Rabu, 01 November 2017

Glorious Angel 2

Billy Anderson memelankan laju kuda-kudanya. Ia telah membuat mereka berlari seolah-olah ada tentara Yankee yang sedang mengejar. Kesempatan yang ditunggu-tunggunya telah datang tanpa disangka-sangka pagi ini. William Sherrington pingsan di jalan karena terlalu mabuk, dan meninggalkan putrinya sendirian. Billy menyeringai membayangkannya.

Pagi telah mulai seperti biasanya, dengan matahari musim panas yang dengan cepat menghilangkan bekas-bekas malam yang sejuk. Hari ini akan menjadi hari panas lainnya, hari untuk menantang kesabaran dan menguji amarah seseorang. Billy merengangkan badannya dengan malas dan membuang sisa-sisa kantuk dari matanya. Sebelum membuka toko ayahnya, ia akan memandang ke arah jalan di mana para pekerja terlihat sibuk, para pelayan bergegas menuju pasar, anak-anak bermain saat udara memungkinkan, sebelum terik panas membuat mereka terpaksa kembali ke dalam rumah mereka yang teduh.
Keadaan tidak terlalu berbeda daripada sebelumnya, pikir Billy. Setidaknya Alabama tidak perti negara bagian di selatan lainnya, di mana perang terjadi. Tentara Union tertahan di luar Alabama. Bagi kebanyakan orang di sini, perang tidak terlalu terlihat nyata. Billy mendengus. Orang-orang Yankee itu pengecut--semua orang tahu itu. Hanya masalah waktu sampai Konfederasi menang perang. Keadaan akan kembali normal. Dan ayahnya akan terbebas dari utang.

Billy menghela napas panjang dan merenggangkan badannya yang kurus. Ia pindah ke meja besar, kemudian meraba bahan katun kasar yang melapisinya. Sudah lama sekali orang tidak membeli bahan katun, bahkan yang murah sekalipun.

Ini masa-masa yang sulit bagi semua orang. Namun ini takkan berlangsung lama. Suatu saat, toko ini akan menjadi miliknya. Ia sebenarnya tak menyukai perdagangan. Ia juga tidak suka hal-hal lainnya--kecuali perempuan.

Billy menyeringai, mata coklatnya berkerut. Ia menuju meja panjang tempat uang disimpan dan duduk di bangku di belakangnya. Sambil menelusuri rambutnya yang berwarna merah, ia memiringkan bangku tadi sampai menyandar ke rak di belakangnya, lalu mengangkat kakinya ke meja konter.

Sam Anderson akan marah jika melihat anaknya seperti ini, namun Sam tidak akan turun selama sekitar satu jam ke depan, karena kelelahan setelah keluar malam bersama teman-temannya. Ayah Billy itu sangat menyukai permainan kartu dan judi, dan apa pun yang bisa dipertaruhkan. Billy mesti manahan dongkol setiap kali ayahnya berkata, "Hanya butuh satu kemenangan besar, maka kita akan bebas dari utang." Namun keberuntungan Sam sudah berakhir, tidak seperti saat sebelum perang. Ia terus-menerus kalah dan bertarung.

Billy terkejut saat lonceng kecil di atas pintu berbunyi. Matanya terbuka lebar karena terkejut melihat masuknya dua wanita. Payung kecil mereka bergoyang di pinggang. Billy mengenali Crystal Lonsdale yang berusia sembilan belas tahun--wanita terhormat dari perkebunan The Shadow--dan temannya Candise Taylor. Billy dengan cepat mengamati mereka. Crystal sangat menawan, dengan mata biru bulat dan rambut pirang berkilau. Agak terlalu kurus untuk seleranya, namun yang pasti gadis itu cantik, dan juga salah seorang wanita yang paling diincar lelaki di Mobile.

Candise Taylor beberapa tahun lebih tua daripada Crustal, dengan rambut hitam yang ditata rapi di bawah topi biru yang ditalikan di dagu, serta mata biru yang memesona seperti warna dini hari. Candise adalah putri dari sahabat Jacob Maitland, yang datang berkunjung dari Inggris. Ia sama menawannya dengan Crystal, dengan wajah yang lebih lembut dan tingkah laku yang sopan.

Billy keluar dari sudut dan mendekati kedua wanita yang berdandan trendi itu. Yang satu menggunakan gaun warna pink, dan yang satu lagi warna biru. Billy berharap ia tak berpakaian seburuk ini.

"Ada yang bisa saya bantu, Nona?" Billy bertanya dengan suara yang paling terdengar seperti orang pintar dan senyum yang menawan di bibir tipisnya. Crystal memandang singkat ke arahnya, kemudian berpaling. "Kurasa tidak. Aku tidak tahu mengapa Candise ingin masuk ke sini."

"Tidak ada salahnya untuk lebih hemat, Crystal," Candise menjawab dengan malu-malu.

Candise terlihat sedikit malu, walau tidak semalu Billy saat ia mengawasi mereka menjauh darinya dan mendengar omelan Crystal. "Yang benar saja, Candise! Ayahmu itu sekaya ayahku. Saat Mr. Maitland memintaku untuk menemanimu berbelanja, aku tak menyangka akan menemanimu ke tempat semacam ini!"

Billy tercekat. Perempuan sombong yang bodoh! Ia sangat ingin melempar Crystal Lonsdale ke jalanan. Namun ia tahu ayah gadis itu akan mengamuk padanya meskipun ia hanya bersikap tidak ramah pada Crystal. Crystal termasuk dekat dengan keluarga Maitland. Jacob Maitland orang yang sangat kaya. Sam Anderson punya utang yang besar padanya.

Billy kembali ke meja konter dan duduk di bangku. Ia mengawasi kedua wanita itu dengan marah. Bintik-bintik merah di wajahnya pucat akibat terlalu marah.

Billy akan memberikan segalanya agar bisa sekaya Jacob Maitland. Ia selalu iri pada keluarga Maitland. Ia masih ingat saat pertama kali mereka tiba di Mobile, lima belas tahun yang lalu. Ia sedang ada di dermaga bersama ayahnya untuk mengambil kiriman barang. Sebuah kapal besar baru saja tiba dan di sana terlihat Jacob bersama istrinya dan kedua putra mereka, dan hanya mereka penumpang kapal tersebut. Billy sangat takjub dengan pakaian mereka yang mahal, kereta mewah yang telah menunggu, dan peti demi peti barang-barang mereka.

Gosip yang beredar menyebutkan bahwa jaringan bisnis Maitland begitu banyaknya sehingga ia termasuk salah satu orang terkaya di dunia. Ia punya banyak properti dan toko, tambang, rel kereta api, dan investasi lain yang tak terhitung di seluruh penjuru dunia. Billy tidak tahu pasti, namun yang pasti Maitland adalah salah satu orang terkaya di Alabama.

Jacob Maitland tidak harus tinggal di selatan saat perang pecah, ia bisa tinggal di mana saja di dunia ini. Namun sekarang ia telah menjadi pria terhormat dari Selatan, dan ia telah memilih untuk tetap tinggal dan mendukung Selatan. Ia juga sungguh-sungguh menunjukkan dukungannya, dengan uangnya dan dengan bergabungnya Zachary dengan tentara Selatan, sementara putra tertuanya, Bradford, mengurus bisnis keluarga. Sekarang ada seorang pria lagi yang membuat Billy iri--Bradford Maitland. Bradford punya uang, hidup semaunya, dan bisa pergi keliling dunia.

Sungguh beruntung menjadi seorang anggota keluarga Maitland! Billy sangat ingin menjadi salah seorang putra Jacob Maitland. Ia dulu sering berkhayal menjadi bagian dari keluarga itu. Sekarang ia sudah tidak memimpikan hal itu lagi, namun ia masih tetap merasa iri.

Perhatian Billy benar-benar teralih.

"Bagaimana manusia sampah seperti Sherrington bisa hidup di sini?" Crystal mendengus.

"Maksudmu pria menyedihkan yang tadi kau tunjuk? Yang sedang terbaring di lorong?"

"Pria menjijikan yang kita lihat pingsan di lorong akibat terlalu mabuk. Ya, William Sherrington. Tahukah kau bahwa mereka tinggal tak jauh dari Golden Oaks?" Crystal bertanya kepada temannya dengan jijik. "Aku tak bisa membayangkan mengapa Jacob Maitland membolehkan pria semacam itu bekerja di pertaniannya."

"Aku kasihan padanya," tutur Candise.

"Yang benar saja, Candise! Kau ini mudah kasihan pada semua orang. Sekarang cepat keluar dari sini sebelum ada yang melihat kita."

Sebuah cibiran terbentuk di bibir Billy saat ia memperhatikan kedua gadis tadi meninggalkan toko. Ya, larilah putri kecil, sebelum teman-teman kaya kalian menemukan kalian di toko kumuh ini. Dasar!

Darah Billy mengalir cepat saat mereka membicarakan ayah Angela Sherrington. Makhluk liar yang pemarah itu telah menjadi obsesinya sejak lama. Walau Angela baru berumur empat belas tahun, tubuhnya sudah terbentuk akhir-akhir ini. Angela adalah gadis tercantik yang pernah ia lihat.

Billy hampir tak mengenali Angela saat gadis itu mesuk ke tokonya beberapa bulan yang lalu. Angela bukan lagi anak kecil kurus dengan rambut ikal yang kusut, gadis itu sudah mulai berbentuk. Wajahnya juga sudah berubah. Angela Sherrington memang cantik. Matanya yang berwarna violet tersembunyi di balik bulu mata yang tebal dan teduh. Billy belum pernah melihat warna mata seperti itu. Mata Angela bisa membuat orang terbuai seperti terkena sihir.

Sejak saat itu, Billy mulai mendatangi lahan pertanian Sherrington dan bersembunyi di balik pepohonan cedar yang membentuk dinding tebal di depan pondok. Ia memperhatikan Angela yang sedang bekerja di ladang bersama sang ayah. Gadis itu mengenakan celana selutut yang ketat dan kaus katun dengan lengan yang digulung. Billy tak bisa mengalihkan pandangannya dari Angela.

Billy tak sabar menunggu ayahnya datang agar ia bisa pergi. Saat ia meninggalkan toko, ia sudah memastikan bahwa William Sherrington memang berada di tempat yang tadi dikatakan Crystal.

Sekarang ia punya waktu. Memikirkan Angela sendirian di pondok tersebut membuat perutnya sakit. Sekarang ia bisa memiliki gadis itu! Ia juga akan menjadi yang pertama, dan itu yang penting. Oh Tuhan, ia tak sabar lagi.

Billy menghentikan kudanya dan melompat turun dari kereta ayahnya.

"Sampai di situ saja, Billy Anderson."

Billy tersenyum. Angela menghentikannya, dan ini akan membuat semuanya jauh lebih menyenangkan.

"Apa begini caramu menyambutku, Angela?" Billy bertanya dengan rasa tak senang.

Ia menatap senapan yang dipegang Angela yang diarahkan kepadanya, namun kemudian matanya menuju ke pinggang Angela yang langsing, yang dibentuk oleh celana yang ketat, lalu ke kaus Angela yang juga ketat. Dada Angela tertekan ke kausnya yang ketat, dan sudah jelas ia tak memakai apa-apa di baliknya.

"Apa yang kau lakukan di sini, Billy?"

Sekarang Billy memandang wajah Angela, yang penuh dengan kotoran dan tepung namun tetap cantik, kemudian ia menatap tajam ke mata gadis itu. Yang dilihatnya membuatnya terkejut. Apakah gadis itu merasa ada yang lucu? Apakah Angela sedang menertawakannya?

"Aku datang untuk mengunjungimu," kata Billy, sambil menyusuri rambutnya dengan gugup. "Apa yang salah dengan hal itu?"

"Sejak kapan kau datang berkunjung? Kukira kau tipe orang yang hanya bisa bersembunyi di balik pohon dan terlalu takut untuk keluar," sahut Angela.

"Jadi, kau tahu soal itu?" Billy bertanya dengan tenang walau wajahnya yang memerah tidak bisa mengelabui Angela.

"Ya, aku tahu. Aku sering melihatmu bersembunyi di sana," kata Angela sambil menunjuk ke arah pohon cedar dengan hidungnya. "Mengapa kau memata-mataiku?"

"Tidakkah kau tahu?"

Mata Angela terbuka lebar dan terlihat bertambah gelap, warna biru violet yang memesona. Sekarang sudah tidak ada sinar tawa lagi. "Pergilah, Billy! Sana!"

"Kau benar-benar tidak ramah, Angela," tukas Billy kering, mata coklatnya menatap senapan yang dipegang Angela dengan erat.

"Kau bukan tetanggaku, dan aku tidak perlu beramah-ramah dengan orang sepertimu."

"Aku hanya datang mengunjungimu. Duduk dan berbincanglah sebentar. Mengapa tidak kau letakkan dulu senapanmu itu, lalu..."

"Akui saja kenapa kau datang kemari, Billy, jadi kau tak perlu berbohong lagi," sergah Angela dingin. "Senapan ini tidak akan kulepas dari tanganku, jadi mengapa kau tidak kembali saja ke kota, ke tempat di mana kau seharusnya berada."

"Mulutmu memang berani, ya?" Billy menyeringai.

Angela tersenyum, menunjukkan giginya yang putih dan berkilau. "Yah, terima kasih, Billy Anderson. Itu pujian terbaik yang pernah kudengar."

Billy memutuskan untuk mencoba pendekatan berbeda.

"Baiklah, kau sudah tahu alasanku kemari, jadi kenapa kau menolakku? aku tidak akan mempermainkanmu. Aku akan menjagamu. Aku akan membuatkanmu rumah di kota. Kau bisa meninggalkan ladang kecil ini dan hidup lebih nyaman."

"Dan apa yang harus kulakukan agar bisa hidup lebih nyaman seperti katamu itu?" Tanya Angela.

"Kau tahu jawabannya."

"Ya, aku tahu," cetus Angela. "Dan jawabanku adalah tidak."

"Buat apa kau begitu protektif terhadap dirimu sendiri?" Billy bertanya, wajah bintik-bintiknya menunjukkan rasa marah dan tak senang.

"Yang pasti, bukan buat orang semacam dirimu."

"Satu-satunya harapanmu adalah menikahi petani kumuh lainnya dan tinggal di tempat seperti yang kau tinggali sekarang seumur hidupmu. Itukah yang kau inginkan?"

"Aku tak mengeluh," tukas Angela.

"Kau bohong!" Billy berteriak dan mulai maju mendekati Angela.

"Jangan mendekat lagi, Billy!" Suara Angela mulai meninggi. Ia menatap langsung ke mata Billy yang memancarkan kemarahan. "Aku sungguh-sungguh akan menembakmu tanpa ragu sedikit pun. Aku muak kepada kalian yang menyangka bisa memilikiku dengan mudahnya. Yah, kebanyakan dari kalian tidak bertanya dulu... kalian ingin langsung menjamahku. Aku sudah muak, kau dengar? Mungkin aku kalah kuat denganmu, tapi senapan ini tidak. Senapan ini bisa meledakkan kepalamu yang sempit itu. Jadi sebaiknya kau pergi sebelum hal itu terjadi!"

Billy mundur, suarah Angela yang bergemuruh memperingatkannya bahwa gadis itu sungguh-sungguh. Sial!

"Aku akan memilikimu, Angela, ingat itu!" Billy berteriak sambil memanjat keretanya. "Kau berhadapan dengan seorang pria dewasa sekarang, bukan anak-anak lagi!"

Angela tertawa. "Aku belum pernah menembak pria dewasa, tapi kurasa selalu ada yang pertama untuk segala hal."

"Aku akan kembali," Billy berjanji. "Dan aku akan menjadi yang pertama, dan bukan hanya sebatas yang kau kira. Aku akan memilikimu, Angela Sherrington, aku janji itu."

Billy Anderson pergi dengan tergesa-gesa, melampiaskan kemarahannya dengan dua kali entakkan pada tali kekang kudanya.



Next
Back
Synopsis


2 komentar: