namun Samantha Maitland tahu, bahkan sejak
awal. Ia tidak mengatakannya kepada siapa pun kecuali Bradford. Samantha
mencurahkan segala rasa malu dan sesalnya pada Bradford.
Bradford
membenci ayahnya cukup lama sesudahnya, dan terutama ia membenci wanita yang
telah menyebabkan hati ibunya terkoyak, dan menyebabkan Jacob Maitland
memindahkan seluruh keluarganya ke Alabama, agar ia bisa dekat dengan
selingkuhannya. Namun akhirnya, Charissa Stewart menikah dengan William
Sherrington, kemudian menghilang. Ibunya bahagia lagi. Dan saat tahun berganti
tahun, Bradford memaafkan ayahnya.
Bradford
sekarang tidak peduli jika ayahnya punya lusinan wanita, karena Samantha
Maitland sudah meninggal. Tapi Bradford tidak percaya jika ayahnya bisa
mengambil putri wanita yang dicintainya sebagai kekasihnya. Itu sangat aneh.
Jacob
berkata, “Aku membawa Angela ke rumah ini empat tahun yang lalu, bukan karena
kasihan, tapi untuk menjadikannya anggota keluarga yang setara. Aku telah
menyekolahkannya. Tadinya dia bahkan tidak bisa menulis namanya sendiri. Dia
wanita yang cerdas, dan lulus dengan nilai yang sangat baik tahun ini. Aku akan
memberikan apa pun yang Angela mau, walaupun dia tidak meminta apa-apa dariku.
Dia menolong ayahnya menggarap ladang seumur hidupnya. Dia wanita yang baik dan
lembut, walau terkadang suka meledak-ledak. Sekarang dia berumur dua puluh satu
tahun, dan cukup cantik.” Jacob tersenyum hangat. “Bahkan, aku hanya kenal satu
wanita yang menyamai kecantikannya, dan itu adalah ibunya.”
“Apa lagi
yang ingin kau ceritakan?” Bradford mengubah topik pembicaraan.
“Tentang
Zachary dan Crystal. Mereka berdua tidak menyukai Angela mulai dari awal, dan
mereka tidak membuat hidupnya menyenangkan. Mereka membencinya karena aku telah
membawanya kemari dan memperlakukannya seperti anak sendiri. Aku selalu ingin
punya anak perempuan.” Jacob melamun sebelum akhirnya melanjutkan. “Teman
lamamu, Robert, sekarang jatuh cinta pada Angela dan ingin menikahinya.”
“Yah, itu
bagus buat Robert.”
“Aku
tidak yakin itu ide yang bagus,” sanggah Jacob dengan cepat. “Aku sudah mencoba
untuk meredam keinginan robert itu. Yah, anak itu menurutku masih kurang rasa
tanggung jawabnya. Tidak, menurutku tidak begitu bagus jika mereka berdua
menikah. Zachary benar-benar tidak suka dengan ide itu dan aku yakin dia akan
berusaha sekuat tenaga untuk mencegahnya. Seperti kukatakan sebelumnya, gosip
tentang aku sampai muncul kurang lebih karena Zachary. Setiap kali Angela
pulang liburan sekolah, bahkan pada saat liburan Natal, Zachary membawa
istrinya menginap di kota, memberikan kesan bahwa dia melindungi Crystal dari
perbuatan tak bermoral ayahnya. Dia bilang dia hanya melakukan apa yang
diinginkan istrinya, karena Crystal tak mau tinggal satu atap dengan Angela.
Tapi sekarang aku tak yakin lagi, setelah aku tahu bahwa dia benar-benar
yakin kalau Angela itu wanita
simpananku.”
“Ini
situasi yang sungguh rumit,” komentar Bradford sambil menggeleng-gelengkan
kepalanya. “Apa kau tidak bisa membuat semacam pengumuman untuk meluruskan hal
ini?”
“Tidak
peduli apa pun yang kukatakan, tetap ada orang yang bicara macam-macam. Kau
tahu itu.”
“Yah,”
Bradford berkata dengan sinar murung pada matanya. “Aku bisa membawa Angela ke
kota bersamaku besok saat aku pergi. Satu ciuman yang bergairah di depan publik
agar semua orang bisa melihatnya, dan itu akan mengenyahkan semua gosip itu.
Tapi itu tidak akan bagus bagi reputasiku, Ayah, karena aku sudah bertunangan.
Dan Candise Taylor akan menjadi istri yang sangat hebat.”
“Tapi,
apakah kau mencintainya?”
“Tidak.
Aku telah lama mencari cinta dan tidak beruntung. Dan jika aku nantinya
menemukan cinta, kurasa aku bisa saja menjadikan wanita itu sebagai simpananku.”
Bradford menahan dirinya agar tidak berkata, “Buah jatuh tidak jauh dari
pohonnya.”
“Aku
tidak setuju Bradford.”
Bradford
menaikkan alisnya. “Tentang apa? Tentang aku akan punya wanita simpanan atau
tentang aku akan menikahi Candise Taylor?”
“Aku
sungguh berharap kau menikah karena cinta,” Jacob menjawab dengan sedih. “Aku
tidak demikian, dan aku selalu menyesalinya.”
Bradford
merasakan kembali amarahnya yang berasal dari masa lalu. “Lalu, kenapa kau
menikahi Ibu?” tanyanya pahit.
“Karena
dipaksa ayahku,” jawab Jacob, suaranya berat karena mengingat masa lalu. “Dia
adalah pria yang suka memanipulasi hidup orang lain, terutama hidupku. Saat
itu, aku tidak punya kekasih, jadi aku menyerah. Kau harus tahu bahwa
pernikahan aku dan ibumu bukanlah pernikahan yang ideal. Karena alasan itulah
aku tidak pernah memaksamu untuk menikah.”
“Dan
sekarang saat aku telah memutuskan untuk menikah, kukira keputusanku itu akan
membuatmu senang, namun kau ternyata tidak terlalu senang, bukan?”
“Jika kau
bahagia, aku juga akan bahagia. Tapi kau sudah mengakui bahwa kau tidak
mencintai Candise Taylor.”
Bradford
menghela napas. “Selain Crystal, ada seorang gadis lagi yang bisa
membahagiakanku, namun dia menghilang dari hidupku tanpa jejak. Aku ragu akan
bisa menemukannya, walau masih terus mencoba.” Bradford bangkit dan mulai
melangkah. “Tapi aku tidak bisa menunggu selamanya.”
“Demi
Tuhan, Bradford, umurmu baru tiga puluh tahun!”
“Ya, tapi
apakah aku harus terus menunggu gadis yang tepat padahal mungkin saja dia
takkan pernah muncul? Dan Candise seorang wanita yang sangat baik. Dia pendiam
dan pemalu. Kami akan cocok. Dan siapa tahu, lama kelamaan aku akan bisa
mencintainya.”
Saat itu
terdengr ketukan di pintu, dan setelah dipersilahkan oleh Jacob, Robert
Lonsdale masuk ruangan dengan ragu-ragu. Robert tidak memperhatikan Bradford,
yang dengan cepat mengangkat tangannya sehingga menutupi wajahnya. Robert
langsung mengeluarkan isi hatinya pada Jacob.
“Kurasa
kau ingin tahu, Sir, bahwa dia telah menolakku.” Robert berjalan pelan-pelan di
dalam ruangan sambil bicara.
“Apa
maksudmu, Nak?” Jacob bertanya walau jawabannya sudah jelas.
“Angela! Dia
menolakku. Dia bilang dia tidak mencintaiku dan dia mencintai pria lain. Aku tidak
bermaksud kurang ajar, Sir, tapi pria itu engkau, bukan? Dia jatuh cinta
padamu, karena telah begitu baik padanya.”
“Jangan
aneh-aneh, Robert,” sanggah Jacob dengan nada suara sabar. “Angela sudah
seperti anak bagiku.”
“Siapa
lagi kalau bukan engkau?”
“Yah,
mungkin seseorang yang dia kenal saat bersekolah.”
“Well, tidak peduli siapa yang dia
cintai, aku tidak akan menyerah!”
“Akan
lebih baik bagimu jika kau merelakannya, bila Angela memang tidak membuka pintu
hatin ya bagimu.”
“Maaf,
tapi aku tidak bisa menyerah secepat itu,” tegas Robert. “Aku tidak ingin
wanita lain selain Angela.”
“Apa dia
tahu betapa sedihnya kau saat ini?” tanya Jacob penuh perhatian.
“Tentu saja
tidak! Aku tidak bisa menunjukkan kesedihanku padanya.”
“Di mana
Angela sekarang?”
“Aku
meninggalkannya di rumah Susie Fletcher. Susie mengundang kami untuk menginap
di sana. Aku terlalu sedih untuk tetap berada di sana, namun Angela sudah
setuju untuk menginap. Dia akan kembali besok sore, kurasa. Tapi kukatakan
sekarang, Sir, aku akan menikahi Angela. Dan aku tidak ingin mendengar argumen
darimu lagi, Zachary. Kita mungkin bersahabat, tapi...”
Robert
berhenti sesaat saat Bradford akhirnya menghadapkan wajahnya. Awalnya, wajah
Robert terlihat senang, namun dengan perlahan ia membeku dan keluar dari
ruangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Bradford tersenyum, karena
tampaknya teman lamanya itu berurusan dengan harga diri, bukan karena
benar-benar tidak menyukainya.
“Kurasa
dia tidak membencimu, Bradford, dulu juga tidak. Robert, seperti teman-teman
lamamu yang lain, hanya tidak mengerti mengapa kau bergabung dengan pasukan
Union untuk melawan mereka. Perang telah memutus banyak sekali ikatan. Ikatan
pribadi dan juga negara. Ikatan pribadi mungkin takkan bisa dipersatukan
kembali, tapi negara lebih mudah untuk dipersatukan. Kurasa Robert tadi hanya
merasa sangat malu.”
“Kuharap
kau benar, Ayah,” Bradford berkata dengan senyum dipaksakan. “Tapi kelihatannya
rencana kecil kita menjadi batal. Aku akan pergi besok pagi, jadi aku takkan
bisa bertemu Angela, atau membawanya bersamaku ke kota.”
“Bisakah
kau tinggal lebih lama lagi di sini?” tanya Jacob penuh harap.
“Sudah
terlalu banyak permusuhan di rumah ini. Aku tidak akan menambahnya. Aku akan ke
Texas, dan aku sangat bersemangat soal itu. Kau tahu tanahmu di sana telah
terbengkalai selama perang, tapi tidak butuh waktu lama untuk memperbaikinya.
Lahan itu akan siap tepat pada waktunya bagi calon pengantinku. Aku sudah
mendelegasikan bisnis Maitland yang di Selatan kepada Jim McLaughlin, namun
pembuat keputusannya tetap aku jika kau berhalangan.”
“Yah,
jika itu maumu, aku bisa bilang apa? Dan ya, aku ingin kau terus mengurus
bisnis ini. Aku ingin kau mengurus bisnis ini karena tidak lama lagi semua akan
menjadi milikmu. Aku tetap berharap kau mau tinggal di sini lebih lama...
beberapa hari saja mungkin.”
Bradford
perlahan-lahan berdiri dan menggenggam tangan ayahnya. “Aku ingin tetap di sini
bersamamu, jujur saja, tapi akan lebih baik jika aku tidak bertemu Zachary sama
sekali. Dan yang jelas, aku tidak mau bertemu Crystal. Omong-omong, di mana
mereka?”
“Zachary
membawa Crystal ke kota untuk berbelanja. Wanita itu sangat suka membelanjakan
uangku. Mereka mungkin tidak akan kembali sampai malam.”
“Kurasa
aku beruntung tidak bertemu mereka pagi ini. Aku akan makan malam bersamamu
malam ini, Ayah, dan kita bisa berbincang lebih banyak sore ini. Tapi di luar
itu, aku hanya akan berada di dalam kamarku. Aku minta maaf jika harus seperti
ini.”
Bab 23
Bradford
mengucapkan selamat tinggal kepada ayahnya, yang sekali lagi mencoba
membujuknya untuk tetap tinggal. Namuntidak ada yang bisa membuatnya tinggal di
Golden Oaks lebih lama lagi, karena perkelahian pasti akan timbul antara
dirinya dan Zachary. Sejujurnya, Bradford tidak begitu yakin bagaimana
reaksinya sekarang jika mereka sampai berhadapan. Lebih baik tidak mencari
tahu.
Pagi
musim panas sangat indah, langit berwarna biru. Bradford segera menuju kandang.
“Kudanya
sudah siap, Master Brad,” kata Zeke, sambil berdiri di samping kereta.
“Aku
memutuskan untuk menunggang kuda jantan ke kota, Zeke,” Bradford menjawab
dengan tegas. “Kau bisa mengikutiku dengan kereta.”
“Baik,
Master.”
Rasanya
luar biasa menunggangi kuda lagi. Itu, dan kesehatan ayahnya yang membaik,
membuat Bradford merasa bersemangat. Saat ia mulai menyusuri jalan yang panjang
dengan perlahan, Zeke pelan-pelan mengikutinya. Bradford menyimpan Golden Oaks
dan para penghuninya jauh di belakangnya dan ia mulai memikirkan Texas.
Setelah
melaju beberapa kilometer. Bradford memperlambat kudanya saat ia melihat
seorang penunggang kuda lain mendekatinya dengan kencang. Orang itu masih jauh
sehingga Bradford tidak bisa menebak apakah ia wanita atau pria. Kudanya
berwarna abu-abu, sedangkan penunggangnya mengenakan celana panjang dan kemeja
berumbai putih dengan lengan yang digulung. Saat orang itu mendekat, Bradford
bisa melihat rambut wanita –rambut panjang ikal yang tertiup angin. Sinar
matahari mambuat rambut coklat itu tampak merah.
Dengan
rambut seperti itu, Bradford memutuskan, wanita itu pasti seorang gadis muda.
Tapi mengapa gadis itu berpakaian seperti laki-laki?
Gadis itu
dengan cepat melewati Bradford dan tiba-tiba wajah Bradford terlihat gembira
dan takjub. Saat melewati Bradford, gadis itu melihat ke arahnya kemudian
dengan keras menyentak tali kekang kuda dan hampir terjatuh karenanya. Gadis
itu membalik badan untuk memandang ke arah Bradford dari balik bahunya, dan
Bradford bisa melihat bahwa gadis itu sama terkejutnya dengan dirinya. Tapi
tiba-tiba, gadis itu mengentakkan kakinya ke kudanya dan berlalu.
Bradford
mengejarnya, lalu menjajarinya. Bradford menarik kuda gadis itu dan membuat
mereka berdua tersentak.
“Ternyata
memang benar kau!” seru Bradford. “Kenapa kau tidak berhenti?”
Tanpa
menunggu jawaban, Bradford melompat turun dari kudanya dan menarik kuda abu-abu
gadis itu. Bradford mencengkram, tanpa bicara mendekatkan tubuh Angela ke
tubuhnya, sambil mengingat bagaimana rasanya, mengingat malam-malam panjang saat
ia memimpikan Angela. Ia mulai yakin bahwa Angela tidak pernah ada. Tapi Angela
memang ada, dan sekarang gadis itu di sini.
Setelah
beberapa lama, Bradford bertanya perlahan, “Apakah Jim McLaughling yang
membawamu ke sini?”
“Siapa?”
Suara Angela bergetar.
Bradford
tidak menyadari betapa takutnya Angela. “Pengacaraku. Kukatakan padanya jika
dia menemukanmu, dia harus segera membawamu kepadaku, tak peduli di mana pun
aku berada. Aku menghabiskan waktuku cukup lama untuk menemukanmu, Angel.”
Angela
dengan cepat menyadari bahwa Bradford tidak tahu mengapa ia berada di sini atau
siapa dirinya. Rasa lega membuat kepalanya hampir pusing. Tapi kenapa Bradford
begitu senang bertemu dengannya? Mengingat Bradford tidak muncul pada malam
musim panas lalu untuk menemuinya.
“Kenapa
kau repot-repot mencariku? Jelas kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan
dan tidak ingin berhubungan lagi denganku,” cetus Angela dengan pahit.
“Apa
maksudmu?” Bradford terkejut. “Kau yang menghilang.”
“Aku
tidak menghilang. Aku menunggumu seminggu sesudah sekolah mengumumkan liburan
musim panas, tapi kau tak pernah muncul.”
Bradford
merengkuh tubuh Angela lagi, memeluknya erat-erat.
“Oh
Tuhan, Angela, kita benar-benar telah membuat segalanya menjadi kacau. Kukira
kau menyembunyikan diri. Saat bunga-bunga yang kukirimkan dikembalikan, aku
kembali ke Hadley Selatan untuk mencari tahu apa yang salah. Aku mendatangi
sekolahmu, namun tidak ada siswi bernama Angela Smith.”
“Aku...”
Oh tuhan,
apa yang harus dikatakannya? Tentu saja
tidak ada siswi bernama Angela Smith. Angela Smith tidak pernah ada.
“Ada apa,
Angel? Katakan apa yang telah terjadi sehingga kita terpisah begitu lama.”
Zeke
mendekat dan menghentikan keretanya di samping mereka sebelum Angela bisa
memikirkan apa yang akan dikatakannya.
“Missy
Angela, mengapa kau berpakaian seperti itu? Apa yang terjadi dengan gaun merah
cantik yang kau kenakan kemarin?”
Angela
mundur dengan khawatir saat Bradford memandangi dirinya dan Zeke. Ekspresi
mengerti terpancar dari wajah Bradford dan matanya menjadi meredup dan lebih
redup lagi sampai akhirnya memandang Angela dengan tatapan membara.
Angela
panik. Dengan cepat ia memandang ke arah Zeke mencoba memikirkan sesuatu untuk
menghentikan amarah Bradford yang memuncak.
“Seseorang
menggunting gaunku semalam saat aku sedang tidur, Zeke. Mungkin pelakunya salah
seorang pelayan Fletcher, tapi aku tidak ingin tinggal lebih lama lagi di sana
untuk mencari tahu. Gaun Susie juga lebih kecil, jadi adiknya Joel, meminjamkan
pakaiannya. Tapi jangan bilang siapa-siapa tentang hal ini Zeke, Jacob akan
marah dan...”
“Cukup
Angela Sherrington!” Suara Bradford memotong kalimatnya. “Kau tunggu di sini
Zeke. Dan kau!” Bradford membenamkan jari-jarinya ke lengan Angela. “Kau, ikut
denganku!”
Bradford
menyeretnya ke pepohonan di samping jalan, membuat Zeke menatap mereka dengan
rasa heran yang terpancar dari wajahnya. Saat mereka sudah sampai di tempat di
mana tidak ada orang yang bisa melihat dan mendengarkan, Bradford berhenti dan
menuntut jawaban dari Angela.”
“Kenapa?”
Bradford berteriak. Matanya membara. “Kenapa kau mengikutiku sampai ke tempat
Maudie hari itu namun tidak memberitahuku siapa dirimu?”
“Kau...
kau tidak mengenaliku. Kau mengira aku...”
“Tak
peduli apa yang kupikirkan!” Bradford menyela dengan liar. “Memangnya aku harus
menyangka apa? Kau tahu bahwa itu aku sejak awal, bukan?”
“Ya.”
“Lalu
mengapa kau membiarkanku membayarmu, bercinta denganmu, lalu mengambil
keperawananmu? Mengapa?”
“Bradford,
kau menyakitiku.” Angela mencoba untuk menjauh, namun Bradford malah memeluknya
lebih erat lagi, membuatnya menangis kesakitan.
“Aku
menghabiskan ribuan dolar untuk mencarimu, padahal selama itu kau dengan aman
berada di sekolahmu, bukan? Pantas saja tidak ada siswi yang bernama Angela
Smith. Kenapa kau bohong padaku? Kenapa kau tidak bilang siapa dirimu?”
“Bradford,
hentikan! Kau takkan bisa mengerti!” Angela menangis, air mata mengalir sampai
ke pipinya.
“Kalau
begitu, coba jelaskan!” Bradford menuntut dengan tidak sabar. “kau tahu aku
menginginkanmu. Aku akan memberikan segala yang kau inginkan, namun sekarang
aku sadar ayahku telah mengalahkanku.” Ia mendorong Angela menjauh darinya
dengan jijik. “Memang seperti itu, bukan? Kau bersenang-senang dengan ayah dan
anaknya, betul begitu?”
“Sama
sekali tidak seperti itu!” Angela menjawab dengan lemah.
“Sial,
aku ingin yang sejujurnya! Kau membiarkanku bercinta denganmu dan aku harus
tahu mengpa!”
“Aku...
aku tidak bisa mengatakannya padamu.”
“Kau akan
mengatakan padaku! Apa kau ini pelacur? Berapa pria lagi yang telah kau tiduri
setelah aku?”
“Tidak
seorang pun. Oh Tuhan, tidak ada pria yang lain!” Sekarang Angela tersedu-sedu.
“Lalu,
mengapa aku?”
“Kau...
kau sekarang membenciku, Bradford, jadi aku tidak bisa mengatakannya padamu.
Aku tidak bisa!”
Angela
berkelit untuk membebaskan diri dan lari, kemudian tersandung di pepohonan
sampai mencapai jalanan. Dengan menangis tersedu-sedu, ia mengentak kudanya dan
melaju ke arah golden Oaks. Oh Tuhan, sekarang Bradford membencinya, seperti
yang selama ini selalu ditakutinya.
Bab 24
Angela
menghabiskan sisa hari itu di kamarnya, sebagian besar dengan menangis
habis-habisan. Tak ada gunanya memikirkan apa yang telah terjadi. Bradford
membencinya. Ia hanya membuat Bradford semakin marah dengan menolak untuk
menjelaskan. Namun, bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia mencintai Bradford,
saat pria itu punya pandangan yang sangat buruk tentang dirinya? Bagaimana ia
bisa mengatakan bahwa itulah sebabnya ia membiarkan Bradford bercinta
dengannya? Bradford akan tertawa jika ia mengungkapkan kenyataan.
Jacob
mendatangi kamarnya pada sore harinya, karena ia telah mengatakan pada Hannah
bahwa ia sakit. Jacob menceritakan kunjungan Bradford pada Angela, bahwa ia tak
bisa membujuk putranya itu untuk tinggal lebih lama.
Apakah
memang lebih baik seperti ini? Angela bertanya-tanya dalam hati. Ia takut untuk
menghadapi Bradford lagi. Dan sekarang pria itu tengah dalam perjalanan menuju
Texas.
Menjelang
malam, Eulalia mendatangi kamarnya, penuh dengan gosip. “Oh Tuhan, rumah ini
benar-benar gempar dengan kunjungan Master Brad semalam. Semua orang marah
karena mereka tidak tahu saat Mater Brad datang. Datang dan pergi begitu saja.”
Eulalia terkikik saat menghamparkan gaun tafeta hijau, dengan sulaman emas
dekat garis lehernya yang tinggi dan juga di kerahnya.
“Aku
tidak akan memerlukan gaun itu. Aku tidak akan turun untuk makan malam.”
“Kau akan
turun. Ini malam pertama Master Jacob duduk kembali di ujung meja, dan kau
tentu tahu bahwa sebaiknya kau ada di sana.”
“Ya,
tentu saja. Aku tidak terpikirkan.” Angela menghela napas. Ia membiarkan
Eulalia mengambil alih.
Angela
dan Eulalia saling cocok, walau mereka sering beradu argumentasi. Eulalia yakin
apa yang terbaik bagi Angela. Eulalia hampir selalu benar, namun Angela tak
mungkin memberitahunya. Itu akan merusak pertempuran kecil mereka, padahal
mereka menikmatinya.
Tak lama,
Angela turun dan berjalan menuju ruang makan untuk bergabung bersama Crystal
dan Zachary, yang sudah lebih dulu berada di sana. Robert masuk tak lama
kemudian, namun Jacob tidak muncul.
“Kau lama
sekali, Angela,” ujar Crystal tak sabar.
“Sudah
cukup, Crystal,” Zachary mengingatkan. “Ayah belum sampai di sini, jadi bukan
Angela penyebab kita terlambat makan. Dan tolong ingat apa yang telah kukatakan
padamu, ya?”
“Apa kau
sudah lupa pada apa yang kukatakan padamu, Zachary Maitland?” Crystal bertanya
dengan pedas. “Aku tidak akan menjadi orang munafik hanya karena ancaman
ayahmu.”
“Ayah
tidak main-main dengan ancamannya, Crystal,” sergah Zachary. “Jadi sebaiknya
kau turuti nasihatku dan tahan lidahmu, jika kau tahu apa yang baik bagimu.”
“Jangan
mengancamku!” Crystal meledak, mata birunya membeku. “Aku akan mengatakan apa
pun yang kuinginkan, kapan pun aku menginginkannya, walau itu mengenai dirinya!”
Robert
menghantamkan tangannya ke atas meja. “Mengapa kalian berdua tidak diam saja! Dan
berhenti bicara tentang Angela seolah-olah dia tidak berada di sini!” ia
berteriak.
“Tolong
pelankan suaramu, Robert,” sergah Zachary. “Ini sama sekali bukan urusanmu.”
“Aku
tidak ingin jadi penyebab ketidaknyamanan malam ini.” Angela menghela napas.
Dengan memandang langsung kepada Crystal, ia berkata dengan tegas, “Kita semua
tahu posisi kita masing-masing, tapi ini hari pertama Jacob turun dari tempat
tidurnya, dan sebaiknya kita berusaha bersikap menyenangkan.”
“Apa ada
yang menyebut namaku?” Jacob menyeringai saat masuk ke ruang makan.
“Kami
sedang membicarakan kesehatanmu, Jacob,” jawab Angela cepat. “Kau tahu,
seharusnya kau tetap beristirahat di tempat tidur satu hari lagi, seperti yang
disarankan dokter.”
“Omong
kosong, aku merasa baik-baik saja,” sahut Jacob. “Bahkan aku tidak bisa lebih
bahagia lagi.”
“Apa
hubungannya kebahagiannmu dengan kesehatanmu?” tanya Crystal, kebosanan.
“Semuanya
berhubungan.” Jacob tergelak.
“Kau
senang karena kunjungan Bradford?” Zachary bertanya sinis.
“Ya, bisa
dikatakan begitu.”
“Apa...
apa dia bertanya tentang aku?” tanya Zachary pelan. “Apa dia mengatakan
bagaimana perasaannya sekarang?”
“Kenapa
kau tidak tanya sendiri saja padanya?”
Lebih
dari satu napas yang tertahan terdengar di dalam ruangan itu saat Bradford
muncul di depan pintu dengan senyum tenang dan malasnya. Saat tenang, matanya
berwarna coklat emas yang jernih. Ia memandang semua orang yang berada di
ruangan tersebut.
Keheningan
itu sungguh menyiksa. Zachary sudah sepucat mayat. Crystal tetap merasa marah.
Robert hanya memandang meja, menghindari mata Bradford. Hanya Jacob yang senang
bertemu dengan putra tertuanya.
Gadis
pelayan mulai membawakan makanan, dan Bradford duduk di ujung meja yang lain,
tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Keheningan tersebut berakhir saat Crystal
secara gugup mengungkapkan rencananya untuk mengadakan pesta dansa. Jacob
memberika persetujuannya, dan menyerahkan semua perencanaannya kepada para
wanita. Crystal mengisi makan malam tersebut dengan topik mengenai persiapan
pesta dansa. Tampaknya ia sangat tegang dan mengulangi kalimatnya beberapa
kali. Namun saat hidangan penutup disajikan, ia kehabisan bahan pembicaraan.
Bradford
tidak mengucapkan sepatah kata pun selama makan malam. Angela mencuri pandang
sesekali ke arah pria itu. Ia memandang Bradford memandang dingin ke arah
Zachary dan Crystal. Mereka menghindari tatapan Bradford dan tak mengucapkan
sepatah kata pun padanya. Robert juga diam saja, tidak seperti biasanya, namun
ia memperhatikan dengan seringai takjub.
“Well, Robert,” Bradford akhirnya angkat
bicara, mengarahkan seluruh perhatiannya pada teman lamanya, “apa tidak ada
yang ingin kau katakan? ‘Pergilah ke neraka,’ misalnya?”
“Bradford!”
tegur Jacob.
“Aku
hanya berusaha mencairkan ketegangan, Ayah, dan aku harus memulai dari suatu
tempat,” Bradford menjelaskan. “Aku yakin para wanita akan memaafkan bahasaku.”
“Aku
senang kau telah kembali Bradford,” Robert memulai, sekarang dengan seringai
penuh. “Aku merasa bersalah untuk waktu yang lama karena telah salah paham
padamu. Jika kau mengizinkan, aku ingin minta maaf atas semua ucapanku padamu
saat kau tak ada di sini untuk membela diri.”
Bradford
terkikik. “Aku bisa membayangkan segala sumpah serapah yang kau ucapkan. Tapi
apakah ‘pengkhianat’ setidaknya telah dihapus dari daftarmu?”
“Ya.”
Robert menyeringai. “Kau hanya mengikuti apa yang kau yakini. Apa lagi yang
bisa dilakukan seorang pria?”
“Benar.
Hanya saja, beberapa pria tidak seberani itu,” kata Bradford dalam sambil
memandang ke meja. Lalu ia menaikkan tatapan matanya lagi dan tersenyum. “Kau
sama sekali belum berubah, Robert. Ternyata rumah tua ini masih lebih menarik
bagimu daripada rumah sendiri. Walaupun demikian, kau memang anggota keluarga
ini sekarang, bukan begitu?”
Robert
membersihkan tenggorokannya. “Kurasa begitu.”
Bradford
tertawa mendengar jawaban temannya yang ragu-ragu. Kemudian ia mengarahkan
perhatiannya kepada Zachary, dan tawanya dengan cepat menghilang.
“Tidak
adakah yang ingin kau katakan, Adikku?”
“Aku
mencintaimu, Bradford,” Zachary menjawab dengan suara serak. “Apa lagi yang
bisa kukatakan?”
“Tentu
saja. Semuanya adil dalam perang dan cinta, kan?” Bradford bertanya dengan
suara dingin, bibirnya merapat. “Dan bagaimana denganmu, Crystal? Tidak adakah
sapaan pada pria yang seharusnya kau nikahi?”
“Yah,
tentu saja, Bradford. Halo,” sahut Crystal dengan cepat sambil diiringi senyum
mewanan yang segera menghilang dalam sekejap.
“Segitu
saja sambutannya,” komentar Bradford. Ia melihat ke arah angela, dan matanya
kembali berwarna kecoklatan emas. “Yah, kau jelas sudah berubah dari gadis
kecil yang pernah kutemui tujuh tahun yang lalu, Angel.”
“Namanya
Angela,” Crystal mengoreksi.
“Ya...
aku tahu,” timpal Bradford dengan lembut tanpa menatap Crystal.
Angela
ingin lari dari ruangan sekarang, namun Jacob tidak akan mengerti. Ia begitu
gugup hingga ia merasa udara semakin panas. Ia menekan koin emasnya dibalik
gaunnya dan menggenggamnya erat-erat di telapak tangan, berdoa agar diberikan
kekuatan. Mengapa Bradford melakukan ini? Mengapa pria itu berada di sini, dan
bukannya kembali ke Texas? Dan mengapa ia merasa begitu ketakutan?
“Itu
liontin yang sangat unik,” Bradford melanjutkan, sambil melihat reaksi Angela
lebih dekat. “Aku pernah bertemu seorang wanita muda yang punya kalung persis
seperti itu. Dari mana kau mendapatkan kelung itu, Angel?”
Aulalia,
yang tanpa seuara membersihkan perlengkapan makan, terkikik ke arah Bradford
yang dengan sengaja memanggil nonanya Angel, namun yang lainnya merasa
terganggu, termasuk Jacob.
“Seorang
pria yang mengendarai kuda hitam memberiku koin ini saat umurku sebelas tahun,”
Angela menjawab dengan jelas. “Dia... dia tidak sengaja mencipratkan lumpur ke
gaunku dan memberiku koin itu untuk membeli gaun baru.”
“Itu
pasti sangat menyenangkan,” sindir Crystal.
Bradford
mengabaikan komentar Crystal dan melanjutkan, “Jadi, kau menyimpan koin itu dan
tidak membeli gaun baru. Kenapa?”
“Apakah
penting alasannya?” tanya Angela, “Waktu seumur itu, aku sama sekali tidak
peduli pada pakaian.”
“Tapi kau
juga tidak pernah membelanjakan koin itu untuk hal lainnya,” Bradford terus
menekan. “Kenapa?”
Angela
merasa terdesak. Ia berdiri, tak sanggup lagi.
“Bolehkah
aku selasai makan duluan, Jacob? Aku sungguh merasa tidak enak badan malam ini.”
“Tentu
saja, Sayang. Apa kau ingin diperiksa Dr. Scarron?” tanya Jacob dengan
khawatir.
“Tidak,
aku pasti akan baik-baik saja besok pagi.”
Angela
cepat-cepat meninggalkan ruangan, mengucapkan selamat malam pada yang lain,
lalu berlari ke atas. Ia melemparkan dirinya ke kasur dan menumpahkan air mata
yang sudah ditahannya sepanjang malam ini.
Mengapa
Bradford kembali? Pria itu membuat segalanya menjadi lebih buruk.
Back
Haiii,, aku suka banget ceritanya..
BalasHapusTambah penasaran sama Angela & Bradford..
makasih udah mengikuti ceritanya,, nantikan terus lanjutannya ya..
Hapus