Selasa, 18 September 2018

Glorious Angel 15


Bab 28

Bradford masih bertekad untuk menjauhkan Angela dari Grant Marlowe. Ia membawa Angela ke kota lebih sering sekarang, ke bioskop dan ke restoran untuk makan malam. Mereka pergi ke mana pun bersama-sama, dan seperti yang telah dibayangkan, gosip mengenai Angela sekarang telah berubah arah.
Persiapan untuk pesta dansa sudah hampir selesai. Dua hari berikutnya penuh dengan acara masak-masak dan bersih-bersih. Bongkahan besar es akan tiba beberapa hari ini, untuk disimpan di ruang bawah tanah. Es krim akan dibuat, dan keranjang-keranjang penuh bunga akan dikumpulkan dari berbagai kebun. Para wanita diyakinkan bahwa gaun mereka akan siap pada waktunya, dan penjahit pria datang ke Golden Oaks selama dua hari.

Robert tak pernah terlihat lagi sejak ia lari dari rumah pada hari tibanya Grant Marlowe. Crystal memberitahu keluarga, tanpa penjelasan, bahwa Robert akhirnya tertarik untuk mengurus The Shadows. Ia yakin mereka akan jarang melihat Robert di masa datang.

***

Matahari terbit di langit yang cerah, sehingga cuaca diramalkan akan bagus pada pesta dansa Maitland. Selama pagi dan siang hari, aroma kuat roti yang sedang dipanggang memenuhi lantai bawah rumah. Gunungan apel dan persik telah dikupas dan diubah menjadi pai yang meleleh di mulut. Ada juga pastri ala Prancis dan permen, juga kue besar yang sedang didinginkan. Es krim telah dibuat dan dimasukkan ke ruang bawah tanah agar dingin, sup dan saus daging mendidih di dalam panci besar di dapur. Daging yang akan disajikan dingin telah dipanggang sekarang. Sisa daging akan dipanggang kemudian, karena acara makan tidak akan dimulai sampai tengah malam.

Semangat memenuhi ruangan, memengaruhi semua orang, termasuk para pelayan. Semangat Angela tidak terlalu berhubungan dengan pesta dansa ini, melainkan dengan apa yang akan terjadi satu minggu dari sekarang, saat Bradford memperistrinya.

Angela melewati ruang makan saat ia hendak naik, berhenti di meja panjang untuk melihat gelas yang ditumpuk di meja tersebut. Ini akan menjadi bar. Minuman keras telah diatur rapi di belakang meja, sampanye dan wine lainnya akan disajikan kemudian, bersama es. Melihat semua gelas sudah mengilap tanpa cela, Angela meneruskan langkahnya. Tapi ia mendengar suara Crystal di koridor, jadi ia berhenti.

“Kau berusaha menghindariku, kan, Brad?”

“Kenapa kau berpikir begitu?” Bradford bertanya, ada nada humor dalam suaranya.

“Karena ini pertama kalinya aku melihatmu sendirian, tanpa si gadis desa itu membuntutimu. Kau terlalu banyak memberikan perhatian pada gadis itu. Apa kau bersaingan dengan ayahmy?”

“Lidahmu semakin tajam saja, Crystal. Tapi setelah kuingat-ingat, kau memang sudah cukup kejam tujuh tahun yang lalu,” sahut Bradford.

“Hanya karena beberapa kalimat keras yang kulontarkan kau menyingkir dari kehidupanku.” Crystal bergeming. “Apakah itu adil?”

“Kau yang menyingkir dari kehidupanku saat kau menikahi adikku!” Bradford mengingatkan dengan tajam.

“Tapi kau yang selalu kuinginkan. Zachary tidak ada setengahnya darimu.”

“Kau telah memutuskan, Crystal. Aku berharap kau sungguh-sungguh menikmati hasilnya,” tukas Bradford, sedikit kepahitan tersirat dari suaranya.

“Jadi, kau berbalik arah ke gadis itu? Kau berpaling dariku karena gadis itu!”

“Demi Tuhan, Crystal, kisah kita sudah lama berakhir!” Bradford menjawab dengan kasar, kehilangan kesabarannya. “Sekalipun aku tidak bertemu Angela, aku tidak akan mendekatimu lagi. Namun aku memang bertemu dengannya, dan aku beruntung. Dia bagaikan matahari setelah badai. Jika kau tidak bahagia dengan pernikahanmu, kusarankan kau melihat ke arah lain. Aku tidak kosong lagi.”

Angela bisa mendengar Crystal lari menyusuri tangga, kemudian Angela perlahan-lahan menuju ke pintu, tepat saat Bradford menghilang ke dalam ruang kerja. Ia menunggu beberapa menit, kemudian cepat-cepat menuju ruang makan dan naik ke lantai atas tanpa terlihat.

Angela merasa di puncak, karena keragu-raguannya telah hilang. Crystal masih menginginkan Bradford, Namun Bradford tidak. Angela bertanya-tanya apakah ada orang yang sebahagia dirinya saat ini.



Bab 29

“Angela, ayo cepat,” Bradford memanggil dengan tidak sabar di depan pintu kamar Angela. “Kereta pertama akan segera datang.”

“Dia akan segera keluar, Master Brad,” Hannah yang menjawab, membuat Bradford turun ke lantai bawah. Lalu Hannah berbalik menghadap Eulalia. “Kau melakukan tugasmu dengan dengan sangat baik, Eulalia. Miss Crystal pasti ingin rambutnya ditata olehmu setelah melihat tatanan rambut nona kita.”

“Sudah kukatakan aku akan menatanya dengan baik. Kau tidak perlu mengawasiku!” Eulalia meledak.

“Aku hanya ingin melihat sendiri. Sekarang turunlah ke dapur dan lihat apakah Tilda membutuhkan bantuanmu,” ucap Hannah dengan gaya bossy-nya.

Hannah tergelak saat Eulalia keluar dari kamar. “Gadis itu mulai seperti induk ayam, aku berani bersumpah. Dia selalu berpikir tahu yang terbaik. Dia memang sering benar, tapi kau tidak boleh membuatnya tahu akan hal itu.”

“Aku akan merindukan Eulalia saat Bradford dan aku pergi. Aku juga akan sangat merindukanmu, Hannah.”

“Ini bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal itu, Sayang,” sahut Hannah dengan riang. “Kau akan kembali untuk mengunjungi si tua Hannah ini. Sekarang, berbaliklah dan coba lihat dirimu.”

Angela melakukan apa yang diminta Hannah, kemudian berdiri di depan cermin seluruh badan.

“Kau memang seperti bidadari. Aku tidak pernah melihat wanita secantik dirimu, Nak.”

“Ini karena gaunku, Hannah. Semua orang akan menjadi cantik jika memakainya.”

“Itu menurutmu.”

Gaun itu luar biasa. Dengan bahan organdi berwarna merah tua yang menutupi sutra biru gelap, menghasilkan warna violet yang serasi dengan warna matanya. Garis dadanya sangat rendah, dan dipadukan dengan pita sutra berwarna merah. Gaun tersebut berlengan ketat dan pendek, dan dilapisi dengan bahan yang melingkar di depannya serta disatukan di bagian pinggang sehingga membentuk untaian, sesuai dengan tren terbaru. Namun Angela menolak diberikan terlalu banyak lipitan, pita dan bunga, serta tambahan renda yang ingin dijahitkan pada bagian badan dan roknya. Angela hanya membolehkan pita sutra tipis untuk membentuk dan memberi aksen pada bagian dada –satu di awal jahitan dada dan satu lagi di akhir, di mana roknya membelah menjadi dua garis lurus.

Di telinganya ia memakai anting panjang berkilau, salah satu pemberian Jacob. Mahkota yang bertengger di kepalanya dan menyatukan rambutnya juga pemberian dari Jacob. Angela membiarkan untaian rambut ikal pendek bergantung di dahinya, dan beberapa untai lagi jatuh ke lehernya.

Karena garis dada yang rendah, Angela hanya mengenakan koin emas di lehernya, namun sekarang koin tersebut sudah dilingkarkan di cincin berhias batu permata warna merah. Itu adalah pemberian Bradford. Bradford baru-baru ini membuatkan dua cincin lagi untuk koin tersebut. Dua cincin emas, satu dihiasi oleh batu emerald, yang satu lagi polos, dengan satu buah berlian. Bentuknya bulat agar koin bisa diletakkan di tengahnya.

Bradford bertemu Angela di bagian bawah tangga tepat saat kereta pertama tiba.

“Kau terlihat luar biasa!” seru Bradford dengan takjub. Ia menggamit tangan Angela, rasa bangga memenuhi wajahnya.

“Luar biasa?”

“Yah, kau pasti bosan mendengarkanku mengatakan betapa cantiknya dirimu. Ada sejumlah kata lain yang bisa melukiskan dirimu, Angel, dan luar biasa adalah salah satunya.”

Angela tertawa malu. “Selama kau berpikir demikian, Cintaku, hanya itu yang penting bagiku.”

“Yah, menawan sekali, bukan,” Crystal berkomentar dari belakang mereka, suaranya penuh dengan rasa iri. “Jadi sekarang kau memanggil Bradford ‘cintaku,’ ya? Padahal tadinya aku mengira kau berusaha menjebak kakakku, Angela.” Crystal tertawa pahit. “Tapi Bradford tangkapan yang jauh lebih baik, bukan? Lagi pula, dia akan menjadi pewaris seluruh lahan yang jauh melampaui The Shadows.”

Angela tetap diam.

Mata biru Crystal seperti es saat ia melanjutkan, “Tentu saja, menikahi Bradford akan memastikan bahwa kau tidak akan diusir setelah Jacob meninggal, bukan?”

“Seorang wanita terhormat dengan lidah berbisa,” ujar Bradford lembut, namun matanya seperti emas cair saat menatap mata Crystal. “Atau mungkin  bukan wanita terhormat sama sekali.”

Bradford melingkarkan lengannya di pinggang Angela dan menggiring Angela ke ruang dansa yang besar. Dengan tibanya tamu pertama, musisi yang berada di panggung di sudut ruangan, memulai malam dengan sebuah alunan musik waltz. Bradford seharusnya berdiri di barisan penerima tamu bersama anggota keluarganya yang lain, namun ia malah menggandeng Angela. Mereka yang pertama berdansa di lantai yang baru di cat ulang sampai mengilap.

Pada saat waltz berakhir, delapan keluarga telah tiba, dan lebih banyak lagi yang berdatangan kemudian. Angela memaksa Bradford untuk bergabung bersama ayahnya. Angela akan menyapa Susie Fletcher, yang berdiri si samping adiknya, Joel, dekat meja panjang yang nyaris tertututp hidangan kue dan pastri, dan didekorasi dengan bunga mawar segar.

“Susie, aku belum mengucapkan terima kasih padamu karena telah mengundangku ke rumahmu bulan lalu,” sapa Angela, sedikit kesulitan bernapas setelah berdansa.

“Kami tidak bisa menyalahkanmu, Angela, setelah apa yang terjadi,” Joel menjawab.

“Apa kau akhirnya berhasil mengetahui siapa yang menggunting gaunku?” tanya Angela. Tadinya ia benar-benar sudah melupakan masalah itu.

“Tidak,” Susie dengan cepat menjawab sambil tersenyum. “Apa kau dan Robert sudah menetapkan tanggal pernikahan kalian?”

“Robert dan aku tidak akan menikah,” sahut Angela sedikit terkejut.

“Tapi kau terlihat begitu bahagia!” seru Susie.

“Memang.” Angela tertawa. “Tapi bukan karena Robert. Aku mencintai pria lain, Susie.”

“Tapi kukira... maksudku...” Susie terlihat antusias, namun di saat yang sama juga waspada. “Maukah kau mengambilkan kami sampanye, Joel?”

“Tentu saja,” Joel menjawab, kemudian menuju ke arah ruang makan.

“Angela, aku minta maaf!” ujar susie segera begitu mereka tinggal berdua.

“Tidak ada yang perlu dimaafkan.”

“Ya, ada,” ucap Susie, wajah cantiknya mengerut. “Saat Robert mengatakan bahwa dia akan melamarmu, aku mengira kau akan menerimanya. Aku... aku membencimu waktu itu. Akulah yang menggunting gaunmu malam itu. Aku minta maaf, Angela!” Susie hampir menangis. “Itu hal yang sangat kekanak-kanakan.”

“Kau mencintai Robert, bukan?”

“Ya.”

Angela tersenyum. “Kita wanita kadang-kadang melakukan hal-hal aneh saat jatuh cinta. Jangan pikirkan gaun itu, Susie. Modelnya juga sudah ketinggalan zaman. Dan aku berharap kau beruntung dengan Robert, walaupun kurasa kau tidak membutuhkan keberuntungan. Kau gadis tercantik yang harus dipilihnya dari semua gadis yang ada di sini.”

“Kau sungguh berpikir demikian?” tanya Susie, mata coklatnya berputar dengan gembira.

“Aku takkan mengatakannya jika tidak bersungguh-sungguh,” Angela meyakinkannya. Namun kehangatan berubah menjadi sesuatu yang menjengkelkan saat Crystal menuju ke arah mereka.

“Oh, Angela,” Crystal berkata dingin saat bergabung dengan mereka, “aku tak menyangka kau akan membiarkan Brad lepas dari sisimu malam ini. Apa kau tidak khawatir akan kehilangan dirinya?”

Angela merapatkan buku jarinya, namun ia berhasil tersenyum. “Setelah gagal satu kali, apakah adik ipar Bradford kembali berencana menggodanya untuk tidur bersama?”

Semburat merah di wajah Crystal membuat Angela merasa puas, kemudian tanpa berkata apa-apa lagi. Ia bertemu dengan Joel yang sedang kembali dengan mambawa sampanye.

“Mengapa kau tidak meletakkan gelas-gelas itu di meja dan berdansa denganku, Joel Fletcher?” Angela bertanya ringan, ingin terbebas dari Crystal. Angela tahu Crystal sangat ingin membalasnya.

“Kau sungguh-sungguh?” Joel bertanya penuh harap.

“Apa belum pernah ada wanita yang mengajwakmu sebelumnya? Oh, Tuhan!” goda Angela.

Joel dengan cepat meletakkan gelasnya dan dengan gugup berdansa dengan Angela. Di seberang ruangan, mata Bradford seperti emas yang terbakar.

“Kelihatannya Angela menikmati pesta ini,” Jacob menilai.

“Ya, memang,” sahut Bradford pahit.

“Ada apa denganmu, Nak?” Jacob bertanya, nada suaranya prihatin.

“Ini bukan sesuatu yang tidak bisa kuselesaikan, Ayah. Permisi.”

“Aku sudah lama ingin berbincang panjang denganmu, Bradford. Tentang tunanganmu, dan masalah lainnya.”

“Kita bicara besok, Ayah.”

“Baiklah kalau begitu,” ujar Jacob, lalu ia mengalihkan perhatiannya pada tamu-tamunya.

Begitu musik berhenti, Bradford menuju ke arah Angela dan Joel. Saat sampai, ia menggamit lengan Angela dan menariknya, menuju ke pintu ganda pertama menuju kebun. Joel menatap mereka dengan tatapan penuh tanda tanya.

“Ada masalah apa, Bradford?” Angela berteriak, Bradford menariknya hingga berputar menghadap pria itu, jari-jari Bradford mencengkram bahunya. “Kau... kau membuatku sakit.”

Kebun itu diterangi sinar bulan, seberkas cahaya perak menyorot mereka.

Bradford menlonggarkan cengkramannya, namun tetap tidak melepaskan Angela. “Pria yang berdansa denganmu tadi, apakah bajunya yang waktu itu kau kenakan saat kau pulang hari itu?”

“Ya, dia adiknya Susie.”

“Kau tidak boleh berdansa dengan pria muda lagi!” Bradford berteriak.

“Kenapa tidak, kalau boleh kutanya?”

“Bocah itu jatuh cinta padamu, itu sudah jelas. Namun kau milikku, Angel. Aku tidak mau berbagi dengan orang lain!”

“Kau cemburu lagi,” kata Angela, mencoba menahan tawanya. “Kau ini aneh, Bradford. Aku berdansa dengan Joel hanya agar terbebas dari Crystal.”

Api dengan cepat meninggalkan mata Bradford seperti sihir. “Maafkan aku, Angel. Aku akan bicara pada Crystal. Aku tidak ingin lidah tajamnya menyakitimu lagi. Tidak ada orang yang boleh menyakitimu.”

Angela berbicara lembut namun tegas, “Tapi kau harus lebih memercayaiku, lebih dari sekarang. Hanya karena seorang pria memandangku, bukan berarti aku menyukainya. Hatiku adalah milikmu.”

“Seharusnya aku memercayaimu,” sahut Bradford, senyumnya penuh dengan permohonan maaf.

“Betul begitu?” Angela bertanya, menyapukan bibirnya ke bibir Bradford.

Satu jam berlalu saat mereka akhirnya kembali ke ruang dansa.

“Jika ada pria yang memintaku berdansa, bolehkan aku berdansa dengannya?” Angela bertanya.

“Ya.” Bradford menyeringai, lalu menarik Angela ke dalam pelukannya sambil terus berdansa. “Tapi jangan dua kali berdansa dengan pria yang sama. Akan butuh waktu lama untuk menjinakkan api cemburuku. Pahamilah perasaanku, Angel.”

Menjelang tengah malam, meja panjang di depan ruangan dibersihkan untuk menata hidangan dan kursi-sursi diatur untuk makan malam. Sup dibawa masuk, kemudian salad, diikuti oleh sepiring besar nasi yang dilumeri mentega, dan gunungan biskuit kuning. Kemudian ada daging bebek, domba, kalkun, hangat maupun dingin.

Setelah makan malam, Angela berdansa dengan beberapa pria, sebagian besar pria yang tidak dikenalnya. Di sebagian besar waktu, tentu saja, ia berdansa dengan Bradford. Sampanye mulai memengaruhi kesadarannya. Dan saat Grant Marlowe mengajaknya berdansa, Angela mulai tertawa cekikikan.

“Aku tidak percaya akhirnya kau bisa juga tanpa pasangan.” Grant tersenyum. “Aku mulai berpikir mustahil aku bisa berdansa denganmu.”

“Jangan bodoh. Kau bisa mengajakku berdansa kapan saja.” Angela masih terus tertawa.

“Aku berharap di Texas ada gadis sepertimu. Maukah kau menikahiku, Miss Angela?”

“Sekarang kau mulai bodoh,” ucap Angela, lalu tertawa.

Grant menggiring Angela sampai ke taman, membawanya sampai ke tempat yang tertutup pohon ek. Dengan cepat Grant menarik Angela lebih dekat dan menciumnya, sebuah ciuman penuh gairah yang membuat Angela tersadar.

Angela mendorong sekuat tenaga, namun Grant memegang Angela dengan santai. Saat Grant akhirnya melepaskannya beberapa detik kemudian, Angela mundur beberapa langkah ke belakang, hampir kehilangan keseimbangannya.

“Kau... kau seharusnya tidak melakukannya!” Angela terhenyak.

“Aku tidak bisa menahan diri,” Grant menjawab dengan ringan.

“Oh Tuhan, Bradford akan mengamuk jika dia tahu aku ada di sini!”

“apa Brad telah mengklain dirimu?” Grant bertanya terheran-heran.

“Ya... memang. Sial! Aku harus kembali sebelum dia tahu aku menghilang.”

“Sudah terlambat untuk itu, Ma’am.”




Next



2 komentar: