Rabu, 06 Juni 2018

Glorious Angel 11


Bab 13

Angela kembali ke sekolah saat sore sudah menjelang gelap dan langsung ke kamarnya tanpa diketahui siapa-siapa. Ia tetap di dalam kamarnya sampai waktunya makan malam. Sejauh ini, sorenya yang menyenangkan tidak terendus siapa pun.

Malam itu saat makan malam, Angela tahu teman-temannya mengira ia akan marah-marah karena mereka telah mengerjainya. Namun ia membuat mereka terkejut dengan senyuman dan sapaan yang hangat dan riang. Ia tahu mereka sangat penasaran. Bagus!

Pada malam harinya, saat Angela perlahan tertidur, berkilo-kilo meter jauhnya di Springfield, Bradford Maitland dibangunkan secara kasar dari tidurnya.

"Ini bagus sekali!" Maudie berteriak saat masuk ke kamar, membuat Bradford terbangun. "Aku pergi sebentar untuk berbelanja dan makan malam sedikit, lalu aku kembali dan ternyata kau memakai gadis itu seharian penuh." Ia berhenti dan memandang kamar itu. "Di mana dia?"

Bradford menggerakkan bahunya. "Aku sudah memintanya untuk tetap di sini, namun dia pasti bosan melihatku tidur. Apa dia tidak ada di bawah?"

"Apa aku akan naik ke sini untuk menanyakannya jika dia ada di bawah?" tukas Maudie sinis. "Apa yang telah kau lakukan sehingga gadis itu lari ketakutan?"

"Diam, dan beri aku kesempatan untuk bangun dulu." Bradford mendengus.

"Aku tidak akan keluar dari sini sampai aku mendapatkan jawaban." Maudie tetap berdiri di samping tempat tidur.

"Well, setidaknya keluar dari sini saat aku berpakaian."

"Tidak ada waktu untuk merasa malu," sergah Maudie geli. "aku sudah melihat ratusan pria tanpa pakaian. Kau tak ada bedanya."

Bradford mengutuk dalam hati. Ia tidak akan memajang dirinya untuk perempuan jalang yang tua dan gemuk itu. Ia pun melingkarkan seprai ke tubuhnya sampai menutupi kemaluannya, melintasi kursi tempat ia melepaskan pakaiannya, kemudian berdiri di balik kursi itu untuk mengenakan pakaiannya.

"Apa-apaan ini?" Maudie bergidik tiba-tiba. "Kau pasti tak akan memberitahuku, kan? Kau akan kabur tanpa membayar lebih."

"Bayar lebih untuk apa?" Bradford menghela napas.

"Dia itu perawan. Kau hanya berpura-pura tidak tahu! Buktinya ada di seprai itu."

Bradford menatap noda pada seprai dan matanya tiba-tiba menyipit menyiratkan amarah. "Apa maksudmu, Maudie? Gadis itu pelacur... dia tahu apa yang dilakukannya. Kau bisa menjelaskan padaku bagaimana bisa seorang gadis menjadi pelacur tapi masih perawan di saat yang sama?"

Maudie mundur sedikit, takut pada pancaran kemarahan Bradford. Namun ia tidak mau dicurangi.

"Apa ada bagian tubuh gadis itu yang berdarah saat kau membawanya ke sini?" selidik Maudie.

"Tidak."

"Lalu, bagaimana kau menjelaskan noda di seprai kecuali gadis itu seorang perawan?"

Bradford melihat ke noda itu sekali lagi, alisnya berkerut karena berpikir. Apakah mungkin? Kemudian ia ingat bagaimana tubuh gadis itu membeku, dan kuku gadis itu yang menghujam punggungnya. Gadis itu juga terlihat takut dan gugup saat memulainya.

"Oh, Tuhan!" seru Bradford. "Apa yang dilakukannya, menyerahkan keperawanannya seperti itu? Dan dia bahkan tidak mendapatkan bayaran... kau yang dapat bayaran!"

"Itu benar. Tapi tidak cukup, tidak cukup untuk seorang perawan."

"Aku tidak minta perawan," Bradford mengingatkan dengan ketus. "Dan aku tidak mau membayar lebih hanya karena gadis kecil itu ternyata perawan."

"Sebaiknya kau melakukan hal yang benar, atau kau tidak akan diterima di klubku lagi," tegas Maudie dengan angkuh.

"Apa yang dilakukan gadis itu di tempatmu ini, jika kau tidak tahu dia seorang perawan?" tanya Bradford.

"Aku sedang menunggu gadis baru dan kukira dia gadis yang kutunggu itu. Dia datang sendirian, dan dia tidak mengatakan apa pun saat aku memberikannya padamu. Dia memang ingin ditiduri. Hanya Tuhan yang tahu kenapa. Dan ada banyak laki-laki yang bersedia membayar lebih untuk memerawaninya."

"Jadi, dia bukan salah seorang gadismu, dan kau malah berusaha membuatku membayar lebih banyak lagi."

"Dia akan menjadi salah seorang gadisku, begitu aku bisa menemukannya. GAdis itu tambang emas baruku. Dia mungkin datang ke tempatku ini karena ingin memulai karirnya. Tapi intinya," Maudie berkata, sambil menggoyang-goyangkan jarinya ke udara, "dia datang kemari untuk mendapatkan pria pertamanya, dan apa pun yang terjadi di tempatku, maka aku yang dapat bayarannya."

Bradford menggeleng-gelengkan kepalanya, namun akhirnya ia mengeluarkan lima lembar uang seratus dolar dan menjatuhkannya ke kursi. "Apa itu cukup?"

Maudie mendekat dan mengambil uang tersebut sementara Bradford mengenakan pakaiannya. "Kurasa ini cukup," jawab Maudie sambil memasukkan lembaran uang tersebut ke belahan dadanya. "Aku heran kenapa kau begitu ribut di awal."

"Kau sudah memerasku lebih dari sepuluh ribu dolar di meja judimu. GAdis itu seharusnya bonus."

"Wah, uang sebesar itu bagimu hanya seperti setetes air di ember. Kudengar keluarga Maitland mampu kehilangan lebih dari itu setiap harinya."

"Bukan itu intinya, Maudie," Bradford berkata sambil mencari rompinya. "Demi Tuhan!" Ia melihat ke sekeliling kamar berharap ia salah, namun ternyata tidak. "GAdis itu mencuri rompiku!"

Maudie tertawa geli. "Kau benar-benar tidak bisa menang hari ini, bukan begitu?"

"Mengapa dia mengambil rompiku dan bukan dompetku? Di dalamnya ada lebih dari lima ribu dolar."

"Mungkin kau memenangkan hati gadis itu, dan dia hanya ingin sebuah kenang-kenangan. Atau mungkin saja, dia tidak bisa menemukan dompetmu, atau terlalu bodoh untuk menemukannya. Lain kali jika kau ada di kota ini, datanglah kemari lagi. Gadis kecil itu akan laku keras di sini, dan jika menurutmu dia layak kau bayar tinggi, kau bisa memakainya lagi."

"Oh, dia sungguh layak, Maudie, dan aku akan minta dia lagi." Bradford menjawab dengan seringai pada bibirnya saat ia mengambil mentelnya dan menuju pintu. "Tapi aku tidak akan membayarmu untuk bisa mendapatkannya. Aku akan menemukannya sebelummu, Maudie, dan itu janjiku."

"Dasar bajingan!" Maudie meneriakinya, namun Bradford sudah berlari ke bawah, suara tawanya menutupi teriakan Maudie.

Bradford langsung menuju ke rumah David Welk, pengacaranya di Springfield, membangunkan pria malang itu dan menggambarkan ciri-ciri Angela. Mereka sepakat akan mencarinya di seluruh penjuru kota. David bahkan menyewa seseorang untuk mengawasi rumah bordil Maudie, kalau-kalau gadis itu kembali ke sana. Bradford terpaksa kembali ke New York keesokan harinya untuk mengurus bisnisnya, jika tidak ia akan tetap tinggal untuk membantu mencari gadis itu. Ia ingin beroleh hasil sesegera mungkin.

Bradford benci misteri, mengapa gadis itu melakukan apa yang dilakukannya? Gadis itu membuat Bradford percaya bahwa ia seorang pelacur, padahal ia belum pernah tidur dengan seorang pria pun sebelumnya. Dan mengapa gadis itu mengambil rompi dan bukan uang?

Bradford merasa harus menemukan gadis itu. Ia ingin jawaban.

Tapi di atas semuanya, ia menginginkan gadis itu. Memikirkannya saja telah menggerakkan hatinya yang terdalam. Ia belum selesai dengan gadis itu. Bagaimanapun caranya, ia akan memiliki gadis itu lagi.



Bab 14

Saat Bradford kembali ke rumahnya di New York, ia menemukan telegram dari David Welk dan pesan dari tunangannya, Candise Taylor. Ia mengabaikan pesan Candise, dan segera membuka telegram David.

TELAH MENEMUKAN GADIS ITU.
NAMANYA ANGELA.
SEPERTINYA AKAN SEGERA
MENINGGALKAN NEGARA BAGIAN INI.
MOHON PETUNJUK.

"Sial!" ia menyumpah keras-keras.

Ia belum bisa kembali ke Springfield, setidaknya untuk beberapa hari ini. Tapi bagaimana jika gadis itu terlanjur pergi? Yang pasti ia tak ingin kehilangan gadis itu.

Bradford dengan cepat menulis instruksi untuk David dan mengirimnya melalui kurir. Ia berharap bisa mempercayai David untuk menjalankan perintahnya. Saat menulis, ia bergumam, Angela... namanya Angela!

***

Di stasiun kereta api, David Welk keluar dari kereta kudanya dan mencari pria yang ingin menemuinya segera. Setelah beberapa saat, ia akhirnya melihat pria itu melambai dari dalam stasiun dan segera menghampirinya.

"Di mana dia?" tanya David.

"Di sebelah sana, Sir, bersama wanita yang lebih tua dan berbaju hijau," pria itu menjawab. "Saya kira anda tidak akan sampai tepat waktu. Keretanya akan berangkat sepuluh menit lagi."

"Apa ada polisi di sekitar sini?"

"Ada satu di dekat pintu masuk."

David menghela napas dengan menyesal. "Pergi dan panggil dia."

Saat orang yang ia sewa untuk mengawasi Angela itu pergi seperti yang diperintahkannya, David menarik keluar telegram Bradford dari kantongnya dan membacanya sekali lagi.

AWASI GADIS ITU.
JIKA MENCOBA MENINGGALKAN
NEGARA BAGIAN,
HENTIKAN DIA. TANGKAP JIKA PERLU.

David menggelengkan kepalanya. Ini di luar batas. Namun Bradford telah memberitahunya soal rompi yang dicuri. Bradford memang punya alasan. Dan David tidak bisa memikirkan cara lain untuk menahan gadis itu kecuali dengan menangkapnya.

***

Angela memeluk Naomi Barkley untuk mengucapkan selamat tinggal. "Terima kasih telah mengantarku."

"Yah, jangan lupa untuk mengirim telegram padaku dan aku akan menjemputmu di stasiun jika kau kembali ke sini."

"Itu tak perlu, Naomi," protes Angela.

"Omong kosong. Aku tidak punya kesibukan lain. Kau yakin tak akan berubah pikiran dan menghabiskan liburan Natal bersamaku? Aku akan senang sekali kalau kau temani."

Angela menyeringai dan menggelengkan kepalanya. "Kau tahu aku. Aku akan mengambil kesempatan apa pun untuk bisa lari dari udara dingin yang menyebalkan ini."

"Jika begitu, sebaiknya kau cepat-cepat, Sayang. Porter itu menunggu untuk bisa mengangkat kopermu ke atas kereta."

"Angela."

Angela membalikkan badan. Ia tidak mengenali pria yang berdiri di belakangnya. "Ya?"

"Apa nama Anda Angela?"

Ia menatap pria itu dengan curiga. Dua pria lain berdiri di belakang pria itu. Salah satunya adalah polisi.

"Anda siapa?" tanyanya gugup.

"Saya pengacara, Miss."

Mata Angela melebar. Oh Tuhan, sesuatu telah terjadi pada Jacob...

"Anda membawa kabar buruk?"

"Apa nama Anda benar Angela?" pria itu berkeras.

"Ya, ya," jawabnya cemas.

Pengacara tersebut berpaling ke arah si polisi dan mempersilahkannya maju. "Namanya sama dan dia cocok dengan deskripsinya. Tangkap dia."

Angela terhenyak.

Saat itu, Naomi maju ke depan Angela dan mengancam polisi itu. "Jangan berani-berani menyentuh gadis ini! Dia seorang siswi yang akan pulang ke rumahnya untuk liburan Natal. Pria ini telah membuat kesalahan besar."

"Saya rasa tidak, Madam," sanggah David. "Gadis ini telah mencuri pakaian klien saya. Saat ini klien saya tidak berada di sini, namun saat dia kembali, dia akan memutuskan apakah dia akan menuntut atau tidak."

"Ini konyol!"

"Saya setuju, Madam, dan ini juga tidak menyenangkan bagi saya. Tapi ini bukan kesalahan."

Naomi berbalik kearah Angela, yang wajahnya sepucat mayat. "Angela!"

Angela yakin dia akan pingsan. Brtadford akan menuntut dan memenjarakannya karena telah mencuri rompi!

"Saya... saya memang telah mengambil sesuatu yang bukan milik saya. Saya terpaksa." Angela berkata dengan suara ketakutan. "Tapi saya akan mengembalikannya jika saya tahu di mana pria itu. Atau, Anda bisa mengambilnya."

"Saya khawatir ini sudah terlambat, Miss," kata David Welk. "Kejahatan telah dilakukan."

"Tapi saya bukan pencuri!" Angela memprotes lemah, ketakutannya bertambah. "Saya tidak mengambil rompi itu karena menginginkannya. Saya membutuhkannya hari itu untuk... untuk..."

Angela merasa jengah. Bagaimana ia bisa menjelaskannya? Pengacara itu pasti sudah tahu ceritanya. Namun Naomi tidak tahu, dan Angela tidak mungkin memberitahunya.

Polisi merengkuh lengan Angela dan menuntunnya. Naomi mengikuti dan berseru, "Angela, aku akan memberitahu Jacob dan dia akan meluruskan semua ini."

"Jangan!" sergah Angela, menghadap ke Naomi. Polisi itu menunggu sampai Naomi menyusul mereka. "Jangan, Jacob tidak boleh tahu soal ini."

"Tapi dia bisa menolongmu, Sayang."

"Tidak!"

"Jacob orang yang sangat pengertian."

"Dia tidak akan mengerti kali ini. Aku tidak bisa menjelaskannya, dan mohon jangan beritahu Jacob... jangan beritahu dia."

Naomi menggelengkan kepalanya. "Aku harus melakukannya, Angela. Dia itu walimu."

Angela mengambil napas dalam-dalam. Ia harus mengatakannya pada Naomi sekarang.

"Naomi, rompi yang kuambil itu milik Bradford Maitland, putra Jacob."

"Dia yang bertanggung jawab atas semua ini?"

"Ya, dan Jacob pasti akan marah sekali jika sampai tahu, tapi lebih dari itu, dia akan menuntut penjelasan dariku, dan itu sesuatu yang tak bisa kuberikan padanya."

"Tapi bagaimana Bradford bisa melakukan ini padamu? Kau anggota keluarganya! Dan kau terus-menerus membicarakan dirinya sejak kita saling kenal. Aku mendapat kesan bahwa kau tergila-gila padanya."

"Apa yang kurasakan sudah tidak penting lagi. Bradford tidak mengenaliku saat kami bertemu di Springfield. Dan kalau pun dia mengenaliku, dia tidak tahu bahwa ayahnya adalah waliku. Dia sudah lama tidak pulang."

"Kenapa kau tidak mengatakan siapa dirimu?"

"Dia mengira... oh, Naomi, jangan tanya soal hari itu! Kukira aku ingin selalu mengingatnya, tapi sekarang aku berharap kejadian itu tak pernah terjadi."

Lebih dari itu, ia berharap tidak pernah bertemu Bradford Maitland. Oh Tuhan, mengapa ia tidak memberitahu Bradford siapa dirinya? Ia takkan berada dalam kekacawan ini jika melakukannya.

"Aku akan bicara dengan pengacara itu," Naomi mengusulkan, memotong pikiran Angela.

"Jangan!"

"Tapi dia bekerja untuk Bradford, dan mungkin juga untuk Jacob, jadi dia harus diberitahu bahwa kau anak angkat Jacob."

"Jika begitu, dia akan merasa wajib memberitahu Jacob, dan aku lebih baik mati daripada Jacob tahu apa yang telah kulakukan," tutur Angela dengan gundah.

"Angela, kau tampaknya lupa kalau Jacob menunggumu pulang untuk merayakan Natal."

"Kau bisa bilang padanya bahwa aku sakit dan tidak bisa pulang, bahwa aku akan tinggal bersamamu. Tolonglah, Naomi, lakukan itu untukku. Aku yakin bisa menyelesaikan masalah ini sebelum liburan berakhir, jadi seolah tidak akan tahu apa-apa, begitu pula Jacob. Bradford tidak punya alasan untuk melakukan hal ini, dan aku akan meyakinkannya saat dia kembali.

Naomi menghela napas. "Angela, aku sama sekali tidak mengerti hal ini, tapi aku akan melakukannya untukmu. Ini melawan akal sehatku, tapi aku akan melakukannya."



Bab 15

Bradford mendatangi penjara bersama David Welk dengan kereta sewaan. Bradford tertunda di New York lebih lama daripada yang seharusnya dan ini hari ketiga gadis itu dikurung di penjara. Ia seorang siswi, dan dari sebuah sekolah putri yang mahal. Bradford tak percaya, tapi gadis itu mengakui bahwa ia telah mencuri. Ya, memang ini gadis yang dicarinya.

"Aku sungguh berharap kejadiannya tidak seperti ini," ucap Bradford saat mereka sampai di tempat tujuan. "Tapi sekali lagi, mungkin aku yang beruntung. Dia akan senang dan berterima kasih saat aku membebaskannya. Kau sudah menemukan sebuah rumah di pedesaan, kan?"


"Ya."

"Rumah terpencil yang tidak ramai?"

"Ya, ya," David menjawab dengan nada sangat tersinggung. "Dan aku harus mengatakan padamu bahwa aku tidak setuju dengan rencanamu, Bradford."


"Kenapa? Aku akan mendapat persetujuan gadis itu. Aku tidak akan melanggar hukum mana pun, David."

"Ini tidak bermoral."

Bradford tertawa.

"Yah, kita sudah sampai," kata David dengan kasar. "Kau tahu, yang tak kumengerti adalah mengapa orangtua gadis itu belum datang juga."

"Apa ada orang yang diberitahu bahwa dia ditahan?" tanya Bradford.

"Aku berasumsi pendamping gadis itu telah mengurusnya."

Bradford mengangkat bahunya. "Mungkin orangtuanya tidak peduli. Walaupun demikian, jika mereka datang, mereka tidak akan menemukannya di penjara lagi. Dan kau tak perlu menunggu David. Aku bisa menanganinya sendiri dari sini." Kemudian ia menambahkan, "Rumah yang kau temukan itu punya persediaan makanan yang cukup?"

"Ya," jawab David. "Juga ada sebuah kereta dan sepasang kuda di kandang. Kau harus mengurusnya sendiri karena kau tidak meminta pelayan."

"Kau sudah melakukan tugasmu dengan baik, David, dan dalam waktu yang singkat pula. Terima kasih."

"Jangan berterima kasih padaku. Kau tidak butuh pengacara untuk hal semacam ini. Seorang mucikari yang berpengalaman sudah cukup."


***


"Nona Smith."

Angela menatap langit-langit sel penjara tanpa bergerak, menghitung retakan untuk ratusan kalinya saat ia meregangkan tubuhnya di sudut yang sempit. Ia tak pernah semarah ini seumur hidupnya. Rasanya mau meledak. Ia punya waktu tiga hari untuk melampiaskan kemarahan ini.

"Angela Smith!"

Ia terhenyak kemudian duduk. Ia harus ingat bahwa ia menggunakan nama Smith. Ia telah secara sengaja berbohong tentang namanya dan tentang informasi lain yang dibutuhkan darinya, agar sekolahnya tidak terlibat dalam skandal ini.

Dengan cepat ia berdiri saat pintu terbuka, dan seorang penjaga masuk ke sel. "Well, jangan hanya berdiri," kata pria itu dengan tidak sabar. "Ayo, ikut."

"Ke mana?" tanyanya bingung.

"Kau telah dibebaskan. Pria yang kau rampok itu telah memutuskan untuk tidak menuntutmu. Yang dia inginkan hanyalah waktumu beberapa menit saja. Dia menunggu di depan."

"Oh, begitu, ya?" cetus Angela dingin.

Ia mengambil sebuah koper kecil bawaannya, yang berisi beberapa helai pakaian ganti. Naomi telah membawa sisa barangnya. Angela berjalan dengan kaku keluar dari sel dan terus berjalan ke pintu depan. Ia dihentikan, tapi hanya untuk menerima jaket dan topinya. Dengan cepat ia meraih jaket dan topi itu lalu meninggalkan gedung.

Sinar matahari pagi telah menyilaikannya saat ia keluar. Sinar itu dan salju yang baru saja turun telah membuat segalanya tampak putih dan buram, dan ia harus berhenti untuk bisa melihat arahnya. Namun dengan mata separuh tertutup dan tangan yang menghalangi sinar matahari yang menerpa matanya, ia akhirnya melihat Bradford hanya beberapa meter darinya, berdiri di sebuah kereta kecil.

Ia berjalan menuju Bradford, sengaja berlambat-lambat, matanya menatap pria itu dengan tajam. Bradford tersenyum, sungguh-sungguh tersenyum! Ini langkah terakhir. Ia berhenti hanya beberapa meter dari Bradford, kemudian tangannya melayang di udara dan mendarat di pipi pria itu yang dingin.

Bradford benar-benar terkejut. "Untuk apa ini?"

"Berani-beraninya kau bertanya!" Ia berteriak dengan garang. "Jika aku memegang senapan saat ini, sudah pasti aku akan menembakmu. Aku bersumpah, aku akan menembakmu sampai mati!"

"Pelankan suaramu, atau kau akan ditangkap polisi lagi."

"Terserah, masukkan saja aku ke penjara lagi!" ia meledak. "Kau bisa bilang kalau aku menyerangmu."

Mata Bradford menyipit. "Masuklah ke kereta."

"Tidak mau!"

Bradford menangkap lengan Angela dan mendorongnya melalui pintu kereta, melemparkan kopernya setelah Angela masuk. Dengan cepat, Bradford ikut masuk ke kereta sementara kusirnya langsung memacu kereta.

Angela meringkuk di tempat duduk di hadapan Bradford dan menatap pria itu dengan tatapan mematikan. "Hentikan kereta ini sekarang juga dan biarkan aku keluar! Aku menolak pergi ke mana pun denganmu!"

"Diamlah, Miss Smith, dan berhenti bersikap seolah-olah aku telah berbuat salah padamu. Kau mencuri dariku, ingat? Aku bisa saja membiarkanmu membusuk di penjara."

Angela merasa sebuah benda tertelan di kerongkongannya. Bibirnya mulai bergetar dan air mata mulai mengalir di matanya.

"Kau tak perlu sekejam ini." Ia berkata dengan suara lemah. "Aku menawarkan untuk mengembalikan rompimu, tapi pengacaramu bilang itu tidak cukup. Padahal, ini semua salahmu."

"Salahku? Menggelikan."

"Benarkah?" Tubuh Angela menegang dan matanya penuh dengan amarah lagi. "Aku butuh bantuanmu untuk mengencangkan ikatan pakaianku, tapi kau tidur lelap. Itu sebabnya aku mengambil rompi sialanmu itu."

"Itukah sebabnya kau mengambilnya?" Bradford tertawa. "Sayangku, ada banyak wanita di sana yang bisa membantumu."

"Aku tidak bisa ke bawah dan mengambil risiko akan bertemu Maudie yang mengerikan itu." Angela ketakutan.

"Jadi kau kabur? Untungnya kau meninggalkan jaket dan topimu."

"Untungnya?"

"Begitulah cara kami menemukanmu. Aku menyuruh seseorang mengawasi tempat itu kalau-kalau kau kembali, dan dia tahu dari penjaga pintu bahwa kau telah meninggalkan barang-barangmu. Kau beruntung penjaga pintu itu menyimpannya sebelum Maudie menemukannya."

"Bukan beruntung namanya jika kau menemukanku," Angela meledak.

"Kau lebih suka jika Maudie yang menemukanmu? Dia sangat ingin menemukanmu, kau tahu?" Bradford menyeringai saat Angela tetap terdiam. "Kurasa tidak. Ada secarik kertas di kantong jaketmu, catatan matematika yang ditulis di kertas memo sekolah. Orangku mendatangi sekolah itu dan kau dikenali dari ciri-cirimu." Saat Angela tetap tak bersuara, Bradford menghela napas. "Angela, aku tidak ingin memenjarakanmu, aku hanya ingin kau berada di sini saat aku kembali."

Angela harus menahan dirinya sekuat tenaga untuk tidak menyerang Bradford lagi. "Maksudmu aku menghabiskan tiga hari waktuku di penjara, bukan karena aku mengambil rompimu, tapi karena kau ingin memastikan aku ada di sini saat kau kembali? Dari semua manusia yang tidak bermoral..."

"Sudah, cukup!" potong Bradford. "Jika kau ingin membicarakan siapa yang tidak bermoral, mari kita bicarakan dirimu. Kau ini murid di sekolah eksklusif, sudah jelas kau berasal dari keluarga yang berada, namun kau datang ke rumah bordil untuk melacurkan dirimu sendiri."

"Aku tidak seperti itu!" Angela terhenyak.

"Lalu kau sebut apa perbuatanmu itu, Miss Smith?" Bradford bertanya secara langsung. "Apa kau menyangkal aku membayarmu? Atau apa kau akan mengatakan kalau aku memperkosamu?"

"Apa yang kau lakukan tidak sertamerta membenarkan perbuatanmu!"

"Miss Smith, aku mengambil sesuatu darimu hari itu yang tadinya tidak kuharapkan, dan ternyata aku harus membayar lima ratus dolar."

"Apa maksudmu?"

"Keperawananmu."

Angela terhenyak.

"Kurasa kau berhutang penjelasan padaku. Apa yang kau lakukan di tempat seperti itu?"

Angela merasa terjebak sekarang. "Aku melihatmu di luar dan aku... kukira aku mengenalimu. Aku tidak tahu tempat seperti apa itu. Aku hanya ingin bicara denganmu."

"Yah, kita memang bicara, kan? ujar Bradford sinis. "Dan aku bahkan bukan pria yang kau kenal, kan?"

"Tidak, kau memang bukan pria yang kukenal," Angela menjawab dengan makna yang hanya bisa dipahami dirinya sendiri.

"Jadi, kenapa kau tidak meminta maaf dan meninggalkan tempat itu saat kau tahu kau membuat kesalahan?"

"Aku..." Ia tak bisa melanjutkan tanpa mengatakan yang sebenarnya.

"Ada apa, Miss Smith?" kejar Bradford. "Apa kau malu untuk mengakui kalau kau hanya mencari kesenangan dan kepuasan? Ada banyak gadis yang sepertimu yang menginginkan yang terbaik dari semuanya, tapi tidak banyak yang punya keberanian seperti dirimu."

Muka Angela memerah. "Kau salah! Aku bukan sedang mencari kesenangan dan kepuasan."

"Jika demikian, coba jelaskan. Jika kau bukan ingin melepaskan keperawananmu agar bisa menikmati hidup yang bebas, lalu mengapa kau menyerahkannya kepadaku?"

Angela menarik dirinya. "Aku tidak harus menjelaskan apa pun padamu, Mr. Maitland."

Bradford terdiam lalu mengangkat bahu. "Kurasa aku bisa membiarkannya dulu saat ini. Tapi yakinlah, aku akan mendapat jawaban yang kuinginkan sebelum aku selesai denganmu."

Sebelum selesai dengannya? Apa maksudnya? Kedengarannya seperti ancaman.

Akhirnya Angela sadar betapa cepatnya waktu berlalu. Ia memandang keluar dari jendela kereta dan mengenali pemandangan pedesaan. "Ke mana kau membawaku pergi?" tanya Angela dengan waspada.

"Kau akan menjadi tamuku untuk sementara."

"Tentu saja tidak!"

"Angela, tenanglah." Bradord menggelengkan kepalanya. "Seharusnya aku tahu akan sangat sulit menebak sikap seorang wanita."

"Apa maksudmu?"

"Kau, Sayangku. Aku tadinya yakin bahwa kau akan sangat berterima kasih karena aku tidak jadi menuntutmu, bahwa kau akan senang dengan niatku untuk menghabiskan sisa liburan ini bersamamu. Aku bahkan bertindak lebih jauh lagi dengan menyewa sebuah rumah di pedesaan untuk kita. Kita sekarang menuju ke sana."

"Kau bisa pergi ke sana atau mati saja sekalian, aku tak peduli. Aku akan ke Hadley Selatan dan berharap lupa telah bertemu denganmu," tukas Angela.

"Apa yang telah terjadi pada gadis yang begitu khawatir tidak akan bisa menyenangkanku? tanya Bradford lugas.

Pipi Angela memerah dan memandang ke luar jendela, tidak mampu menatap Bradford. "Gadis itu menghabiskan tiga hari di penjara dan mengetahui bahwa ternyata kau ini hanya seorang bajingan."

"Izinkan aku menebusnya, Angel," sahut Bradford perlahan.

Angela mengarahkan mata violet gelapnya pada Bradford. "Tidakkah kau mengerti kalau aku membencimu? Kau tidak berhak menculikku dan mengurungku di penjara. Aku membencimu!"

"Angela, kau tidak cukup baik mengenalku hingga bisa membenciku."

"Kau salah," cetus Angela dingin.

Bradford maju dari tempat duduknya dan meraih tangan Angela, namun dengan cepat Angela menampiknya. "Dengar, aku minta maaf atas caraku menangani permasalahan ini. Aku tidak ingin bertengkar denganmu. Aku menginginkanmu. Itu sebabnya aku ada di sini. Itu sebabnya aku mau bersusah payah begini."

Angela tidak menjawab. Perlahan, Bradford duduk dan memperhatikannya. Mereka tetap diam sepanjang sisa perjalanan.



Next
Back
Synopsis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar