Bab 28
Bradford
masih bertekad untuk menjauhkan Angela dari Grant Marlowe. Ia membawa Angela ke
kota lebih sering sekarang, ke bioskop dan ke restoran untuk makan malam.
Mereka pergi ke mana pun bersama-sama, dan seperti yang telah dibayangkan,
gosip mengenai Angela sekarang telah berubah arah.
Persiapan
untuk pesta dansa sudah hampir selesai. Dua hari berikutnya penuh dengan acara
masak-masak dan bersih-bersih. Bongkahan besar es akan tiba beberapa hari ini,
untuk disimpan di ruang bawah tanah. Es krim akan dibuat, dan
keranjang-keranjang penuh bunga akan dikumpulkan dari berbagai kebun. Para
wanita diyakinkan bahwa gaun mereka akan siap pada waktunya, dan penjahit pria
datang ke Golden Oaks selama dua hari.
Robert
tak pernah terlihat lagi sejak ia lari dari rumah pada hari tibanya Grant
Marlowe. Crystal memberitahu keluarga, tanpa penjelasan, bahwa Robert akhirnya
tertarik untuk mengurus The Shadows. Ia yakin mereka akan jarang melihat Robert
di masa datang.
***
Matahari
terbit di langit yang cerah, sehingga cuaca diramalkan akan bagus pada pesta
dansa Maitland. Selama pagi dan siang hari, aroma kuat roti yang sedang dipanggang
memenuhi lantai bawah rumah. Gunungan apel dan persik telah dikupas dan diubah
menjadi pai yang meleleh di mulut. Ada juga pastri ala Prancis dan permen, juga
kue besar yang sedang didinginkan. Es krim telah dibuat dan dimasukkan ke ruang
bawah tanah agar dingin, sup dan saus daging mendidih di dalam panci besar di
dapur. Daging yang akan disajikan dingin telah dipanggang sekarang. Sisa daging
akan dipanggang kemudian, karena acara makan tidak akan dimulai sampai tengah
malam.
Semangat
memenuhi ruangan, memengaruhi semua orang, termasuk para pelayan. Semangat
Angela tidak terlalu berhubungan dengan pesta dansa ini, melainkan dengan apa
yang akan terjadi satu minggu dari sekarang, saat Bradford memperistrinya.
Angela
melewati ruang makan saat ia hendak naik, berhenti di meja panjang untuk
melihat gelas yang ditumpuk di meja tersebut. Ini akan menjadi bar. Minuman
keras telah diatur rapi di belakang meja, sampanye dan wine lainnya akan disajikan kemudian, bersama es. Melihat semua
gelas sudah mengilap tanpa cela, Angela meneruskan langkahnya. Tapi ia
mendengar suara Crystal di koridor, jadi ia berhenti.
“Kau
berusaha menghindariku, kan, Brad?”
“Kenapa
kau berpikir begitu?” Bradford bertanya, ada nada humor dalam suaranya.
“Karena
ini pertama kalinya aku melihatmu sendirian, tanpa si gadis desa itu
membuntutimu. Kau terlalu banyak memberikan perhatian pada gadis itu. Apa kau
bersaingan dengan ayahmy?”
“Lidahmu
semakin tajam saja, Crystal. Tapi setelah kuingat-ingat, kau memang sudah cukup
kejam tujuh tahun yang lalu,” sahut Bradford.
“Hanya
karena beberapa kalimat keras yang kulontarkan kau menyingkir dari kehidupanku.”
Crystal bergeming. “Apakah itu adil?”
“Kau yang
menyingkir dari kehidupanku saat kau menikahi adikku!” Bradford mengingatkan
dengan tajam.
“Tapi kau
yang selalu kuinginkan. Zachary tidak ada setengahnya darimu.”
“Kau
telah memutuskan, Crystal. Aku berharap kau sungguh-sungguh menikmati hasilnya,”
tukas Bradford, sedikit kepahitan tersirat dari suaranya.
“Jadi,
kau berbalik arah ke gadis itu? Kau berpaling dariku karena gadis itu!”
“Demi
Tuhan, Crystal, kisah kita sudah lama berakhir!” Bradford menjawab dengan
kasar, kehilangan kesabarannya. “Sekalipun aku tidak bertemu Angela, aku tidak
akan mendekatimu lagi. Namun aku memang bertemu dengannya, dan aku beruntung.
Dia bagaikan matahari setelah badai. Jika kau tidak bahagia dengan
pernikahanmu, kusarankan kau melihat ke arah lain. Aku tidak kosong lagi.”
Angela
bisa mendengar Crystal lari menyusuri tangga, kemudian Angela perlahan-lahan
menuju ke pintu, tepat saat Bradford menghilang ke dalam ruang kerja. Ia
menunggu beberapa menit, kemudian cepat-cepat menuju ruang makan dan naik ke
lantai atas tanpa terlihat.
Angela
merasa di puncak, karena keragu-raguannya telah hilang. Crystal masih
menginginkan Bradford, Namun Bradford tidak. Angela bertanya-tanya apakah ada
orang yang sebahagia dirinya saat ini.
Bab 29
“Angela,
ayo cepat,” Bradford memanggil dengan tidak sabar di depan pintu kamar Angela. “Kereta
pertama akan segera datang.”
“Dia akan
segera keluar, Master Brad,” Hannah yang menjawab, membuat Bradford turun ke
lantai bawah. Lalu Hannah berbalik menghadap Eulalia. “Kau melakukan tugasmu
dengan dengan sangat baik, Eulalia. Miss Crystal pasti ingin rambutnya ditata
olehmu setelah melihat tatanan rambut nona kita.”
“Sudah
kukatakan aku akan menatanya dengan baik. Kau tidak perlu mengawasiku!” Eulalia
meledak.
“Aku
hanya ingin melihat sendiri. Sekarang turunlah ke dapur dan lihat apakah Tilda
membutuhkan bantuanmu,” ucap Hannah dengan gaya bossy-nya.
Hannah
tergelak saat Eulalia keluar dari kamar. “Gadis itu mulai seperti induk ayam,
aku berani bersumpah. Dia selalu berpikir tahu yang terbaik. Dia memang sering
benar, tapi kau tidak boleh membuatnya tahu akan hal itu.”
“Aku akan
merindukan Eulalia saat Bradford dan aku pergi. Aku juga akan sangat
merindukanmu, Hannah.”
“Ini
bukan saat yang tepat untuk memikirkan hal itu, Sayang,” sahut Hannah dengan
riang. “Kau akan kembali untuk mengunjungi si tua Hannah ini. Sekarang,
berbaliklah dan coba lihat dirimu.”
Angela
melakukan apa yang diminta Hannah, kemudian berdiri di depan cermin seluruh
badan.
“Kau
memang seperti bidadari. Aku tidak pernah melihat wanita secantik dirimu, Nak.”
“Ini
karena gaunku, Hannah. Semua orang akan menjadi cantik jika memakainya.”
“Itu
menurutmu.”
Gaun itu
luar biasa. Dengan bahan organdi berwarna merah tua yang menutupi sutra biru
gelap, menghasilkan warna violet yang serasi dengan warna matanya. Garis dadanya
sangat rendah, dan dipadukan dengan pita sutra berwarna merah. Gaun tersebut
berlengan ketat dan pendek, dan dilapisi dengan bahan yang melingkar di
depannya serta disatukan di bagian pinggang sehingga membentuk untaian, sesuai
dengan tren terbaru. Namun Angela menolak diberikan terlalu banyak lipitan,
pita dan bunga, serta tambahan renda yang ingin dijahitkan pada bagian badan
dan roknya. Angela hanya membolehkan pita sutra tipis untuk membentuk dan
memberi aksen pada bagian dada –satu di awal jahitan dada dan satu lagi di
akhir, di mana roknya membelah menjadi dua garis lurus.
Di
telinganya ia memakai anting panjang berkilau, salah satu pemberian Jacob.
Mahkota yang bertengger di kepalanya dan menyatukan rambutnya juga pemberian
dari Jacob. Angela membiarkan untaian rambut ikal pendek bergantung di dahinya,
dan beberapa untai lagi jatuh ke lehernya.
Karena
garis dada yang rendah, Angela hanya mengenakan koin emas di lehernya, namun
sekarang koin tersebut sudah dilingkarkan di cincin berhias batu permata warna
merah. Itu adalah pemberian Bradford. Bradford baru-baru ini membuatkan dua
cincin lagi untuk koin tersebut. Dua cincin emas, satu dihiasi oleh batu
emerald, yang satu lagi polos, dengan satu buah berlian. Bentuknya bulat agar
koin bisa diletakkan di tengahnya.
Bradford
bertemu Angela di bagian bawah tangga tepat saat kereta pertama tiba.
“Kau
terlihat luar biasa!” seru Bradford dengan takjub. Ia menggamit tangan Angela,
rasa bangga memenuhi wajahnya.
“Luar
biasa?”
“Yah, kau
pasti bosan mendengarkanku mengatakan betapa cantiknya dirimu. Ada sejumlah
kata lain yang bisa melukiskan dirimu, Angel, dan luar biasa adalah salah
satunya.”
Angela
tertawa malu. “Selama kau berpikir demikian, Cintaku, hanya itu yang penting
bagiku.”
“Yah,
menawan sekali, bukan,” Crystal berkomentar dari belakang mereka, suaranya
penuh dengan rasa iri. “Jadi sekarang kau memanggil Bradford ‘cintaku,’ ya?
Padahal tadinya aku mengira kau berusaha menjebak kakakku, Angela.” Crystal
tertawa pahit. “Tapi Bradford tangkapan yang jauh lebih baik, bukan? Lagi pula,
dia akan menjadi pewaris seluruh lahan yang jauh melampaui The Shadows.”
Angela
tetap diam.
Mata biru
Crystal seperti es saat ia melanjutkan, “Tentu saja, menikahi Bradford akan
memastikan bahwa kau tidak akan diusir setelah Jacob meninggal, bukan?”
“Seorang
wanita terhormat dengan lidah berbisa,” ujar Bradford lembut, namun matanya
seperti emas cair saat menatap mata Crystal. “Atau mungkin bukan wanita terhormat sama sekali.”
Bradford
melingkarkan lengannya di pinggang Angela dan menggiring Angela ke ruang dansa
yang besar. Dengan tibanya tamu pertama, musisi yang berada di panggung di
sudut ruangan, memulai malam dengan sebuah alunan musik waltz. Bradford seharusnya berdiri di barisan penerima tamu bersama
anggota keluarganya yang lain, namun ia malah menggandeng Angela. Mereka yang
pertama berdansa di lantai yang baru di cat ulang sampai mengilap.
Pada saat
waltz berakhir, delapan keluarga
telah tiba, dan lebih banyak lagi yang berdatangan kemudian. Angela memaksa
Bradford untuk bergabung bersama ayahnya. Angela akan menyapa Susie Fletcher,
yang berdiri si samping adiknya, Joel, dekat meja panjang yang nyaris tertututp
hidangan kue dan pastri, dan didekorasi dengan bunga mawar segar.
“Susie,
aku belum mengucapkan terima kasih padamu karena telah mengundangku ke rumahmu
bulan lalu,” sapa Angela, sedikit kesulitan bernapas setelah berdansa.
“Kami
tidak bisa menyalahkanmu, Angela, setelah apa yang terjadi,” Joel menjawab.
“Apa kau
akhirnya berhasil mengetahui siapa yang menggunting gaunku?” tanya Angela. Tadinya
ia benar-benar sudah melupakan masalah itu.
“Tidak,”
Susie dengan cepat menjawab sambil tersenyum. “Apa kau dan Robert sudah
menetapkan tanggal pernikahan kalian?”
“Robert
dan aku tidak akan menikah,” sahut Angela sedikit terkejut.
“Tapi kau
terlihat begitu bahagia!” seru Susie.
“Memang.”
Angela tertawa. “Tapi bukan karena Robert. Aku mencintai pria lain, Susie.”
“Tapi
kukira... maksudku...” Susie terlihat antusias, namun di saat yang sama juga
waspada. “Maukah kau mengambilkan kami sampanye, Joel?”
“Tentu
saja,” Joel menjawab, kemudian menuju ke arah ruang makan.
“Angela,
aku minta maaf!” ujar susie segera begitu mereka tinggal berdua.
“Tidak
ada yang perlu dimaafkan.”
“Ya, ada,”
ucap Susie, wajah cantiknya mengerut. “Saat Robert mengatakan bahwa dia akan
melamarmu, aku mengira kau akan menerimanya. Aku... aku membencimu waktu itu.
Akulah yang menggunting gaunmu malam itu. Aku minta maaf, Angela!” Susie hampir
menangis. “Itu hal yang sangat kekanak-kanakan.”
“Kau
mencintai Robert, bukan?”
“Ya.”
Angela
tersenyum. “Kita wanita kadang-kadang melakukan hal-hal aneh saat jatuh cinta.
Jangan pikirkan gaun itu, Susie. Modelnya juga sudah ketinggalan zaman. Dan aku
berharap kau beruntung dengan Robert, walaupun kurasa kau tidak membutuhkan
keberuntungan. Kau gadis tercantik yang harus dipilihnya dari semua gadis yang
ada di sini.”
“Kau
sungguh berpikir demikian?” tanya Susie, mata coklatnya berputar dengan
gembira.
“Aku
takkan mengatakannya jika tidak bersungguh-sungguh,” Angela meyakinkannya.
Namun kehangatan berubah menjadi sesuatu yang menjengkelkan saat Crystal menuju
ke arah mereka.
“Oh,
Angela,” Crystal berkata dingin saat bergabung dengan mereka, “aku tak
menyangka kau akan membiarkan Brad lepas dari sisimu malam ini. Apa kau tidak
khawatir akan kehilangan dirinya?”
Angela
merapatkan buku jarinya, namun ia berhasil tersenyum. “Setelah gagal satu kali,
apakah adik ipar Bradford kembali berencana menggodanya untuk tidur bersama?”
Semburat
merah di wajah Crystal membuat Angela merasa puas, kemudian tanpa berkata
apa-apa lagi. Ia bertemu dengan Joel yang sedang kembali dengan mambawa
sampanye.
“Mengapa
kau tidak meletakkan gelas-gelas itu di meja dan berdansa denganku, Joel
Fletcher?” Angela bertanya ringan, ingin terbebas dari Crystal. Angela tahu
Crystal sangat ingin membalasnya.
“Kau
sungguh-sungguh?” Joel bertanya penuh harap.
“Apa
belum pernah ada wanita yang mengajwakmu sebelumnya? Oh, Tuhan!” goda Angela.
Joel
dengan cepat meletakkan gelasnya dan dengan gugup berdansa dengan Angela. Di
seberang ruangan, mata Bradford seperti emas yang terbakar.
“Kelihatannya
Angela menikmati pesta ini,” Jacob menilai.
“Ya,
memang,” sahut Bradford pahit.
“Ada apa
denganmu, Nak?” Jacob bertanya, nada suaranya prihatin.
“Ini
bukan sesuatu yang tidak bisa kuselesaikan, Ayah. Permisi.”
“Aku
sudah lama ingin berbincang panjang denganmu, Bradford. Tentang tunanganmu, dan
masalah lainnya.”
“Kita
bicara besok, Ayah.”
“Baiklah
kalau begitu,” ujar Jacob, lalu ia mengalihkan perhatiannya pada tamu-tamunya.
Begitu
musik berhenti, Bradford menuju ke arah Angela dan Joel. Saat sampai, ia
menggamit lengan Angela dan menariknya, menuju ke pintu ganda pertama menuju
kebun. Joel menatap mereka dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Ada
masalah apa, Bradford?” Angela berteriak, Bradford menariknya hingga berputar
menghadap pria itu, jari-jari Bradford mencengkram bahunya. “Kau... kau
membuatku sakit.”
Kebun itu
diterangi sinar bulan, seberkas cahaya perak menyorot mereka.
Bradford
menlonggarkan cengkramannya, namun tetap tidak melepaskan Angela. “Pria yang
berdansa denganmu tadi, apakah bajunya yang waktu itu kau kenakan saat kau
pulang hari itu?”
“Ya, dia
adiknya Susie.”
“Kau
tidak boleh berdansa dengan pria muda lagi!” Bradford berteriak.
“Kenapa
tidak, kalau boleh kutanya?”
“Bocah
itu jatuh cinta padamu, itu sudah jelas. Namun kau milikku, Angel. Aku tidak
mau berbagi dengan orang lain!”
“Kau
cemburu lagi,” kata Angela, mencoba menahan tawanya. “Kau ini aneh, Bradford.
Aku berdansa dengan Joel hanya agar terbebas dari Crystal.”
Api
dengan cepat meninggalkan mata Bradford seperti sihir. “Maafkan aku, Angel. Aku
akan bicara pada Crystal. Aku tidak ingin lidah tajamnya menyakitimu lagi.
Tidak ada orang yang boleh menyakitimu.”
Angela
berbicara lembut namun tegas, “Tapi kau harus lebih memercayaiku, lebih dari
sekarang. Hanya karena seorang pria memandangku, bukan berarti aku menyukainya.
Hatiku adalah milikmu.”
“Seharusnya
aku memercayaimu,” sahut Bradford, senyumnya penuh dengan permohonan maaf.
“Betul
begitu?” Angela bertanya, menyapukan bibirnya ke bibir Bradford.
Satu jam
berlalu saat mereka akhirnya kembali ke ruang dansa.
“Jika ada
pria yang memintaku berdansa, bolehkan aku berdansa dengannya?” Angela
bertanya.
“Ya.”
Bradford menyeringai, lalu menarik Angela ke dalam pelukannya sambil terus
berdansa. “Tapi jangan dua kali berdansa dengan pria yang sama. Akan butuh
waktu lama untuk menjinakkan api cemburuku. Pahamilah perasaanku, Angel.”
Menjelang
tengah malam, meja panjang di depan ruangan dibersihkan untuk menata hidangan
dan kursi-sursi diatur untuk makan malam. Sup dibawa masuk, kemudian salad,
diikuti oleh sepiring besar nasi yang dilumeri mentega, dan gunungan biskuit
kuning. Kemudian ada daging bebek, domba, kalkun, hangat maupun dingin.
Setelah
makan malam, Angela berdansa dengan beberapa pria, sebagian besar pria yang
tidak dikenalnya. Di sebagian besar waktu, tentu saja, ia berdansa dengan
Bradford. Sampanye mulai memengaruhi kesadarannya. Dan saat Grant Marlowe
mengajaknya berdansa, Angela mulai tertawa cekikikan.
“Aku
tidak percaya akhirnya kau bisa juga tanpa pasangan.” Grant tersenyum. “Aku
mulai berpikir mustahil aku bisa berdansa denganmu.”
“Jangan
bodoh. Kau bisa mengajakku berdansa kapan saja.” Angela masih terus tertawa.
“Aku
berharap di Texas ada gadis sepertimu. Maukah kau menikahiku, Miss Angela?”
“Sekarang
kau mulai bodoh,” ucap Angela, lalu tertawa.
Grant
menggiring Angela sampai ke taman, membawanya sampai ke tempat yang tertutup
pohon ek. Dengan cepat Grant menarik Angela lebih dekat dan menciumnya, sebuah
ciuman penuh gairah yang membuat Angela tersadar.
Angela
mendorong sekuat tenaga, namun Grant memegang Angela dengan santai. Saat Grant
akhirnya melepaskannya beberapa detik kemudian, Angela mundur beberapa langkah
ke belakang, hampir kehilangan keseimbangannya.
“Kau...
kau seharusnya tidak melakukannya!” Angela terhenyak.
“Aku
tidak bisa menahan diri,” Grant menjawab dengan ringan.
“Oh
Tuhan, Bradford akan mengamuk jika dia tahu aku ada di sini!”
“apa Brad
telah mengklain dirimu?” Grant bertanya terheran-heran.
“Ya...
memang. Sial! Aku harus kembali sebelum dia tahu aku menghilang.”
“Sudah
terlambat untuk itu, Ma’am.”
Next
Kapan up lagi?
BalasHapusUp lagi dong
BalasHapus