Selasa, 14 Agustus 2018

Glorious Angel 14


Bab 25

Angela sudah lama bertanya-tanya mengapa Bradford tidak pernah pulang. Sekarang ia tahu alasannya. Bradford mencintai Crystal. Bradford mencintai Crystal sebelum perang dan masih mencintai Crystal sekarang. Pria itu mencintai istri adiknya sendiri!


Angela bangun dan berjalan mondar-mandir sambil menunggu Eulalia selesai membersihkan dapur dan membantunya melepaskan gaun. Tapi tidak perlu terburu-buru. Toh, ia pasti takkan bisa tidur malam ini.

Apakah Bradford akan tidur di kamar di seberang kamarnya? Apakah Bradford akan memberitahukan segalanya pada Jacob?

Tak lama amarahnya mulai muncul, Angela masih berjalan mondar-mandir.

“Maaf aku terlambat, Missy. Kau sudah menunggu lama?”

“Ya!” Angela meledak, namun Eulalia tidak keberatan.

“Aku menolong Tilda membersihkan dapur. Semua orang meninggalkan ruang makan lebih cepat daripada biasanya,” Eulalia mulai bicara sambil melepas gaun Angela.

“Semuanya?”

“Kecuali Master Jacob dan Master Brad. Mereka membicarakan bisnis di ruang kerja sambil minum.”

Oh Tuhan, Angela menggeram di dalam dirinya. Bradford akan memberitahu Jacob. Ia tahu itu!

Angela berusaha menenangkan perasaannya.

“Bisakah kau membawakan air untuk mandi, Eulalia? Malam ini sangat panas.”

Eulalia terkikik mengerti. “Tilda sudah memanaskan air. Bukan hanya dirimu yang berkeringat malam ini, Missy,” tuturnya, kemudian dengan cepat keluar dari kamar.

Satu jam kemudian, Angela melangkah masuk ke bak mandi besar dan berniat untuk menenangkan diri. Ia mencoba mengosongkan pikirannya dan hanya mendengarkan gumaman Eulalia yang menaruh baju tidurnya dan menata di tempat tidur. Namun kemudian, pintu terbuka, dan keduanya terkejut.

“Anda salah masuk kamar, Master Brad!” Eulalia terkejut, lalu berdiri di depan bak mandi, mencoba menutupi Angela dari pandangan Bradford.

“Siapa namamu?” Bradford bertanya dari tempatnya berdiri.

“Eulalia.”

Well, Eulalia, mengapa kau tidak keluar saja dari sini?”

“Anda tidak bisa masuk kemari! Master Jacob akan marah!”

“Dia tidak akan tahu, Eulalia,” Bradford berkata dengan nada suara malas. “Ini akan membuatnya marah dan aku tidak ingin itu terjadi.”

Eulalia berbalik menghadapi Angela. “Kenapa kau tidak berteriak atau melakukan sesuatu, Missy, supaya dia keluar?”

“Oh, demi Tuhan!” Bradford berteriak tidak sabar dan masuk ke kamar. Ia menggamit lengan Eulalia dan membawanya keluar kamar.

“Tidak apa-apa, Eulalia. Jangan khawatir. Dia hanya ingin bicara denganku,” Angela berseru sebelum Bradford menutup pintu dan menguncinya.

Angela melorotkan tubuhnya lebih dalam ke bak mandi. Rasa takut membuat perutnya sakit. Tapi ia juga marah. Berani-beraninya Bradford masuk ke kamarnya.

“Apa maumu, Bradford?”

Bradford pindah berdiri di belakang Angela sambil menjawab, “Aku ingin bicara. Atau, lebih tepatnya, kau yang akan bicara.”

“Aku tidak bisa. Aku sudah pernah mengatakannya. Sekarang keluar dari kamarku sebelum aku melakukan apa yang disarankan Eulalia dan berteriak!”

“Kau tidak akan berteriak, tapi akan bicara, Angel,” kata Bradford lembut, sementara jarinya menelusuri leher Angela.

Bulu kuduk Angela langsung berdiri.

“Jangan, Bradford, kumohon!” Ia menangis, dengan cepat ingat apa akibat sentuhan Bradford. Amarahnya pupus, yang tersisa hanyalah rasa takut, bukan takut akan amarah Bradford, namun takut akan kekuatan ajaib yang dimiliki Bradford dan pengaruh kekuatan itu pada tubuhnya.

“Kenapa? Kau sebelumnya tidak keberatan aku menyentuhmu di Sringfield,” Bradford mengingatkan.

“Itu beda. Kau tidak tahu siapa aku waktu itu,” Angela menjawab dengan gugup.

“Apa bedanya dengan sekarang?” Bradford menuntut.

“Bradford, kumohon! Biarkan aku menyelesaikan mandiku dan memakai baju terlebih dahulu, kemudian kita bisa bicara.”

“Tidak! Dan jangan bilang kau malu jika telanjang, karena aku tidak akan percaya itu,” tukas Bradford.

“Kenapa kau kembali?” Angela berseru dalam keputusasaan.

“Karena dirimu,” jawab Bradford singkat, kemudian ia berputar ke sisi lain bak mandi. “Apa kau tidak pernah melepaskan kalung ini?” tanyanya sambil mengangkat koin emas itu dari dalam air.

“Tidak!” Angela menjerit dan merampas koinnya dari tangan Bradford.

“Kenapa kau menyimpannya, Angel?”

“Itu bukan urusanmu, Bradford, dan itu juga tidak penting,” sahut Angela.

“Itu penting karena aku yang memberikannya padamu.” Bradford tersenyum karena melihat Angela terkejut. “Saat kau menjelaskan bagaimana kau bisa mendapatkan koin itu, aku jadi ingat. Kau pikir aku tidak akan ingat?”

“Kejadian itu sudah sepuluh tahun yang lalu,” tutur Angela sambil menundukkan wajahnya. “Aku tak menyangka kau akan ingiat.”

“Dan rompiku, apa kau juga masih menyimpannya?” Bradford bertanya, alisnya terangkat.

“Ada di laci jika kau mau itu dikembalikan,” Angela menjawab dengan enggan.

“Aku tidak ingin rompi itu, Angel. Yang kuinginkan adalah jawaban.”

Bradford menunduk, mengangkat Angela keluar dari bak, dan dengan cepat membawa Angela ke tempat tidur. Bradford mulai membuka baju sementara Angela meraih baju tidurnya untuk menutupi tubuhnya.

“Bradford, jangan!” Angela memohon. “Tolong jangan lakukan ini!”

“Mengapa tidak? Kau dulu menginginkannya. Aku dulu menginginkanmu, dan sekarang pun demikian.”

“Tidak seperti ini!” Angela berteriak. “Tidak disaat marah!”

“Aku pernah meluluhkan amarahmu, ingat?” Bradford bertanya dengan lembut dan menindih tubuh Angela, menarik gaun tidurnya yang memisahkan mereka. “Sekarang giliranmu meluluhkan amarahku.”

Angela terjebak diantara gairah dan nestapa, dan air matanya mengucur deras. Tubuh Bradford menekan keras tubuhnya.

“Katakan kenapa kau melakukannya, Angel. Kenapa kau memberikan dirimu saat itu?” Bradford bertanya dengan bisikan lembut.

“Mengapa kau harus menyiksakau seperti ini?” air mata membuat mata biru Angela bersinar saat ia memandang Bradford. “Belum cukupkah bahwa kau membenciku saat ini?”

“Aku tidak membencimu, Angel,” Bradford menjawab dengan lembut. “Kuakui bahwa aku sangat marah pagi ini, tapi itu bukan berarti aku membencimu. Aku hanya ingin tahu mengapa kau melakukan apa yang kau lakukan. Kau memberiku keperawananmu dan aku ingin tahu alasannya. Kurasa kau memanfaatkanku untuk tujuan yang tidak mau kau katakan padaku.”

“Kau bohong. Kau hanya ingin agar aku mengatakan apa yang ingin kau ketahui! Tapi aku tidak bisa, Bradford,” sahut Angela dengan suara sendu. “Aku tidak bisa karena kau takkan mungkin memercayaiku.”

“Apa yang harus kulakukan?” Bradford menggeram dengan marah karena kehilangan kesabaran. “Apa aku harus memaksamu?”

Mata Angela terbuka lebar. “Baiklah!” ia tersedu. “Aku mencintaimu... aku mencintaimu!”

Suara tawa Bradford yang lembut meluruhkannya. “Itulah yang selama ini kuduga, Angel, tapi aku harus mendengarnya sendiri.”



Bab 26

Angela bangun dengan terkejut, setengah berharap Bradford ada di sampingnya, namun ia sendirian. Apakah ini hanya mimpi?

Terlalu indah jika memang kenyataan. Ia ingat dengan jelas, ia memberitahu Bradford bahwa ia mencintai pria itu, mendengar tawa bahagia Bradford saat ia mengutarakan perasaannya. Mereka bercinta lagi dengan lembut, sama seperti saat pertama kali. Setelah itu mereka berbincang. Ia menjelaskan segalanya, bagaimana seorang gadis berumur sebelas tahun telah jatuh cinta, dan bagaimana rasa cinta itu terus berkembang, semakin kuat seiring berjalannya waktu. Ia menceritakan bagaimana perasaannya saat di Springfield, bagaimana ia menginginkan satu hari bahagianya, tidak peduli berapa harganya. Bradford mendengarkan dengan cermat, dan hanya mengajukan beberapa pertanyaan.

Kemudian Angela mendengarkan bagaimana Bradford mencarinya, tentang perjalanan Bradford yang tak terhitung. Bradford mengatakan bahwa ia selalu memikirkan Angela, memimpikannya, berharap suatu hari ia akan menemukan Angela lagi dan menjadikan Angela miliknya.

“Dan sekarang setelah menemukanmu, aku tidak akan pernah melepaskanmu, Angel. Takkan pernah,” janji Bradford, kata-kata yang menjadikannya wanita paling bahagia di dunia. Mereka bercinta lagi, dengan bahagia dan bergairah kali ini.

Mereka berbincang sepanjang malam, saling mengenal satu sama lain, menyesali waktu yang terbuang selama ini. Kemudian Angela tertidur di lengan Bradford. Atau apakah ia selama ini memang tidur? Mungkin semua ini memang terjadi seperti yang diingatnya?

“Oh Tuhan, Missy. Aku tidak pernah tahu kau pernah bangun sesiang ini. Sekarang sudah hampir pukul satu, dan semua orang sudah selesai makan siang,” Hannah berkata sambil masuk ke kamar.

“Oh Tuhan! Kenapa Eulalia tidak membangunkanku pagi ini?” Angela bertanya dengan mata melebar.

Hannah tergelak dengan riang. “Master Bradford mendatangi dan mengejarnya... juga mengejarku. Katanya dia telah membuatmu terjaga semalaman membicarakan masa lalu, dan dia berpesan agar kau dibiarkan tidur sampai kau bangun sendiri.”

“Dia sungguh berkata begitu?” Angela bertanya dengan perasaan senang.

“Ya, Missy, itulah yang dikatakannya.”

“Oh, Hannah, aku sayang padamu!” Angela berseru dan memeluk Hannah.

“Aku juga menyayangimu, Nak, kau tahu itu. Dan aku bisa melihat kau sebagai bayi yang baru dilahirkan. Itu bagus, bagus sekali. Sudah waktunya mempimu menjadi kenyataan.”

“Oh, sudah. Hannah, tentu saja sudah! Di mana Bradford sekarang? Apa dia ada di bawah?”

“Dia ada di ruang makan, menyesap kopi,” Hannah menjawab sambil membuka tirai. “Dia menunggumu turun, agar bisa menemanimu makan.”

“Kenapa kau tak bilang dari tadi?” cetus Angela sambil tergesa-gesa menuju lemari pakaiannya dan dengan cepat memilih gaun katun berwarna krem mengkilap.

“Tenanglah, Nak. Pria itu tidak akan lari ke mana-mana,” Hannah tertawa lagi. Angela mengenakan gaunnya, dan menyematkan sepasang anting emas di telinganya. Namun ia takkan menyianyiakan waktu dengan menjepit rambutnya, jadi dia hanya mengikatnya dengan pita beludru, membiarkan rambut ikalnya tergantung lembut di punggung.

Angela berlari ke bawah dengan hati-hati, memelankan langkahnya hingga berjalan penuh keanggunan sebelum memasuki ruang makan. Ia berdiri tanpa bernapas, melemah karena senyum hangat yang diberikan Bradford. Bradford berdiri dan menuju ke arahnya, kemudian memeluk dan menciumnya. Bradford menekan tubuhnya, membuatnya sesak napas. Kemudian bibir Bradford meninggalkan bibirnya, dan pria itu melonggarkan pelukan. Tapi Bradford tidak melepaskannya.

“Terkutuklah aku jika aku tidak merindukanmu, Angel.” Bradford tertawa. Ia memeluk Angela dengan satu lengannya dan mengangkat wajah Angela hingga gadis itu memandang wajahnya, lalu mencium gadis itu sekali lagi, namun kali ini lebih lembut. “Aku menginginkanmu setiap menitnya. Aku tidak ingin meninggalkanmu tadi pagi, tapi kurasa akan aneh jika aku ditemukan di kamarmu.”

“Hannah akan mengerti. Dia sudah lama tahu perasaanku padamu.” Angela mengingat saat-saat ia selalu bertanya pada Hannah tentang Bradford. Sekarang ia mengerti mengapa Hannah tak pernah ingin membicarakan Bradford. Hannah tahu Angela mencintai Bradford, namun Bradford telah bertunangan dengan Crystal. Hannah yang baik.

“Di lain pihak,” Angela melanjutkan dengan senyuman, “Eulalia mungkin akan terkejut.”

“Ya, setelah aku mengumumkan bahwa kita akan menikah, mungkin pelayanmu itu akan berpura-pura tidak tahu jika menemukanku di dalam kamarmu.”

“Menikah?” Angela terhenyak. Menikah dengan Bradford!

“Demi Tuhan, Angel, jangan seterkejut itu.” Bradford tergelak. “Kau pikir apa yang kumaksud saat kukatakan aku takkan pernah melepaskanmu lagi?”

“Aku... aku tidak mengira kau ingin menikahiku.” Suara Angela bergetar.

“Kenapa tidak? Aku tidak akan menyembunyikanmu, Angel.”

“Tapi kukira kau masih mencintai Crystal. Dari caramu bicara padanya semalam saat makan malam...”

Bradford menarik napas dalam-dalam, namun matanya hangat dan berwarna emas saat ia membelai Angela. “Aku memang dulu mencintai Crystal, tapi itu sudah lama sekali, Angel. Dia membunuh cintaku saat menikahi adikku. Crystal adalah bagian daei masa mudaku, dan aku butuh waktu lama untuk melupakannya. Namun kau adalah masa depanku, dan aku ingin mencintaimu dan membahagiakanmu seumur hidupku. Maukah kau mengizinkanku melakukan hal itu? Maukah kau menikahiku dan memberitahu seluruh dunia bahwa kau milikku?”

“Oh, Bradford, ya! Ya!” Angela menangis, air mata kebahagiaan menggantung di matanya saat ia memeluk Bradford erat-rat.

“Jika begitu, aku akan membuat pengumuman malam ini saat makan malam. Dan pertunangannya tidak akan lama-lama, Cintaku. Satu atau dua minggu sudah cukup.”

“Tidak!” Angela berkata tajam, membuat Bradford terkejut.

“Baiklah, aku akan menikahimu besok,” Bradford menyeringai. “Tapi Ayah akan kecewa karena dia tidak bisa merancang pesta pernikahan besar-besaran.”

“Tidak, bukan begitu maksudku, Bradford. Maksudku, kita tidak bisa memberitahu orang lain secepat itu.”

“Demi Tuhan, mengapa tidak?” tanya Bradford bingung. Namun kemudian matanya melebar dan jari-jarinya secara otomatis mencengkram pinggang Angela, “Kau semalam tidak bohong padaku,kan?”

“Oh, Bradford, tidak!” dengan cepat Angela meyakinkan Bradford, dan lega melihat bara menghilang dari mata pria itu. “Aku mencintaimu dengan setiap helaan napasku. Apa pun maumu, itu pula mauku.”

“Lalu, mengapa kau tidak mau aku mengumumkannya malam ini?”

“Keluargamu tidak akan mengerti, Bradford. Yang mereka tahu, kau baru mengenalku selama satu hari.”

“Mereka tahu kita pernah bertemu tujuh tahun yang lalu.”

“Kau memang sudah dewasa waktu itu, tapi aku hanyalah gadis kecil yang berumur empat belas tahun. Walau pertemuan itu sangat berarti bagiku, keluargamu tidak akan pernah percaya kau jatuh cinta padaku waktu itu. Kau masih mencintai Crystal waktu itu dan berencana kembali padanya. Dengan tidak adanya pertemuan lain antara saat itu dan sekarang, keluargamu tidak akan mengerti.”

“Ah, tapi nyatanya ada pertemuan lain, Angel,” Bradford menggumam, sudut mulutnya menyeringai membentuk senyuman menggoda saat ia menarik tubuh Angela mendekat padanya.

“Bradford!”

Bradford tertawa pendek. “Kurasa kita harus menyimpan saat-saat itu untuk diri kita sendiri, bukan?” Kemudian suaranya berubah menjadi bisikan lembut yang dalam. “Bahkan aku sendiri mulai ragu aku memilikimu salama seminggu penuh di bulan Desember itu... sampai hari ini. Kemarin, hidupku baru dimulai lagi.”

“Begitu pula hidupku, Sayang,” timpal Angela, kebahagiaan memenuhi hatinya sehingga hampir meledak. “Tapi kau mengerti mengapa kita harus menunggu sebelum memberitahu orang lain, kan?”

“Tidak,” ujar Bradford datar. “Aku akan memberitahu keluarga dekatku bahwa aku bertemu denganmu di Springfield saat kau sekolah di Utara. Akan kukatakan bahwa aku sering mengunjungimu selama tahun-tahun itu, bahwa aku jatuh cinta padamu, namun kau, dengan dahagamu untuk belajar, ingin menyelesaikan sekolahmu dulu sebelum kita menikah. Walau itu tidak semuanya benar, tapi orang akan percaya. Bagaimana menurutmu?”

“Tapi ayahmu akan sedih. Dia akan bertanya-tanya mengapa aku tidak pernah bercerita tentang kunjunganmu,  atau memberitahunya bahwa aku mencintaimu. Dia akan bertanya-tanya mengapa kau tidak pernah mengabarkan tentang kita. Dan sekalipun keluargamu percaya, mereka akan bertanya-tanya mengapa kau menghindar dari Golden Oaks selama empat tahun belakangan ini padahal aku berada di sini selama liburan musim panas. Mereka akan keheranan. Ceritamu hanya akan membuat Jacob bingung.”

“Angel, kisah karanganku hanya untuk Zachary dan Crystal, bukan ayahku. Dia tidak sebodoh itu.”

Mata Angela melebar. “Kau akan memberitahu Jacob kisah sebenarnya?”

Bradford menghela napas. “Mengapa kau mempersulit dirimu? Akan lebih baik jika kau tetap menjadi wanita desa yang tidak tahu apa-apa. Jika demikian, kau akan menikahiku besok.”

“Jika demikian, kita takkan pernah bertemu, dan aku akan mati sebagai seorang perawan tua yang mencintaimu sampai ajalku.”

“Buang pikiran itu, Angel.” Bradford menyeringai. “Kau akan menjadi istriku. Jangan ragukan itu. Dan kita akan menunggu, seperti yang kau sarankan, tapi tidak lebih dari sebulan. Dalam waktu satu bulan, keluarga ini akan tahu bahwa aku jatuh cinta padamu. Tapi sejujurnya, aku hanya butuh waktu satu hari untuk jatuh cinta padamu... hari saat kau memberikan keperawananmu padaku.”

“Apa kau sudah mencintaiku saat itu?”

“Ya, hanya saja aku tidak menyadarinya sampai kemarin. Kukira aku hanya menginginkanmu berdasarkan nafsu, namun ternyata perasaanku jauh lebih dalam daripada itu. Kau akan menjadi ibu dari anak-anakku, nyonya dari rumah dan tanahku, dan penjaga hatiku. Kau adalah wanita yang telah membuang hal lain jauh-jauh dari pikiranku. Aku ingin menua bersamamu dan mencintaimu selamanya, Angel.”

“Aku wanita yang paling berbahagia di dunia ini,” Angela berbisik, membelai bibir Bradford dengan bibirnya, dan keduanya berakhir dengan ciuman yang menghapus keraguan pada malam sebelumnya.

“Aku akan mengumumkan sehari setelah pesta dansa Crystal, dan kita akan menikah seminggu sesudahnya. Namun demi Tuhan, bagaimana aku bisa bertahan sampai saat itu? Kau menggoda jiwaku. Aku tidak akan bisa menahannya, Angel.”

“Kau tidak merasa perlu menahan diri semalam,” Angela menggoda Bradford.

“Tapi itu tidak tepat, Angel. Kita harus menahan diri kita sekarang. Jadi, bagaimana aku bisa melewati malam-malam ini, menginginkanmu di sisiku, namun terpaksa menunggu?”

Angela merasa tersinggung. “Sungguh, Bradford, kalian laki-laki yang sangat menggelikan. Tidak apa-apa jika tidur dengan seorang wanita, tapi begitu kau melamarnya, dia menjadi tabu? Benar begitu?”

Bradford tampak malu. “Kira-kira seperti itu.”

“Yah, wanita ini tidak mau menunggu, Bradford,” tukas Angela serius. “Tempat tidurku adalah milikmu.”

“Kau sungguh-sungguh?”

Raut wajah Angela melembut. “Cintaku tidak dibatasi oleh aturan,” ia begumam lembut dan memeluk Bradford erat-erat. “Tujuh belas tahun pertamaku telah mengajarkanku untuk tidak malu jika menginginkan sesuatu.”

Bradford memandang Angela dengan penasaran, ali shitamnya yang tebal hampir bertemu di atas mata coklat emasnya. “Kau sungguh-sungguh? Apa kau cukup mencintaiku untuk menghindarkanku dari malam-malam sepi sendirian?”

“Cintaku tak terbatas, dan aku bersungguh-sungguh dalam setiap perkataannku. Aku tidak tahan jika harus jauh darimu hanya karena lingkungan tidak menyukainya. Di hatiku, kita sudah menikah, dan aku akan memberikan segala yang kupunya untuk bisa bangun dalam pelukanmu setiap paginya seumur hidupku.”

“Tapi, bagaimana dengan pelayanmu? Mungkin lebih baik jika kau ke kamarku. Aku belum meminta pelayan pria, dan aku tidak membutuhkannya.”

“Tidak, itu membuatku harus berbohong pada Eulalia dan aku tidak suka berbohong. Akan lebih baik jika aku menceritakan saja segalanya padanya.” Angela kemudian tertawa. “Dia takkan mungkin seterkejut itu, karena dia bertemu Todd, salah seorang penjaga kebun, setiap malam. Lagi pula, dia sangat menyayangi ayahmu. Dia akan menahan lidahnya agar tidak membuat ayahmu sedih.”

“Tapi, apa dia setia padamu?”

“Kurasa begitu. Tapi jika kita ketahuan, kemudian Jacob memaksa melakukan apa yang seharusnya, kita akan lebih cepat lagi menikah. Namun jika kau lebih memilih untuk menderita...” Angela mengulas senyum menggoda.

“Kau ini mengerikan,” Bradford tertawa. “Bidadari yang mengerikan. Saat aku mencoba menjadi pria yang bertanggung jawab, kau malah membiarkanku menuruti keinginanku.”

“Karena keinginanmu adalah keinginanku juga,” timpal Angela.

“Untunglah tidak semua wanita jinak dan penakut.”

Suara tawa tertahan Hannah membuat Bradford melepaskan Angela.

“Tadinya saya kira kalian pasti sudah selesai makan. Kalian terlalu sibuk berbincang mengenai masa lalu lagi hingga lupa memberitahu Tilda untuk membawa masuk makanannya?” Hannah bertanya dengan pandangan memaklumi.

“Bukan masa lalu, Hannah. Masa depan... dan betapa akan gemilangnya masa itu,” jawab Bradford ringan.

Hanya ada satu masalah, dan itu adalah Candise Taylor. Bradford harus memutus pertunangan mereka. Bradford sama sekali tidak ingin menghadapinya. Ia telah menyia-nyiakan dua tahun waktu Candise, membuat gadis itu menunggunya. Dan sekarang ia harus memberitahu Candise bahwa ia mencintai wanita lain.




Bab 27

Golden Oaks menjadi rumah yang berbeda sejak kedatangan Bradford, menjadi lebih gembira. Crystal pun bahkan sudah tidak menjadi sesuatu yang mengerikan lagi.

Tidak ada yang bertanya pada Bradford mengenai alasannya tinggal di Golden Oaks dan bukannya pergi menuju Texas. Setiap anggota keluarga punya alasan masing-masing untuk tidak mengemukakan topik ini, jadi hari demi hari berlalu tanpa seorang pun tahu kapan ia akan pergi.

Namun Angela tahu. Akan ada bulan madu setelah pernikahan mereka, yang akan membawa mereka menyeberangi lautan menuju tempat yang hanya pernah dibaca Angela. Itu pilihan Bradford, dan mereka telah membicarakannya panjang lebar sambil berpelukan. Mereka akan berjalan-jalan ke Inggris, ke lahan luas yang dimiliki Jacob.

Mereka akan tinggal selama satu atau dua bulan di Inggris, kemudian kembali ke Amerika, ke Texas.

***

Hari berlalu cepat bagi Angela. Ia hidup dengan perasaan bahagia terus menerus, bertanya-tanya apakah ini kenyataan saat ia sendirian, dan menyadari bahwa ini memang kenyataan saat Bradford memeluknya dan bercinta dengannya. Pada minggu pertama, Bradford memberi sinyal kepada keluarganya bahwa ia tertarik pada Angela. Bradford sangat memperhatikan Angela, mengajaknya berbincang saat di meja makan, dan mengajarinya cara bermain poker. Di pagi hari, ia mengajak Angela berkuda ke tanah Maitland, tanah yang kaya dengan tebu dan kapas. Undangan ke pesta dansa diumumkan pada minggu pertama itu, dan konfirmasi kedatangan pun mulai diterima.

Pada minggu kedua, Bradford mulai mengajak Angela untuk makan malam di  kota, dengan sengaja tidak mengajak anggota keluarga yang lain. Keluarga memperhatikan hal ini, terutama Robert.

Dua minggu sebelum pesta dansa, Jim McLaughin tiba dari New York untuk urusan bisnis, dan diundang untuk menginap. Sehari sesudahnya, Golden Oaks menerima seorang tamu dari Texas.

Angela berdiri di depan pintu ruang pagi mencermati tamu itu dengan rasa penasaran. Pria itu setidaknya lima belas senti lebih tinggi daripada Bradford, membuat tubuh tinggi Bradford jadi terlihat kecil. Kulit pria itu berwarna perunggu karena berjam-jam terkena sengatan matahari. Rambutnya berwarna emas dibelah di tengah, mirip dengan rambut Bradford, namun jauh lebih panjang, jatuh dengan halus di bahunya yang lebar. Ia mengenakan pakaian dari bahan kulit yang lembut.

“Yah, Bradford, aku pasti mengenalimu, namun kurasa kau tidak mengenaliku, sudah hampir lima belas tahun sejak kita terakhir lomba lari menyeberangi tanah ayahmu.”

Dahi Bradford berkerut, namun kemudian ia berseru, “Grant Marlowe! Yah, aku... kau baru berusia sepuluh tahun saat aku kembali ke Alabama.”

“Yeah, dan kau berumur lima belas tahun. Tapi kelihatannya aku yang telah jauh berubah. Mulai tumbuh, dan tampaknya tidak bisa berhenti.”

Bradford melihat ke arah temannya dari kepala sampai kaki kemudian tertawa lepas. “Tampaknya kau telah jauh lebih tinggi sejak saat itu. Tinggimu ini pasti berguna. Kurasa tak ada seorang pun yang berani macam-macam denganmu.”

“Itu benar, tapi juga membuatku tak beruntung. Aku tak bisa menemukan seorang gadis pun yang tidak takut tulangnya akan remuk saat di tempat tidur denganku.”

Bradford berpura-pura batuk dan memberitahu secara halus tentang kehadiran Angela. Saat Grant mengikuti arah wajah Bradford, wajahnya berubah menjadi merah, dan terlihat jelas di kulitnya yang coklat terbakar.

“Ma... maafkan aku, Ma’am.” Grant menggosok-gosokkan tangannya dengan gugup ke pahanya. “Aku begitu senang bertemu Brad hingga tak melihatmu berdiri di sana.”

Angela tersenyum manis saat menatap mata hijau gelap Grant. “Sama sekali tak apa-apa, Sir, sungguh.”

“Angela, ini Grant Marlowe, teman baik masa kecilku,” kata Bradford. “Angela anak angkat ayahku. Dan pria yang ada di sebelah sana adalah teman lama keluarga, sekaligus kakak dari iparku. Kemarilah, Robert.”

Robert maju menjabat tangan Grant, namun Grant sama sekali tidak memperhatikannya. Mata hijau lautnya kembali menatap Angela. Baik Robert maupun Bradford menyadarinya.

“Apa yang membawamu kemari, Grant?” tanya Bradford, mengajak Grant ke ruang pagi. “Aku mengira ayahmu yang akan datang. Apa dia ada di sini bersamamu?”

“Tidak, itu sebabnya aku yang datang. Ayahku dan aku melewati perang tanpa kekurangan apa pun. Kemudian, satu minggu setelah kembali ke Texas, dia dibunuh oleh kawanan perampok.”

“Aku turut berdukacita mendengarnya. Phil Marlowe adalah seorang pria terbaik yang pernah kukenal. Aku membutuhkannya di peternakan.” Bradford mendesah.

“Menurutku juga begitu,” sahut Grant. “Aku menjadi mandor di sebuah lahan kecil di Fort Worth saat kudengar kau mencari ayahku. Aku mengira Jacob akhirnya siap uuntuk mengelola peternakannya lagi, jadi aku berhenti dan datang ke sini untuk menanyakan apakah dia membutuhkan tenagaku. Aku merasa lebih baik bekerja untuk ayahmu.”

“aku yakin ayahku akan senang mendengarnya, tapi dia sudah pensiun dari bisnisnya. Jika kau mau pekerjaan itu, kau akan bekerja untukku.”

“Itu akan lebih baik lagi.” Grant menyeringai.

“Bagus. Banyak yang harus dilakukan, dan kau akan memegang wewenang penuh sampai aku tiba di sana... sekitar empat atau lima bulan lagi dari sekarang. Apa kira-kira kau sudah bisa membereskan peternakanku dalam jangka waktu itu?”

“Akan kuusahakan sebaik-baiknya,” Grant menjawab dengan semangat. “Kapan aku mulai?”

“Kau bisa kembali ke Texas dua minggu lagi,” jawab Bradford. “Banyak yang harus kita diskusikan sementara itu, dan kau juga lebih baik menghadiri pesta dansa yang diadakan adik iparku. Kau mungkin akan menemukan gadis yang bisa diperistri dan kau bawa pulang.”

“Kalau begitu tidak akan sia-sia.” Grant tertawa, matanya menatap Angela lagi.

Bradford membawa Grant menemui ayahnya, meninggalkan Angela dan Robert di ruangan.

“Angie, kau selalu menghindariku akhir-akhir ini, dan aku harus bicara padamu.”

Minggu itu Bradford bercerita tentang bagaimana Robert berkeliaran di sekeliling rumah. Mereka memutuskan Robert harus menjadi orang pertama yang tahu tentang mereka berdua, dan Angela berkeras ia yang akan mengatakannya.

“Ini bukan sesuatu yang harus membebani pikiranmu,” Bradford berkata padanya. “aku akan menanganinya.”

Angela kehilangan kendali emosinya. “Aku yang ingin dinikahi Robert!”

“Dan aku orang yang akan kau nikahi!” sergah Bradford sama tajamnya dengan Angela.

Ia menatap Bradford dengan tatapan membara, kemudian menunjuk dengan jarinya yang kaku ke arah pintu. “Keluar dari sini, Bradford Maitland! Kita belum menikah, dan aku tidak yakin kita akan menikah!”

“Apa?”

“Kau dengan aku!” Angela berteriak. “Jika kau berencana melindungiku dari semua hal kecil seumur hidupku, maka kau bisa melupakannya!”

“Baik! Baik kalau begitu!” Bradford menggerutu lalu keluar dari kamar.

Namun beberapa menit kemudian ia kembali dengan ekspresi menyesal. “Tidak bisakah kita mendiskusikan hal ini?”

“Aku terbuka untuk diskusi, Bradford,” ujar Angela. “Tapi bukan itu yang tadi kau lakukan. Kau mendikteku.”

“Maafkan aku, Angel, namun aku ada bersama ayahku saat Robert bilang bahwa kau telah menolaknya. Dia bilang dia takkan menyerah.”

“Aku sudah mengatakan pada Robert bahwa aku jatuh cinta pada orang lain, tapi aku tidak mengatakan  bahwa orang itu kau,” tutur Angela, sekarang dengan nada lembut. “Saat dia tahu aku akan menikahimu, dia harus melupakanku. Tapi terserah padaku bagaimana cara mengatakan padanya.”

Bradford menarik Angela ke dalam pelukannya. “Kau menang.” Ia menyeringai. “Tapi jangan harap Robert akan melupakanmu. Tak seorang pun yang pernah jatuh cinta padamu akan melupakanmu semudah itu.”

Bradford mendekap Angela erat-erat, kemudian tertawa. “Dengan sepasang temperamen yang mudah meledak ini, kurasa kita memberi warna kita masing-masing. Namun selama semua berakhir seperti ini, kita akan baik-baik saja.”

Bradford mencium Angela, lalu menunjukkan cintanya dengan cara yang paling Angela sukai. Angela mengingat malam itu sambil tersenyum. Ya, sudah pasti mereka akan bertengkar lagi, namun selama berakhir dengan menyenangkan, semuanya akan baik-baik saja.

Sekarang Robert telah menyudutkannya dan ia harus menghadapinya.

“Ada apa, Robert?”

“Aku tidak suka kau terlalu sering menghabiskan waktu dengan Bradford,” Robert berkata tajam, langsung menuju sasaran. “Dan kau tampak menikmati segala macam perhatian yang dia berikan. Aku tidak pernah melihatmu sebahagia ini sebelumnya!”

“Kukira kau ingin aku bahagia, Robert,” ujar Angela dengan suara lembut.

“Memang, tapi ini tidak benar! Kau bilang kau mencintai pria lain, dan itu sebabnya kau tidak bisa menikahiku... dan sekarang ini! Apakah hatimu berubah begitu cepatnya? Apa kau mencintai Bradford sekarang?”

Angela mendesah. Dengan sesederhana mungkin, ia mengatakan pada Robert bahwa sudah lama ia mencintai Bradford. Wajah Robert mulai terlihat marah dan, saat Angela selesai, Robert keluar dari rumah tanpa mengatakan apa-apa. Beberapa menit kemudian, Angela berdiri di dekat jendela mengawasi kuda Bradford berderap di sepanjang barisan pohon ek yang menuju ke arah jalan di tepi sungai.

***

Pada sore harinya, satu orang tamu tiba lagi di Golden Oaks untuk menemui Bradford. Courtney Harden adalah pria bermuka licik berusia sekitar pertengahan tiga puluhan, dengan rambut emas dan mata biru yang tajam. Bradford tidak menyukai pria itu dan baru-baru ini memutus hubungan bisnis mereka.

Bradford pertama kali bertemu Courtney Harden di New York, saat pria itu meminta Bradford bekerja sama dengannya untuk mengelola sebuah hotel-restoran. Waktu itu, Bradford sedang sibuk dengan urusan lain, terutama mencari Angela, dan langsung setuju tanpa melakukan penyelidikan lebih dalam mengenai diri Courtney Harden.

Courtney yang telah menemukan lokasi untuk hotel-restoran tersebut, memegang kendali penuh. Namun beberapa bulan sebelum Bradford datang ke Mobile, ia diberitahu bahwa Courtney terlibat dalam bisnis pelacuran dan obat bius. Alih-alih melibatkan pihak yang berwajib, Bradford mengirim pesan berisi pemecatan Courtney.

Sekarang Courtney menemui Bradford, dan menuntut pemulihan dirinya sebagai manajer hotel. Bradford memberitahu Courtney dalam beberapa patah kata bahwa ia punya dua pilihan: menerima pemecatannya, atau dilaporkan kepada pihak berwajib. Karena takut Bradford berubah pikiran, Courtney Harden dengan cepat kabur dari Golden Oaks.

***

Malam itu, Bradford berjalan mondar-mandir dengan perasaan marah di kamar Angela.

“Seharusnya aku tidak mempekerjakannya!” Bradford meledak.

“Maksudmu Grant?”

“Ya, sial!” Bradford berteriak dan beralih ke Angela. “Aku melihat caranya memandangmu, dan kau juga sama sekali tidak menahan diri. Kau menganggap dirinya menarik, bukan?”

“Ya, memang benar,” Angela menjawab dengan senyuman singkat. “Grant sangat menyenangkan untuk dipandang, tapi hatiku sudah ada yang punya.”

“Benarkah?”

“Kau cemburu!” Angela tertawa.

“Memang!”

“Bradford, apa kau belum yakin padaku? Demi Tuhan, aku sudah mencintaimu selama sepuluh tahun ini.”

“Aku selalu teringat saat-saat aku kehilanganmu.”

Angela menyeringai. “Jika kau ingat dengan benar, aku meninggalkanmu hanya sekali, dan itu karena aku harus kembali ke sekolah.”

Angela berjalan perlahan mendekati Bradford dan melingkarkan lengannya di leher pria itu.

“Aku takkan meninggalkanmu lagi, Bradford.” Angela bernapas perlahan. “Aku mencintaimu... tak ada yang lain.”

“Kau tidak pernah bersama pria lain, Angel. Bagaimana aku tahu bahwa hatimu tidak akan beralih ke pelukan pria lain nantinya? Pria lain mungkin akan lebih mampu memuaskanmu ketimbang aku.”

“Hentikan, Bradford Maitland. Kau bicara soal nafsu, sementara aku bicara tentang cinta,” Angela berkata tegas, lalu menggiring bibir Bradford ke bibirnya.

“Ah, tapi aku berpendapat keduanya saling berkaitan erat.” Bradford tertawa lega. Ia mengangkat Angela dengan lengannya dan dengan cepat membawa Angela ke tempat tidur.


Next
Back


2 komentar: